Oleh: Zahrul Hayati
Fenomena generasi muda dinegeri ini makin hari makin memperhatinkan.
Kasus-kasus kerusakan moral menjadi berita harian yang mengerikan. Kehidupan generasi semakin liberal, makin kebal nasihat dan makin jauh dari Islam. Ketergantungan kepada narkoba, kriminalitas remaja, pergaulan bebas, tawuran, penyimpangan seksual, mental sickness hingga angka bunuh diri yang semakin tinggi adalah gejala-gejala kemerosotan moral.
Terekam dalam catatan Kemen PPPA berturut-turut sejak 2019-2022, kejahatan dan kekerasan anak, yakni sebanyak 11.057, 11.278, 14.517, dan 16.106 kasus. Bentuknya tawuran, pencurian, jambret, hingga pembunuhan.
Mayoritas merupakan kekerasan seksual.
Banyak remaja / pelajar di Indonesia juga terjerat narkoba. Baik sebagai pengguna maupun pengedar. Survei dari Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menunjukkan ada 2 ,3 juta pelajar atau mahasiswa di Indonesia pernah mengkonsumsi narkoba (CNN) Indonesia, 22/06/2019).
Selain narkoba, tawuran antar pelajar juga sangat menghawatirkan. Mereka tidak hanya lempar batu, namun sudah menggunakan senjata tajam berbahaya. Tidak sekedar melukai, namun hingga membunuh. Itulah sekelumit potret buram krisis moral dan kepribadian pelajar/ pemuda di Indonesia saat ini.
Disisi lain gempuran tayangan dan informasi yang makin liberal, semakin mudah di akses oleh generasi kita, ditiru dan menjadi viral. Perhatian pemerintah atas moral generasi semakin sulit kita harapkan karena kebijakan Sekuler Kapitalistik. Harapan akan kebijakan yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan kian pupus. Sementara gempuran arus moderasi beragama kian deras mengalir ke generasi kita melalui berbagai lini, terutama lembaga pendidikan baik di sekolah, pesantren dan perguruan tinggi.
Walhasil, generasi muslim semakin sekuler, liberal, dan semakin jauh dari cita-cita qurrota a'yun lil muttaqiina imama.
Generasi Harapan Umat.
Generasi muda adalah tonggak peradaban masa depan.
Menyiapkannya menjadi calon pemimpin umat manusia menjadi tugas bersama kita. Khususnya generasi muslim yang menjadi amanah bagi kita dengan bonus demografi 2030 nanti.
Para pemuda sejatinya agen perubahan generasi masa depan. Tidak ada perubahan tanpa dengannya islam.
Sekulerisme Melahirkan Kerusakan
Maka, jika kita saksikan potret pemuda muslim negeri ini sekarang sungguh luar biasa, mereka sedang tidak baik-baik saja didalam jiwa dan akal pikirannya. Hal ini juga menjadikan pemuda terjerumus ke dalam pergaulan bebas, narkoba, kriminalitas bahkan pembunuhan. Dan tidak punya tujuan hidup yang sesungguhnya.
Makin banyaknya tindak kekerasan yang dilakukan oleh pemuda, menggambarkan ada yang salah dalam sistem kehidupan saat ini. Mulai dari gagalnya sistem pendidikan anak didik yang beriman bertakwa dan berakhlak mulia, lemahnya peran keluarga dalam meletakkan dasar perilaku terpuji hingga rusaknya masyarakat. Semua itu adalah buah dari kehidupan yang berdasar sekulerisme, yang menjadikan akal manusia sebagai penentu segala sesuatu. Islam menjadikan akidah Islam sebagai asas seluruh aspek kehidupan, sehingga menyadari dunia adalah tempat menanam kebaikan untuk dipanen di akhirat kelak. Hal ini akan menjaga setiap individu untuk selalu menjaga perilaku sesuai dengan aturan Allah dan Rasul-Nya. Islam juga mewajibkan masyarakat dan negara sebagai pilar yang menjaga umat selalu dalam kebaikan.
Maka buanglah jauh-jauh sekulerisme. Pahami, terapkan, dan dakwahkan Islam! Agar pemuda kembali memeluk agamanya yang selamatkan ia didunia dan akhirat.
Jika kita berjalan mengikuti syari'atnya Allah, berjalan mengikuti perintah Rasul-Nya, maka keberkahan dan kebaikan itu pasti akan datang.
Islamlah Solusi Kehidupan, Bukan Yang Lain.
Jika umat ingin menyelamatkan generasi muda muslim, dan ingin merasakan hidup bahagia penuh berkah satu-satunya cara adalah dengan mencampakkan sistem sekuler kapitalis neo liberal yang jahiliah, dan beralihlah menuju sistem Islam kaffah yang berasal dari wahyu Allah SWT.
Tidak ada kebangkitan, tanpa dengannya islam. Lantas tidakkah kita rindu dengan kehidupan yang menerapkan Islam secara komprehensif?
Wallahu a'lam bis showaab.
Tags
Opini