Oleh : Mutia Syarif
Ramadhan merupakan bulan penuh ampunan dan rahmat. Karenanya, sudah sepatutnya memperbanyak ibadah di bulan penuh berkah ini. Mengingat akan limpahan pahala sebagai balasannya. Sudah seharusnya pula kita berusaha semaksimal mungkin untuk menghindari diri dari segala bentuk perbuatan maksiat.
Namun sayang, kesucian bulan ini malah dinodai oleh segala tindakan kekerasan yang dilakukan para generasi muda. Seperti halnya yang terjadi di Purworejo, Jawa Tengah. Perang sarung antar geng meresahkan warga Desa Brenggong, Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo. Insiden ini terjadi pada Jumat (24/3/2023) sekitar pukul 01.00 WIB. Barang bukti berhasil disita oleh polisi. Termasuk sarung yang sudah dimodifikasi untuk digunakan sebagai senjata perang antar geng tersebut. Kepolisian juga berhasil mengamankan beberapa kendaraan yang digunakan dalam aksi kenakalan remaja ini. (kompas.com)
Begitupun yang terjadi di Cibadak, Sukabumi sekelompok warga berhasil diamankan setelah rencana mereka untuk melakukan tawuran berhasil digagalkan oleh sejumlah warga bersama aparat TNI/Polri dan Satpol PP termasuk Karang Taruna Cibadak yang berkoordinasi untuk penyergapan
Belum lagi di Jagaraksa, Tangsel. Sekelompok remaja yang melakukan aksi tawuran dengan menggunakan sarung yang ujungnya diikat batu di Jalan Durian, Jagakarsa, Jakarta Selatan (Jaksel). Para remaja itu lalu diamankan polisi.
Melihat beberapa fakta diatas, tawuran berkedok perang sarung bukan hanya terjadi dikalangan remaja. Ini artinya, perbuatan ini bukanlah sekedar kenakalan remaja saja. Terlebih senjata yang mereka gunakan merupakan senjata yang dimodifikasi bahkan ada pula senjata tajam. Aksi seperti ini memang kerap terjadi, terlebih di bulan ramadhan. Bulan yang seharusnya menjadi waktu untuk mencari amalan solih, malah mereka gunakan untuk melakukan aksi-aksi tidak berfaedah bahkan berbahaya.
Perbuatan ini merupakan buah dari sistem salah yang diterapkan di negeri ini. Sistem sekuler yang memisahkan aturan agama dari kehidupan jelas-jelas telah merusak generasi. Munculnya generasi sumbu pendek dan berperilaku kasar seperti ini adalah karena tidak diterapkannya aturan agama dalam kehidupan. Sehingga mereka bebas melakukan apapun, tanpa melihat apakah perbuatan tersebut disukai Allah Swt. atau malah dimurkai Allah Swt. Tolak ukur masyarakat dalam sistem sekuler adalah manfaat dan kesenangan semata. Sehingga bukan tak mungkin kejadian seperti ini tetap ada sekalipun pada bulan suci ramadan.
Kerusakan generasi seperti ini juga disebabkan oleh sistem pendidikan sekuler. Kurangnya jam pelajaran agama disekolah turut berperan dalam pembentukan anak didik yang jauh dari agamanya. Sistem pendidikan sekuler hanya berkonsentrasi untuk membentuk generasi siap kerja. Karena asas kapitalisme yang diemban di negara ini. Maka segala sesuatu akan diukur berdasarkan manfaat semata. Termasuk tujuan pendidikan.
Islam adalah agama sempurna, yang didalamnya terdapat aturan kehidupan. Islam bukan hanya agama ritual semata. Aturan islam ada untuk diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan. Pun dalam urusan pendidikan. Karena pendidikan sangat berperan dalam pembentukan kepribadian sebuah generasi.
Dalam sistem islam, terdapat tiga lapis perlidungan, yaitu keluarga, masyarakat dan negara. Dalam lingkup keluarga, orang tua akan menjalankan perannya secara maksimal untuk membentuk kepribadian baik bagi anak-anaknya. Orangtua memegang tanggung jawab dan perannya masing-masing dalam meriayah keluarganya. Perlindungan lapisan kedua yaitu masyarakat. Tidak seperti masyarakat saat ini yang individualis dan terkesan tak peduli terhadap kerusakan generasi, dalam sistem islam masyarakat akan didorong untuk gemar melakukan amar ma'ruf nahi munkar. Sehingga jika ada sebuah kemungkaran di sekitarnya, maka masyarakat akan turut berperan untuk memperbaikinya.
Allah SWT berfirman:
وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى ٱلْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ ۚ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ
Artinya: "Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung." (QS. Ali Imran : 104)
Perlindungan yang terakhir adalah negara. Dalam sistem islam, negara bertanggung jawab untuk meriayah rakyatnya dalam segala aspek kehidupan. Termasuk aspek pendidikan. Negara akan mengarahkan sistem pendidikan agar sesuai dengan islam. Pendidikan dalam islam bertujuan untuk membentuk generasi cemerlang yang kuat akidahnya serta tinggi adab dan akhlaknya. Islam juga mengajarkan untuk bersikap lemah lembut kepada sesama muslim dan tegas terhadap orang-orang kafir.
Penerapan islam secara kaffah dan menyeluruh dalam sebuah sistem bernama khilafah, akan mencetak generasi yang cerdas pemikirannya, berkepribadian islam dan kokoh akidahnya. Sangat jauh berbeda dengan generasi ala kapitalis sekuler yang miskin akhlak, rapuh iman dan akidahnya serta merupakan generasi sumbu pendek.
Wallahu'alam