Oleh : Messy Ikhsan
(Aktivis Dakwah Remaja)
Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, mungkin begitu pepatah yang cocok untuk menggambarkan kejadian seorang wanita dari Leuwiliang yang berujung meregang nyawa demi sebuah konten.
Perempuan berinisial W tersebut semula berniat bercanda untuk membuat konten gantung diri di hadapan teman-temannya via video call, tapi nahas kursi yang dijadikan sebagai pijakan malah terpeleset hingga leher korban terlilit kain.
Agus mengatakan peristiwa tersebut terjadi ketika W sedang melakukan panggilan video dengan teman-temannya. Kepada teman-temannya, W sempat menyebut hendak membuat konten gantung diri, dengan kain melilit di leher.
"Saat itu sambil video call (telepon video) sama temen-temennya, korban mengatakan 'mau live nih, gue mau bikin konten ah', tahu-tahu kursinya yang dipakai buat pijakan di bawah itu terpeleset, jadi beneran gantung diri," terang Agus.
Saat Eksis yang Menjadi Prioritas
Miris, melihat generasi yang lahir dari didikan rahim sekulerisme. Aturan yang memisahkan peran agama dalam kehidupan hingga membentuk generasi muda yang rapuh dan tak punya keimanan yang kokoh. Hanya perkara remeh-temeh bisa mengabaikan keselamatan nyawanya.
Demi mendulang eksistensi dan mengejar viral, sebagian generasi muda rela membuat konten yang aneh dan membahayakan bagi dirinya bahkan juga orang lain. Rasanya sulit percaya konten pura-pura bunuh diri ini dilakukan oleh sosok yang waras dan berpendidikan hanya sekadar mengemis follower, tapi faktanya ini terjadi di tengah masyarakat.
Meregang nyawa karena membuat konten yang aneh bin tak jelas bukan hanya memakan korban kali ini saja, sebelumnya seroang anak juga meninggal karena terlindas truk karena ingin membuat sebuah konten. Haruskah generasi muda kita terus-menerus menjadi korban hanya demi mendulang eksistensi?
Tentu hal buruk tersebut harus segera diakhiri agar tak lagi memakan korban baru. Dan semua itu hanya bisa musnah saat kita membuang aturan sekularisme yang jelas rusak lagi merusak, lalu kembali pada aturan yang sesuai dengan fitrah manusia.
Bijak Menggunakan Media Sosial
Perkembangan media sosial yang sangat masif terutama di kalangan generasi muda sungguh sangat membantu proses pendidikan dan beragam aktivitas kehidupan sehari-hari. Namun juga tak dapat dipungkiri bahwa perkembangan digitalisasi juga menyumbang pengaruh negatif bagi siapapun yang tak bijak dalam menggunakannya.
Dalam Islam, generasi muda sudah dididik dan dibekali pendidikan agama sejak dini oleh lingkungan keluarga. Begitu pun lingkungan masyarakat dan lingkungan pendidikan juga mendukung dalam membentuk generasi muda berkarakter dan berkepribadian Islam.
Dengan pendidikan agama akan membantu generasi muda bijak memfilter segala sesuatu termasuk dalam membuat konten. Generasi muda tidak dilarang untuk eksis dan mengunakan teknologi, tapi mereka diarahkan untuk bijak, kreatif, dan inovatif dalam mengaksesnya. Mengunakan teknologi untuk menciptakan prestasi, bukan mengejar kontroversi.
Selain itu, standar dalam membuat konten harus berdasarkan Islam. Jika konten tersebut sesuai dengan syariat, maka tak mengapa dilakukan. Tapi, jika konten tersebut jelas bertentangan dengan akidah Islam dan membahayakan nyawa, maka secara tegas ditolak.
Tak cukup di situ, negara pun akan selektif memilih dan memilah konten yang boleh diakses oleh rakyat terutama generasi muda. Konten yang benar-benar mengandung edukasi dan membuat generasi muda kian taat kepada Allah. Negara Islam menjadikan media sosial sebagai alat untuk menciptakan karya-karya yang positif dan ajang untuk menyiarkan Islam seluas-luasnya.
Semua kenikmatan itu akan terasa saat Khilafah yang memimpin semesta. Maka mari semangat memperjuangkan sistem Islam secara kafah dalam kehidupan nyata.