Sistem Kapitalisme, Jelang Ramadan Harga Bahan Pokok Naik




Oleh: Siti Rahmah, S.Ak. 
Aktivis Muslimah

Tinggal hitungan hari lagi jelang Ramadan. Kini sejumlah komoditas bahan pangan pokok harganya ibarat anak tangga, seperti cabai, minyak goreng, gula pasir kualitas premium, dan daging ayam ras segar. 

Rata-rata harga cabai merah besar secara nasional mencapai Rp42.200/kg pada Jumat (3-2-2023), hal ini berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional. Angka tersebut mengalami kenaikan dibandingkan bulan lalu (Rp36.250/kg). Rata-rata harga naik seperti cabai rawit hijau, mencapai Rp48.700/kg, naik dibandingkan posisi awal Februari (Rp42.600/kg). 

Cabai rawit merah pun tak tertinggal pula, mencapai Rp65.950/kg, naik dibandingkan awal Februari (Rp54.800/kg). Sementara itu, rata-rata harga pada minyak goreng bermerek mencapai Rp21.750/kg, naik dibandingkan posisi bulan lalu (Rp20.100/kg). (m.bisnis.com, 06/3/2023).

Tak hanya komoditas cabai dan minyak goreng bermerek saja, namun gula pasir yang kualitas premium juga mengalami kenaikan harga. Rata-rata harga nasionalnya mencapai Rp15.900/kg, naik tipis dibandingkan bulan sebelumnya (Rp15.850/kg). (Sumber: Katadata).

Indonesia menjelang Ramadan identik disambut oleh sebuah “tradisi”, yaitu dengan kenaikan harga pangan pokok yang terus berulang seperti anak tangga tiap tahunnya. Melalui mesin pencarian Google, apabila kita mengetik atau mencari dengan menggunakan kata kunci “kenaikan harga pangan menjelang Ramadan” dengan rentang waktu pemberitaan 2017—2022, makan akan banyak muncul hasil pemberitaan yang berulang terkait hal tersebut.

Pertanyaannya, mengapa kenaikan harga pangan kerap kali terjadi menjelang Ramadan? Misalnya, menjelang Ramadan 2017, Ketua Ikatan Pedagang Pasar Pasar Indonesia (IKAPPI) kala itu mengungkapkan bahwa salah satu alasan kenaikan harga komoditas pangan menjelang Ramadan kerap kali terjadi diakibatkan oleh meningkatnya daya konsumtif masyarakat.

Masyarakat pada umumnya belanja di pasar dalam jumlah yang lebih banyak, sebab untuk persediaan puasa dibandingkan pada hari biasa. Dalam teori ekonomi kapitalisme, apabila permintaan naik, maka harga pun akan naik pula. 

Pada 2017 Penelitian Engkus melaporkan, ada beberapa penyebab kenaikan harga menjelang Ramadan. Yaitu hukum permintaan dan penawaran, penimbunan barang, kinerja pasokan yang terganggu, dan gaya hidup masyarakat yang lebih konsumtif.

Penimbunan barang terjadi sebab terjadi adanya permainan pelaku pasar. Hal ini bukan sesuatu yang aneh lagi dalam negara yang menganut sistem kapitalisme. Sistem ini memang menghasilkan orang-orang yang akan hanya memikirkan manfaat materi semata. Mereka memandang bahwa masyarakat dijadikan sebagai pasar yang berpotensi untuk meraih keuntungan, tanpa memikirkan dampak buruk atau banyak orang yang merugi.

Sistem kapitalisme juga menjadikan peran negara hanya sebatas regulator. Negara tak berdaya dalam perannya sebagai pelayan rakyat yang mengedepankan kepentingan masyarakat. Padahal, negara seharusnya melakukan berbagai upaya antisipatif agar tidak terjadi adanya gejolak harga agar masyarakat mudah mendapatkan kebutuhannya. 

Oleh sebab itu, fenomena yang kian terus terjadi di negeri ini sejatinya menunjukkan kegagalan negara dalam menjaga stabilitas harga. Selain itu pula gagal dalam menyediakan pasokan yang cukup sesuai kebutuhan masyarakat.

Bagaimana dengan Islam? Dalam Islam, negara memiliki peran sebagai pelayan rakyat. Islam mewajibkan negara hadir secara penuh untuk mengurusi seluruh kemaslahatan pada masyarakat. Negara juga akan bertindak tegas terhadap pihak-pihak yang mencari keuntungan bagi dirinya sendiri. Apabila terjadi problem, makan akan diselesaikan secara tuntas dan segera. Tidak ada yang namanya menunda. 

Dalam pandangan Islam bahwa masalah pangan adalah hal yang perlu mendapat perhatian khusus. Sebab, hal ini merupakan salah satu kebutuhan manusia yang wajib dipenuhi per individu. Selain itu juga, seorang pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah jika terdapat rakyatnya yang kelaparan. 

Walhasil, negara akan memperhatikan secara penuh pengaturan berbagai aspek dalam upaya untuk pemenuhan pangan dalam negeri. Negara juga akan menjamin tersedianya pangan dengan harga yang dapat dijangkau oleh masyarakat dengan mendorong peningkatan dan inovasi penyediaan sumber pangan yang dibutuhkan. Negara akan melakukan berbagai upaya produksi bahan pangan secara mandiri demi kepentingan pemenuhan kebutuhan rakyat semata.

Islam juga akan menjamin bagaimana mekanisme pasar agar terlaksana dengan baik. Negara wajib menjamin dan memberantas distorsi, seperti penimbunan, monopoli, dan penipuan. Negara pun akan menyediakan pula informasi ekonomi dan pasar, serta membuka akses informasi bagi semua orang untuk meminimalkan informasi yang tidak tepat, yang bisa dimanfaatkan oleh pelaku pasar untuk mengambil keuntungan secara tidak benar.

Dengan demikian, jangan kaget dengan harga bahan pokok yang terus meroket setiap jelang Ramadan. Sebab, negara ini masih menerapkan sistem ekonomi kapitalisme. Hal itu semua dapat terurai hanya dengan penerapan sistem Islam secara menyeluruh dan sempurna, maka kesejahteraan rakyat dapat diraih. Ini dikarenakan sistem Islam mengurus rakyat dengan aturan yang berasal langsung dari Al-Khaliq yaitu Allah Taala Sang Pencipta manusia. Wallahu a'lam bishawwab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak