Oleh : Dahlia
Bogor kembali ramai dengan aksi-aksi kekerasan antarpelajar. Tak tanggung-tanggung, korban sampai meregang nyawa hanya dalam sepekan terakhir.
Tiga nyawa pelajar melayang. Mereka bersimbah darah. Dua di antaranya, imbas kejadian di Kabupaten Bogor. Sedangkan, satu orang meninggal di Kota Bogor.
Kejadian pertama yang menewaskan seorang siswa SMP, TN (15) di Desa Parung, Kecamatan Parung, Senin (6/3). Ia menjadi korban pengeroyokan saat menonton pertandingan futsal antara SMP Yapia melawan SMP 1 Parung. Korban mengalami luka akibat terkena sabetan senjata tajam pada bagian paha dan lengan.
Kedua, aksi kekerasan yang melibatkan pelajar di Kecamatan Rancabungur. Perkelahian terjadi di Perum Griya Asri RT 04/01, Desa Bantar Jaya, Rabu (8/3).
Duel tersebut menewaskan satu orang, YP (17), karena terkena sabetan senjata tajam. Sedangkan, lawannya yakni M, juga mengalami luka dan dirawat di RSUD Kota Bogor. M mengalami tangan kiri patah dan luka robek pada bagian punggung.
Korban ketiga menyasar keramaian jalan di Kota Bogor, Jumat (10/3).
Seorang pelajar SMK Bina Warga 1, Arya Saputra (16) meregang nyawa setelah disabet pedang oleh sesama pelajar dari sekolah lain di Simpang Pomad, Jalan Raya Jakarta – Bogor.
Korban saat itu tengah jalan pulang dari sekolah usai mengikui ujian semester. Ketika hendak menyeberang, tiba-tiba muncul tiga pelajar berboncengan motor langsung menebas bagian kepala korban.
Serangkaian kasus kekerasan tersebut hanya secuil fakta yang diberitakan media dan viral. Namun, sejatinya, kasus kekerasan yang terjadi di masyarakat jauh lebih banyak, baik dari sisi pelaku maupun jenis kasusnya.
Ketika budaya kekerasan sudah memakan banyak korban, pemerintah pun kelimpungan mencari solusi. Mirisnya, upaya pemberian sanksi justru mentok pada batasan umur anak yang sampai 18 tahun. Akibatnya, remaja pelaku kekerasan tidak bisa diberi sanksi tegas, padahal mereka sudah balig. Akibatnya, potensi besar pemuda sebagai calon pemimpin masa depan justru terbajak untuk hal yang merugikan masyarakat. Pemuda tampil sebagai trouble maker, bukan problem solver. Padahal, mereka punya potensi yang luar biasa untuk menjadi harapan umat pada masa depan.
Ini hanya sekelumit fakta kekerasan yang dilakukan pemuda dan sudah cukup membuat kita resah dengan nasib generasi hari ini. Dunia remaja yang seharusnya menatap masa depan dengan penuh percaya diri dan optimisme tinggi justru di ambang kehancuran lantaran lebih dekat dengan aksi kekerasan, senjata tajam, hingga kematian. Ada apa dengan remaja kita? Mengapa karakter mereka begitu rapuh dan lemah?
Ini semua disebabkan asas sekularisme yang mendasari kehidupan kita. Kebebasan berperilaku dijunjung tinggi, agama tak lagi diindahkan. Sistem hari ini telah sukses melindas budaya saling nasehat menasehati, berganti sikap hedonisme, egois, individualis dan arogan. Ada klasifikasi derajat manusia, standarnya adalah penilaian manusia. Kekejian, kekerasan dan perbuatan yang tak lagi mencerminkan peri kemanusiaan. Walhasil, solusi Islam tidak dipakai dalam menyelesaikan masalah generasi muda, mereka bahkan justru dijauhkan dari Islam.
Oleh karenanya, asas kehidupan berupa sekularisme ini harus dicabut dari pemikiran umat Islam. Selanjutnya diganti dengan asas yang sahih yaitu asas akidah Islam. Dengan demikian, seluruh pemikiran dan aturan yang terpancar di tengah masyarakat akan berdasar pada akidah Islam. Islam memiliki solusi yang komprehensif terhadap masalah budaya kekerasan pada pemuda.
Khilafah membangun sistem pendidikan yang berasaskan akidah Islam dan bertujuan membentuk sosok berkepribadian Islam, yaitu yang memiliki pola pikir Islam dan pola sikap Islam. Dengan output berkepribadian Islam ini, para muda akan menjadi orang-orang yang taat pada syariat dan jauh dari budaya kekerasan. Khilafah juga merevitalisasi peran keluarga sebagai madrasah pertama bagi anak, juga peran masyarakat sebagai pelaku amar makruf nahi mungkar. Dengan demikian, tiga benteng kokoh tegak untuk melindungi generasi muda dari berbuat kriminal. Jika masih ada pemuda yang berbuat kriminal, jika dia sudah balig akan diberi sanksi tegas sesuai syariat. Dengan solusi komprehensif ini, budaya kekerasan akan hilang dan generasi muda Islam menjadi pemuda harapan umat, pembangun peradaban Islam nan gemilang.
Wallahu a’lam bish showab.
Tags
Opini