Oleh: Eri
(Pemerhati Masyarakat)
Israel kembali berulah. Kekerasan terjadi di masjid Al-Aqsa pada Rabu (5/4/23) kemarin. Sejumlah polisi menyerang umat Muslim Palestina yang sedang melakukan ibadah. Baku tembak tidak mampu dihindari. Puluhan umat Muslim Palestina yang mengalami luka-luka.
Mengapa Israel berulang kali menyerang umat Islam Palestina di masjid Al-Aqsa saat Ramadhan? Menjauhkan umat Islam dari masjid Al-Aqsa merupakan dorongan terbesar Israel melakukan tindakan keji tersebut. Serta segudang alasan lainnya dikemukakan zionis Israel demi memuluskan kepentingan mereka.
Israel selalu playing victim. Merasa menjadi korban, selalu mengatakan tidak bersalah, serangan yang dilakukan untuk membela dirinya terus diopinikan. Sikap Israel tidak lain untuk menarik simpati dunia barat. Sayangnya, Barat mendukung tindakan keji Israel untuk melindungi diri atas serangan umat Islam Palestina.
Israel terus berupaya melakukan provokasi dan membatasi rakyat Palestina melakukan ibadah terutama di bulan Ramadhan. Miris, masyarakat dunia tidak mampu berbuat banyak. Apalagi para pemimpin Islam, tidak menggunakan powernya untuk mengangkat senjata. Mereka hanya sekedar mengecam atau mengutuk perbuatan Israel melalui pernyataan di depan publik.
Sekat nasionalisme ciptaan Barat berhasil mencerai berai umat Muslim seluruh dunia. Sehingga negeri-negeri Muslim lumpuh untuk bertindak tegas. Mereka juga terbentur kepentingan dengan Barat. Pada akhirnya, para pemimpin negeri Muslim tidak mampu berkutik melawan Israel. Bahkan lembaga internasional Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) tidak mampu menghentikan kekejaman militer Israel.
Banyak pula umat Islam yang gagal paham terkait masalah Israel-Palestina. Bahwasanya, serangan Israel terhadap umat Islam di masjid Al-Aqsa bukan sekedar konflik tetapi pembantaian. Umat Islam yang sedang melakukan ibadah tidak disertai senjata, tidak bisa memberikan perlawanan yang seimbang. Apalagi campur tangan media Barat terhadap narasi Israel, mengaburkan pandangan dunia untuk membenarkan aksi brutal tersebut.
Ketiadaan institusi negara Islam, membuat umat tercerai-berai. Semakin mudah masuk dalam cengkeraman kafir penjajah. Umat Islam khususnya Palestina mengalami penderitaan yang panjang. Serangan fisik dan nonfisik tidak mampu dihadapi. PBB sebagai penjaga perdamaian dunia, nyatanya mendukung dan melegitimasi tindakan Israel.
Oleh karena itu, Palestina membutuhkan junnah yang memiliki kekuatan militer hebat. Militer yang mampu mengalahkan tentara Israel. Satu-satunya harapan umat Islam hanya kepada sistem pemerintahan yang menerapkan syariat Islam dalam bingkai Khilafah. Institusi yang dapat menyatukan umat Islam di seluruh dunia. Sehingga, menegakkan jihad dan merebut kembali tanah Palestina dari zionis Israel.
Khilafah merupakan solusi tuntas untuk permasalahan panjang Palestina yang dijajah Israel. Khilafah juga sebagai perisai umat, seperti sabda Rasulullah Saw.,
إنَّمَا الْإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ،
“Sesungguhnya al-Imam (Khalifah) itu (laksana) perisai, di mana (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)nya.” (HR Al-Bukhari, Muslim, An-Nasa’i, Abu Dawud, Ahmad).
Khilafah sebagai perisai yang menghalangi kafir penjajah melakukan kezaliman terhadap umat Islam dimanapun. Tugas mulia yang diemban seorang Khalifah untuk melindungi umat yang berada dalam naungannya. Seperti Khalifah Umar bin Khattab dan Salahuddin Al-Ayyubi yang merebut dan menjaga masjid Al-Aqsa dari kafir penjajah.
Untuk itu, umat harus mewujudkan satu-satunya solusi yaitu menegakkan Khilafah. Institusi yang mampu menyelesaikan tuntas semua masalah umat. Waallahu a'lam bis shawwab.
Tags
Opini