Oleh: Tri S, S.Si
Ternyata badai PHK juga menerpa Meta sebagai induk perusahaan Facebook, Instagram, dan WhatsApp. Pada November tahun lalu Meta sudah melakukan PHK gelombang pertama dengan memberhentikan 11.000 pekerja. Rencananya akan dilakukan PHK gelombang kedua yang sudah diumumkan, dengan memangkas 10.000 pekerja. Mark Zuckerberg sebagai kepala eksekutif Meta menyatakan PHK merupakan bagian dari tahun-tahun efisiensi perusahaan.
Lalu, bagaimana dengan Indonesia? Setali tiga uang dengan negara lainnya, badai pemutusan hubungan kerja alias PHK massal juga melanda negeri ini. Sejumlah startup terkemuka seperti Shopee Indonesia, SiCepat, Ruangguru, hingga GoTo juga terpaksa memangkas pekerjanya. Tidak hanya perusahaan-perusahaan startup, perusahaan air minum kemasan merek Alto, yakni PT. Tri Bayan Tirta Tbk. juga melakukan PHK terhadap 145 karyawannya.
Sebenarnya apa yang terjadi sehingga badai PHK menerpa di berbagai belahan dunia? Rentetan kejadian-kejadian di atas seakan menunjukkan bahwa dunia sedang tidak baik-baik saja. Ada yang salah dalam sistem yang diterapkan di dunia ini. Pemutusan Hubungan Kerja atau PHK adalah sebuah konsep yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengakhiri hubungan kerja. Berakhirnya masa kerja karyawan bisa disebabkan oleh beberapa hal, misal karena demi alasan hukum. Contohnya pensiun, meninggal dunia, atau berakhirnya PKWT (Perjanjian Kerja Waktu Tetap).
PHK juga bisa terjadi karena pengunduran diri dari pihak karyawan. Namun, pada umumnya PHK yang terjadi di perusahaan-perusahaan adalah karena ingin mengurangi beban biaya (cost) untuk menggaji para pekerjanya. Bisa karena kondisi keuangan perusahaan yang tidak stabil, menurunnya profit perusahaan, atau bahkan perusahaan telah dinyatakan pailit.
Di Indonesia sendiri, gelombang PHK massal bermula sejak terjadinya penurunan permintaan di pasar ekspor. Sampai menyentuh angka 50 persen. Badai PHK ini terus terjadi hingga memicu kekhawatiran stagflasi atau situasi ekonomi yang lambat dan meningkatnya jumlah pengangguran disertai dengan inflasi yang mulai menerpa Indonesia. Kondisi ini disebabkan oleh perlambatan ekonomi di negara tujuan ekspor. Diperparah dengan adanya hiperinflasi atau peningkatan jumlah harga barang yang diikuti dengan menurunnya nilai uang di saat musim dingin. Akibatnya konsumen di negara-negara tersebut lebih mengutamakan membeli makanan dan energi.
Hal ini terjadi tak terlepas dari abainya para penguasa dalam sistem kapitalisme dalam mengurusi urusan rakyatnya. Seolah kesejahteraan rakyat menjadi tanggungjawab tempat mereka bekerja. Seperti pendapatan pekerja harus disesuaikan dengan biaya hidup, sedangkan di sisi lain para penguasa tidak mengimbanginya dengan kebijakan yang memudahkan rakyat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Inilah wajah asli kapitalisme. Kesejahteraan rakyat hanya dilihat dari besarnya GNP secara umum. Bukan dilihat kemampuan per individu dalam memenuhi kebutuhan. Walhasil rakyat harus berjuang sendiri dalam memenuhi semua kebutuhan hidup.
Penerapan sistem politik dan ekonomi Islam memiliki keadilan yang luar biasa. Karena didasari oleh akidah yang sahih yang berasal dari Allah Swt. Dalam Islam kesejahteraan rakyat merupakan tanggungjawab penguasa, yaitu Khalifah. Seorang Khalifah memiliki kewajiban untuk memenuhi dan memudahkan rakyat dalam memenuhi kebutuhannya. Serta rakyat tidak dibebani dengan biaya-biaya yang memang menjadi tanggungan negara, seperti kesehatan, pendidikan. Sehingga rakyat bisa fokus dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mereka dan keluarga. Dengan begitu beban hidup rakyat tidak dibebankan pada perusahaan tempat mereka bekerja.
Jadi jika terjadi sesuatu pada perusahaan tersebut yang dapat menyebabkan terjadinya PHK, maka persoalannya tidak akan meluas ke mana-mana. Karena negara akan selalu memenuhi kebutuhan hidup rakyatnya. Misal akan dibuka peluang kerja yang seluas-luasnya, atau diberikan modal berupa tanah agar bisa digarap dan menghasilkan.
Dari fakta ini menggambarkan betapa adilnya sistem Islam. Rakyat tidak dibiarkan berjuang sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Apalagi dibebani dengan segala macam pungutan seperti pajak yang mencekik dalam sistem kapitalisme. Kesimpulannya sistem kapitalisme memang tidak layak untuk mengatur kehidupan manusia. Karena tidak sesuai fitrah manusia dan gagal dalam menyejahterakan kehidupan dunia. Oleh karena itu sudah saatnya sistem ini diganti dengan sistem Islam, yang adil dan merupakan solusi bagi kehidupan. Wallahu'alam