Oleh: Zahrul Hayati
Apabila kita mendengar mengamati tentang negara kita Indonesia, kira-kira apa yang akan terpikirkan dalam benak saudara sekalian? Ya, Indonesia sangat kaya, Indah dipuja-puja bangsa, memiliki daratan dan lautan yang sangat luas bagai tak bertepi, terdiri dari beribu-ribu pulau besar dan kecil, budayanya beragam, bahasanya pun beragam pula, sumber daya manusianya banyak, sumber daya alamnya melimpah ruah. Sungguh sangat luar biasa jika potret Indonesia seperti ini, pasti penduduknya bahagia makmur, karena Indonesia paket lengkap sebuah negara. Namun benarkah penduduknya bahagia sejahtera dengan adanya paket lengkap yang dimiliki negara ini?.
Fakta di Negara Ini.
Pada kenyataannya walaupun sudah paket lengkap namun tak juga dapat membawa penduduknya makmur sejahtera. Dari tahun ke tahun kemiskinan masih menjadi problem pahit yang harus dirasakan oleh masyarakat. Kemiskinan ekstrim menjadi persoalan besar Indonesia, walaupun sudah ditargetkan akan dihapuskan pada tahun 2024, namun banyak pihak yang pesimis akan keberhasilan tersebut.
Elite Kapitalis yang rakus ingin menguasai seluruh sumber daya alam, merampas hak rakyat demi kekayaan dan kekuasaan untuk segelintir orang saja.
Kemiskinan di Tanah Air terus memburuk. Jumlah warga miskin per September 2022 menjadi 26.36 juta penduduk, naik dibandingkan 3 tahun sebelumnya. September 2019, yakni 24.75 juta penduduk. Lalu ada 167.8 juta warga atau 60.7% dari populasi rakyat Indonesia, yang berpenghasilan dibawah Rp1.1 juta / perbulan.
Dilansir dari Jatim Antara news dot com (16/10/2022). Dinsos Surabaya mencatat lebih dari 20 ribu warga setempat masuk data kemiskinan ekstrim. Di Kabupaten Bogor 73 ribu penduduk tanah longsor dengan pendapatan hanya Rp 29 ribu per hari.
Kapitalisme Neoliberal Biang Masalah.
Kemiskinan bak fenomena gunung es di negeri ini. Dan ini merupakan PR bagi pemangku kebijakan pemerintah saat ini yang belum terselesaikan. PHK dimana-mana, pemotongan gaji karyawan, pengangguran, kebutuhan bahan pokok melonjak naik, daya beli masyarakat turun melemah, kebutuhan hidup sehari-hari tidak terelakkan lagi. Mirisnya krisis dalam negeri yang memiliki kekayaan SDA yang melimpah ruah.
Tetapi yang menjadi persoalannya dimana pemangku kebijakan peran negara saat ini?
Mengenai kesejahteraan, sangat naif jika ingin mensejahterakan rakyat dengan upaya menekan jumlah penduduk, sementara kekayaan masyarakat berupa SDA seperti tambang energi, hutan, yang seharusnya dikelola oleh negara dan hasilnya semua untuk memenuhi kebutuhan rakyat, malah jor-joran di serahkan kepada korporasi asing dan aseng.
Inti permasalahan ekonomi dunia saat ini adalah adanya sistem kapitalis yang bercokol di setiap belahan dunia, termasuk di Indonesia.
Akar persoalan yang sesungguhnya adalah ketimpangan ekonomi yang diciptakan sistem ekonomi kapitalisme neoliberal yang dijalankan hari ini tidak berpihak pada rakyat banyak.
Kebutuhan bahan pokok rakyat sehari-hari merangkak naik dengan harga yang hampir tidak terjangkau, pajak mencekik, belum lagi biaya pendidikan kesehatan mahal. Kemiskinan dan pengangguran makin meluas dimana-mana, angka stunting meningkat, ekonomi nyungsep collaps rakyat melarat.
Problem kemiskinan kita bukan karena jumlah penduduk, sebab kekayaan yang Allah berikan itu sangat banyak. Masalahnya kekayaan itu diserahkan kepada korporasi. Jika ingin rakyat sejahtera, maka ambil kembali kekayaan SDA dari korporat kapitalis dan kelola oleh negara. Dengan begitu lapangan pekerjaan pun semakin terbuka luas bagi rakyat negeri ini. Sehingga kebutuhan sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan dan keamanan, dapat terjamin terpenuhi dan rakyat sejahtera.
Islam mengancam para penguasa yang menelantarkan kebutuhan rakyat, apalagi menghalangi hak-hak mereka.
Sabda Rasulullah Saw:
Tidak ada seorang pemimpin pun yang menutup pintunya dari orang yang membutuhkan, orang yang kekurangan dan orang miskin, kecuali Allah akan menutup pintu langit dari kekurangan, kebutuhan dan kemiskinan (HR. At-Tirmidzi).
Islamlah Solusi Kehidupan Bukan Yang Lain.
Sudah selayaknya generasi muda Islam berjuang untuk tegaknya syariat Islam kaffah dalam naungan Khilafah. "Sampai kapan masalah kemiskinan dan ketimpangan ini kita biarkan?"
Apakah kita rela negara ini dikuasai para oligarki, investor, penguasa yang kaya fokus untuk memperkaya diri mereka, sedangkan rakyat hidup dalam kemiskinan dan kesempitan? Oleh karena itu, hendaknya ada perubahan negara ini kearah Islam, bukan yang lain karena Allah telah berjanji keberkahan dari langit dan bumi jika suatu negeri berhukum dengan syariat Allah.
Sebagai muslim, tentu kita meyakini bahwa Islam agama yang sempurna dan meyakini bahwa jika Islam diterapkan secara kaffah, pasti akan menyelesaikan berbagai masalah, termasuk persoalan kemiskinan ekstrim ini.
Ketika Islam diterapkan, maka masyarakat akan sejahtera. Dengan penerapan Islam secara kaffah, sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, otomatis akan terpenuhi karena Islam telah menjadikan kepala negara yang bertanggung jawab terhadap urusan rakyatnya. Kesejahteraan pun akan dinikmati oleh seluruh masyarakat.
Mekanismenya adalah dengan mewajibkan laki-laki bekerja, sedangkan negara yang wajib memberikan lapangan pekerjaan dengan cara mengelola kekayaan alam kita sendiri, tidak diserahkan kepada korporasi asing dan aseng. Ketika kekayaan alam dikelola negara secara otomatis akan membutuhkan tenaga ahli dan pekerja. Dengan sendirinya pengangguran tidak akan ada lagi.
In sya Allah jika Islam diterapkan, maka persoalan kemiskinan ekstrim akan bisa diatasi dan diselesaikan.
Wallahu a'lam bis showaab.
Tags
Opini