Oleh: Rifdah Reza Ramadhan, S.Sos.
Libur lebaran menjadi waktu yang ditunggu-tunggu oleh hampir semua orang di Indonesia. Masyarakat sangat antusias mudik ke kampung halaman dengan perasaan sukacita. Tapi ternyata kebahagiaan tidak dirasakan oleh semua pemudik lebaran di tahun ini. Faktanya dukacita pun dirasakan sebagian yang lainnya. Berdasarkan data dari media online Kumparan.com (23/04/2023), jumlah korban tewas akibat kecelakaan hingga H-1 lebaran mencapai 101 orang. Ada pula korban lainnya yaitu, 82 orang luka berat dan 1.283 luka ringan.
Dikutip dari media online Media.com (23/4/2023), korban kecelakaan lebaran tahun 2023 ini bila dibandingkan dengan lebaran tahun 2022 mengalami penurunan lebih dari 50%. Tetapi bila menelaah kembali kepada korban yaitu yang didominasi oleh sepeda motor, disusul armada bus dan mobil pribadi yang menelan korban ratusan hingga ribuan, maka tetap saja angka kecelakaan tersebut tidaklah sedikit dan tidak boleh pula disepelekan.
Kecelakaan demi kecelakaan ini terjadi lantaran berbagai hal, mulai dari kondisi pemudik dan juga kualitas infrastruktur yang belum memadai. Dengan itu perlu diperhatikan dan diperbaiki lagi tata kelola infrastruktur jalan agar dapat menunjang para pengguna jalan sehingga angka kecelakaan dapat terus menurun hingga mendekati nol.
Imbas Infrastruktur Berasas Kapitalisme
Di sistem Kapitalisme ini, orientasi dari berbagai hal adalah materi semata. Fakta demikian dapat terlihat dengan tunduknya negara pada pemilik modal, dalam hal ini adalah pemilik modal di bidang infrastruktur dan transportasi. Negara bekerja sama dengan swasta dan masyarakat menjadi mendapat kewajiban untuk membayar tol jikalau hendak melalui jalan tol tersebut.
Sistem Kapitalisme ini pada realitanya gagal menyediakan transportasi yang aman, nyaman dan murah. Masyarakat masih menghadapi berbagai tantangan bahkan menjadi korban dari sistem Kapitalisme ini. Masyarakat mengeluarkan uang dan masyarakat pula yang masih mendapatkan dampak buruknya. Sedang di luar sana pada waktu yang bersamaan para pemilik modal sedang berenang di dalam tumpukan keuntungan. Maka, sudah sepatutnya kita beralih kepada sistem yang mampu menyelesaikan berbagai problematika termasuk di dalamnya mengenai infrastruktur dan transportasi ini.
Beralih pada Sistem Warisan Nabi Muhammad SAW
Di dalam sistem yang berlandaskan Islam, maka kita akan temukan fungsi negara yang sesuai dengan seharusnya, yaitu mengurusi rakyat. Karena sejatinya imam atau penguasa adalah penanggung jawab bagi urusan umat. Maka negara akan menjadikan kepentingan masyarakat sebagai hal utama yang perlu diselesaikan dengan tuntas.
Dengan berlandaskan pada aturan Islam, maka masyarakat akan mendapatkan bahwa esensi dari mudik lebaran bukanlah hanya formalitas tahunan saja. Mudik lebaran dapat menjadi agenda birrul walidain dan silaturahim yang sangat hikmat bagi setiap masyarakat. Masyarakat akan berada di dalam atmosfer ketaatan kepada Allah SWT. Hal itu lantaran negara mampu memfasilitasi dan menciptakan suasana islami yang jauh dari penyimpangan hukum syara.
Sistem peraturan Islam akan memastikan kondisi mudik dalam berbagai aspek, mulai dari kelayakan jalan yang akan dilalui masyarakat dari kota hingga pelosok. Lalu juga memastikan dengan baik bahwa semua dalam kondisi yang memudahkan masyarakat, memberi rasa aman dan tentunya terjangkau. Semua aspek pendukung harus dirancang untuk meminimalisir kecelakaan, yaitu dengan mengoptimalkan tenaga ahli dan pemanfaatan seluruh teknologi pendukung untuk kepentingan masyarakat. Semua itu adalah peran aktif dari negara sebagai “penjaga jiwa.”
Hanya Islam yang Mampu Menuntaskan
Dengan melihat perbandingan sistem Kapitalisme dan sistem Islam dalam memandang dan mengurusi masyarakat, maka kita dapat temukan pembeda yang sangat signifikan. Sistem kapitalisme hanya akan berputar pada ranah materi yang mengantarkan keuntungan pada segelintir orang saja. Kepentingan masyarakat masuk pada halaman terakhir untuk diselesaikan. Hasilnya, solusi yang coba diberikan tak pernah mampu menuntaskan berbagai problematika yang kian mengakar.
Kapitalisme tunduk pada pemilik modal semata, baik buruknya semua tergantung kekuasaan guna mendulang keuntungan. Sedangkan masyarakat membutuhkan perbaikan secara cepat dan signifikan. Bagaimana dapat menuntaskan, bila selama ini hanya fokus memasok keuntungan bagi segelintir orang. Sudah jelas, kapitalisme tidaklah pernah mengutamakan rakyat, justru rakyat menjadi objek untuk mentransfer keuntungan semata bagi dirinya.
Hanya Islam beserta aturan terperincinya yang dapat membawa masyarakat menuju rasa aman dan nyaman. Islam memiliki seperangkat aturan yang mampu menyelesaikan berbagai persoalan umat, Islam mengutamakan umat dan Islam memfasilitasi umat agar selalu berada dalam kebahagiaan hakiki baik di dunia maupun di akhirat.
Dan yang perlu diketahui bersama pula adalah, Islam pernah membuktikan keberhasilannya yang sangat gemilang selama 1.300 tahun, Islam menjadi mercusuar dunia yang tiada tara. Semua itu dapat kembali kita rasakan bila mana kita mau kembali kepada aturan Islam secara menyeluruh untuk menuntaskan segala permasalahan dan menjemput keridhoan dari Sang Pemilik Keduniaan.
Maka, jadilah barisan yang mau menjemput masa kegemilangan itu kembali. Yaitu dengan selalu menggenggam aturan Allah SWT dan mengoptimalkan diri untuk menyebarkan kebenaran Allah SWT ke seluruh dunia, hingga suatu saat nanti kita akan sampai pada kegemilangan hakiki yang dapat membawa kita kepada solusi dan kebahagiaan hakiki sesuai yang Allah SWT ridhoi.
Wallahu a’lam.
Tags
Opini