Sumber gambar: balitribune.co.id
Oleh: Ummu Diar
Sungguh miris membaca kabar pemuda yang gara-gara kecanduan main judi, dua pemuda ini nekat mencuri motor agar bisa berjudi dan menikmati narkoba. Tersangka MSH, 23, warga Jalan Panggung, Surabaya, dan temannya NR, 22, warga Jalan Wonokusumo Lor, Surabaya, nekat mencuri sepeda motor untuk berjudi. Keduanya ditangkap Unit Jatanras Satreskrim Polrestabes Surabaya saat berada di Jalan Sidodadi IX, Surabaya. Tak main-main, keduanya bandit itu sudah melancarkan aksi pencurian kendaraan bermotor (curanmor) di 23 tempat kejadian perkara (TKP). [1]
Demi bisa beli narkoba dan bisa judi, segala cara dilakukan. Ini menunjukkan bahwa kemaksiatan yang sudah menjadi kebiasaan memang bisa mematikan hati nurani. Bisa jadi judi dan narkoba yang dilakukan bukanlah yang pertama, sebab jika masih awal, akal sehat mungkin masih memikirkan kesulitan korban.
Namun bila sudah kecanduan, maka bagaimanapun caranya harus bisa dipenuhi. Dan untuk melakukan begal itu sendiri tidak mungkin spontan tanpa perencanaan. Setiap keputusan yang diambil, pasti dipikirkan. Dan jika keputusannya salah, maka pasti karena pemahaman atas perbuatan itu juga salah. Salahnya pemahaman ini dikarenakan salahnya informasi yang didapatkan.
Dalam kehidupan saat ini segala informasi dipengaruhi oleh informan. Informan biasanya dari teman pergaulan. Sayangnya pola sekuler yang saat ini tengah berlangsung tidak menjamin informan bertanggungjawab terhadap keakuratan informasi yang diberikan. Tak dipikirkan apakah akan menginspirasi perbuatan baik atau sebaliknya. Terlebih jika sudah menjadikan mindset kaya dan harta di atas segalanya, maka urusan dosa dan neraka dipinggirkan.
Pokoknya keinginan bisa terpenuhi, bisa merasakan bahagia walaupun semu, apapun akan dikerjakan. Tak peduli halal haram kata agama. Kalau dengan judi bisa berpotensi cepat kaya, maka ya dikerjakan. Kalau dengan narkoba merasa bisa bahagia karena seakan stress hilang, maka ya digunakan. Sehingga walaupun tahu keduanya adalah dosa, tetap saja dilakukan sampai rela begal segala.
Kondisi seperti ini tentu akan berkebalikan 180° jika mindsetnya benar. Memakai standar Allah dalam mengukur sesuatu, termasuk dalam memilih perbuatan. Suatu yang buruk dan tidak disukai Allah tidak akan dilakukan, juga tidak akan menginformasikan hal yang mengarah ke sana. Sebaliknya, jika sesuatu itu baik, maka akan disampaikan dengan tujuan agar semakin banyak yang melakukan kebaikan.
Ketika standar dari Allah ini dipakai dalam semua aspek kehidupan, sebagaimana di masa Nabi dan kekhalifahan sepeninggalan beliau, maka pemuda yang ada adalah pemuda berkualitas. Nekat nya mereka bukan nekat jahat untuk kemaksiatan seperti judi dan narkoba, tapi nekat untuk memberikan kontribusi terbaik bagi umat.
Maka tak heran, ketika Islam masih dipraktikkan, kekhalifahan Islam mampun bertahan hingga belasan abad. Bukan sekadar bertahan, melainkan berhasil pula menciptakan kesejahteraan. Menumbuhkan iklim dan cuaca kondusif bagi pemuda untuk seluas-luasnya belajar. Menjadikan orientasi hidup mereka adalah akhirat, sepenuhnya berinvestasi menebar manfaat yang dapat terus dipetik meski sudah tidak lagi hidup di dunia. Wajar jika hingga saat ini banyak dijumpai jejak peninggalan kemajuan IsIam, baik dari fisik bangunan, literatur keilmuan, atau bahkan pola hidup-bahasa hingga budaya.
Kekhilafan Islam dikala itu jelas mengharamkan judi, menutup celah penyalahgunaan narkotik, dan juga menutup celah pencurian. Kesejahteraan diperhatikan. Ada juga keamanan dalam negeri yang segera sigap mendeteksi kemungkinan pelanggaran. Jika kecolongan, maka akan segera ditindak dan diberi sanksi secara adil. Kondisi seperti itu bisa terwujud karena di masa itu ada edukasi masal yang langsung dilakukan negara. Sehingga terbentuklah masyarakat yang peduli, tinggi level amar makrufnya. Dan secara tidak langsung individu akan patuh, melakukan perbuatan sesuai larangan dan perintahNya semata.
Kondisi kehidupan seperti itulah yang semestinya dihadirkan kembali. Walaupun kelihatan sulit, namun jika mengikuti jejak Rasulullah memulai perubahan di Makkah hingga berhasil menanamkan pondasi Islam yang kuat di Madinah, peluang berhasil adalah sebuah keniscayaan. Dan untuk itu menyampaikan ketinggian Islam sekaligus menjabarkan kebutuhan kita akan adanya pelaksanaan Islam ada bagian penting yang perlu dikerjakan bersama. Bila Islam yang menjadi pedoman, maka kekerasan dan kemaksiatan dapat dihindari, InsyaAllah. []
Referensi:
1. https://radarsurabaya.jawapos.com/surabaya/01/03/2023/curi-motor-di-23-lokasi-untuk-beli-narkoba-dan-judi/