Oleh: Messy Ikhsan
Entah kapan drama kenaikan bahan pokok akan usai dan berakhir happy ending bagi masyarakat. Sebab keluhan yang sama terus saja dirasakan oleh masyarakat jelang menyambut bulan suci Ramadan pada setiap tahunnya.
Bulan suci Ramadan yang seharusnya disambut dengan penuh gembira dan riang suka cita. Nyatanya banyak masyarakat yang harus mengelus dada melihat fakta kehidupan yang tak sesuai dengan keinginan hati.
Harga sejumlah komoditas bahan pangan pokok naik seperti cabai, minyak goreng, gula pasir kualitas premium, dan daging ayam ras segar. Kenaikan tersebut terjadi 20 hari jelang bulan puasa atau Ramadan.
Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional, rata-rata harga cabai merah besar secara nasional mencapai Rp 42.200 per kilogram, pada Jumat (3/2). Angka tersebut naik dibandingkan pada bulan lalu yang mencapai Rp 36.250 per kg, seperti dilansir di laman Katadata.co.id.
Bagi masyarakat kelas menengah ke atas yang memiliki pemasukan melebihi rata-rata UMR, kenaikan harga bahan pokok menjelang Ramadan mungkin bukan suatu permasalahan. Berbeda halnya dengan masyarakat kelas ke bawah yang pemasukannya untuk makan sehari-hari saja harus tertatih-tatih mencari sesuap nasi. Tentu hal ini menjadi problem besar yang harus segera diselesaikan dan diharapkan tidak terjadi lagi dan lagi.
Penguasa sistem demokrasi yang katanya hadir untuk menyejahterakan rakyat terutama rakyat biasa. Nyatanya hanya tinggal janji manis pada saat kampanye. Toh, jeritan rakyat yang mengemis untuk diturunkan harga bahan pokok tak kunjung dikabulkan. Jaminan untuk kehidupan yang layak dengan tersedianya kebutuhan yang memadai masih saja sebatas mimpi.
Hal ini semakin menunjukkan bahwa penguasa dalam sistem kapitalisme tak serius menjalani amanah sebagai kaki tangan kepercayaan rakyat. Toh, nyatanya mereka sibuk memenuhi keinginan pribadi dan golongannya saja. Terbukti dengan jumlah angka kemiskinan yang terus meningkat, belum lagi angka pengangguran yang kian bertambah tinggi.
Sistem kapitalisme telah terbukti bobrok dan tak mampu menjamin kesejahteraan rakyat. Maka, tak pantas sistem yang jelas rusak lagi merusak ini terus dipertahankan. Sehingga sebbagai seorang muslim, tak ada pilihan lain kecuali kembali pada identitas agama Islam yang mempunyai aturan super sempurna
Dalam Islam, negara hadir sebagai pelayan masyarakat yang memenuhi semua kebutuhan masyarakat secara layak dan memadai. Tanpa pandang bulu baik muslim maupun kaum kafir, baik yang tua maupun yang muda, baik yang kaya maupun miskin, semuanya mendapatkan hak yang sama dalam sistem Khilafah.
Negara bertugas menjaga stabilitas harga bahan pokok dan pangan hingga mudah diakses oleh seluruh lapisan masyarakat. Tidak hanya mudah didapatkan, melainkan harga bahan pokok yang murah tanpa mengurangi kualitas barang tersebut. Negara benar-benar memastikan semua itu terpenuhi secara layak dan memadai hingga sampai di tangan masyarakat.
Sungguh luar biasa penerapan sistem Islam termasuk dalam pengaturan pangan yang luar biasa. Ini bukti salah satu kegemilangan peradaban Islam hingga pernah menjadi adidaya dunia selama 13 abad. Tidakkah kita rindu dengan aturan yang benar-benar berpihak pada rakyat dan sesuai dengan syariat Sang Pencipta? Maka yuk semangat mendakwahkan Islam secara kafah dalam kehidupan nyata.