Oleh: Ummu Diar
Derasnya arus hidup yang jauh dari tuntunan Nabi tengah melanda setiap keluarga. Bukan hanya pada level orang tuanya, tapi juga pada tataran generasi mudanya. Tak jarang, buaian arus hidup tersebut justru menyeret calon penerus kepemimpinan masa depan pada pola hidup sekuler nan liberal, individualis lagi materialistis.
Bahkan fenomena ini tak hanya menerpa keluarga yang awam dengan agama. Di keluarga yang sarat dengan nuansa amar makruf sekalipun, mulai ada generasi-generasi muda yang tak sejalan dengan kebiasaan amar makruf orang tuanya. Alasannya mulai dari yang sederhana seperti sebatas ndak suka, sampai membandingkan soal ekonomi antara keluarga yang peduli agama dan fokus di ekonomi semata.
Tentu tak seharusnya ini terjadi bila antara generasi muda dan yang lebih tua terjalin komunikasi baik lagi berkualitas. Juga tidak akan muncul 'kecemburuan' bila hak dan kewajiban masing-masing anggota keluarga yang berbeda generasi sama-sama tertunaikan dan terpenuhi. Aktivitas amar makruf di luar rumah dilaksanakan, tapi pada saat yang sama amanah di dalam rumah, terutama pengasuhan-pendampingan-dan pendampingan putra-putri tertunaikan secara seimbang.
Sebab bahaya jika generasi penerus tak menaruh perhatian pada amar makruf, tak begitu menghiraukan dakwah. Bisa dibayangkan bagaimana gambaran kerusakan bila tak akan ada lagi calon penerus yang tulus menyampaikan amar makruf nahi munkar? Oleh karenanya, jangan sampai kekeliruan komunikasi, 'kecemburuan' perhatian, dan hal teknis lainnya justru menjadi boomerang bagi terkadernya generasi ke depan untuk mencintai amar makruf nahi munkar.
Berikut aktivitas yang dapat dimasukkan dalam agenda membina generasi untuk mencintai amar makruf:
1. Melibatkan anak dalam penyiapan atau proses amar makruf nahi munkar. Ketika masih memungkinkan dibawa, maka anak dapat diajak. Tentu dengan penyiapan bekal makanan atau mainan atau hal lain yang bisa membuat anak betah selama di forum. Jika anak sudah punya kesibukan yang bersamaan agenda orang tua, maka anak bisa diajak mengenal persiapan yang akan dibawa. Malam hari bisa disampaikan agenda esok hari, dan anak diminta bantuan atau diajak sama-sama menyiapkan. Biar anak mengerti dan tahu kebaikan apa saja yang bisa diberikan.
2. Meluangkan waktu untuk anak, terutama di jam penting mereka. Maka sebisa mungkin jadwal orang tua diatur dengan baik. Agar setiap kewajiban baik di dalam rumah maupun di luar rumah tertunaikan secara adil.
3. Berusaha menunaikan hak anak dengan memenuhi apa yang sudah dijanjikan pada anak. Jika terpaksa pada satu kesempatan tidak dapat ditunaikan, maka sebaiknya minta maaf dan sebagai gantinya anak diajak serta beragenda dengan bekal pemahaman kondisi yang akan dituju. Sepanjang jalan, dapat dimanfaatkan untuk quality time mengobrol dengan mereka. Dan jika pun mengajak tidak memungkinkan, maka bisa melakukan reschedule kegiatan dengan anak. Yang penting anak tidak kecewa atau menabung ketidaksenangan pada orang tuanya.
4. Pandanglah kontribusi anak setara dengan usia dan kemampuan mereka. Sebab mereka belum baligh, tak mungkin sempurna seperti orang dewasa. Mereka diam dan manut saat diajak atau mereka mau dengan senang hati menunggu di rumah, itu sudah merupakan kontribusi nyata dari mereka. Yang dengan begitu sama artinya memudahkan orang tua beraktivitas di luar.
5. Senantiasa mencoba memberikan pemahaman pada anak sesuai levelnya. Memahamkan bahwa amar makruf adalah kewajiban dan penting sekali. Tak selalu dilaksanakan tak mengapa, yang penting mereka punya informasi kebaikan secara berulang. Bahkan bisa juga sebatas menyampaikan pada anak poin yang didapatkan orang tua ketika berkegiatan di luar. Disini titik sentral yang hendak disentuh adalah bahwa anak merasa diperhatikan sekaligus dibutuhkan dalam ritme amar makruf orang tuanya.
6. Anak adalah ciptaan Allah, maka sebagai jurus pamungkas orang tua perlu banyak-banyak mendoakan. Doa yang sama banyaknya dengan ikhtiar penyiapan yang dilakukan. Sebab pada hakikatnya tugas orang tua mengarahkan dan menyampaikan, sedangkan hidayah mutlak di tangan Allah.
InsyaAllah dengan langkah di atas, anak akan mulai terbina dengan kebiasaan amar makruf. Dan jika hal ini terus dilanjutkan, apalagi dilakukan ke banyak anak di banyak keluarga, maka niscaya terbina nya generasi yang peduli amar makruf adalah keniscayaan. []
Sumber gambar: its.ac.id