Konten Demi eksistensi, Wujud Rendahnya Taraf Berpikir Generasi



Oleh : Ummu Aimar


Seorang perempuan di Leuwiliang, Kabupaten Bogor ditemukan tewas dengan kondisi leher menggantung di sebuah tali.
Korban berinisial W (21 tahun) tersebut tewas saat membuat konten candaan gantung diri di hadapan teman-temannya via video call.

"Dari kata keterangan dari saksi, dia (korban W) itu lagi bikin konten gantung diri, gitu," kata Kapolsek Leuwiliang Kompol Agus Supriyanto,

Agus mengatakan peristiwa tersebut terjadi ketika W sedang melakukan panggilan video dengan teman-temannya. Kepada teman-temannya, W sempat menyebut hendak membuat konten gantung diri, dengan kain melilit di leher.(Jumat 3 Maret 2003
https://www.cnnindonesia.com)

Inilah fenomena generasi yang sudah kehilangan arah. Sudah ter-setting dalam pemikiran mereka bahwa "semua demi konten". Industri hiburan yang menyuguhkan berbagai macam kesenangan membuat fasilitas menuju candu. Kapitalisme sekuler telah membuat generasi bangsa menjadikan aktivitasnya hanya berorientasi pada keuntungan semata. Tak mampu menilai baik buruk, bermanfaat atau tidak, semua demi konten. Hingga pemikiran nya tidak matang untuk melakukan sesuatu.

Bahkan syariat yang sudah seharusnya dilaksanakan, mereka tabrak begitu saja. Sampai-sampai hal yang berbahaya pun rela mereka lakukan demi konten yang unfaedah itu. Dengan dalil ikut ikutan terbawa arus konten demi eksistensi.

Miris memang, Sistem kapitalisme sekuler mengarahkan remaja untuk memaknai kesuksesan hanya berorientasi pada aspek materi belajar. Sehingga ter-mindset dalam pemikiran mereka untuk meraihnya secara instan meski bahaya di depan mata.

Maraknya tindakan yang dilakukan remaja akhir-akhir ini menimbulkan kekhawatiran banyak pihak. Dan bahkan semakin menjadi jadi aksi para remaja. Mereka seakan akan menuhankan eksistensi dengan cara membuat konten yang berbahaya.

Di sinilah remaja disibukan dengan konten konten yang tidak bermanfaat bahkan membahayakan nyawanya sendiri tanpa peduli apa yang dilakukan nya itu halal atau haram atau baik dan buruk.

Pada masa-masa seperti ini memang remaja seolah mencari jati diri. Mereka sangat rentan disusupi oleh pandangan-pandangan secara visual yang membawa pikiran mereka pada idealitas semu yang selalu menginginkan kesenangan semata atau hedonisme.

Berbagai macam kasus yang melanda negeri ini, mayoritas pelakunya adalah para remaja, mereka beraksi sebebas-bebasnya dan sepuas-puasnya. Pola hidup hedonis mengantarkan para remaja masuk pada kubangan kapitalisme, yang memaksa tunduk dan patuh pada nilai-nilai sekularisme dan liberalisme.

Liberalisme yang dianut saat ini, telah melahirkan kebebasan beragama, berpendapat, berperilaku، dan berkepemilikan. Akibatnya, semua orang termasuk remaja berhak berbuat apapun, tidak peduli orang lain terganggu dengan ulahnya.

Sekularisme yang memisahkan agama dengan kehidupan, menganggap agama hanya formalitas belaka, tidak ada strategi untuk menjadikan tuntunan agama dipahami kemudian diamalkan sehingga berpengaruh pada perilaku sehari-hari.

Budaya permisif yang berkembang, serba boleh dan hedonis memberikan pengaruh buruk pada pembinaan generasi, padahal remaja adalah generasi muda yang harus dijaga, karena merupakan aset negara yang berharga.
Dalam sejarah Islam, pemuda atau generasi muda digambarkan sebagai pendobrak kejahiliahan. Seperti sosok Shalahudin Al Ayubi yang membebaskan Al Quds dari pasukan salib dan Muhammad Al Fatih yang membebaskan konstantinopel dari cengkeraman kekaisaran Romawi. Dan masih banyak lagi generasi-generasi muda lainnya sebagai pendobrak peradaban.

Dalam Islam untuk memperbaiki sistem hidup yang mempengaruhi pemahaman dan perilaku generasi muda dibutuhkan peran dari berbagai unsur yaitu: sekolah, keluarga, masyarakat, dan negara. Keseluruhannya bertanggung jawab membentuk kepribadian yang dibangun di atas iman dan takwa.

Keluarga adalah institusi pertama yang melakukan pembinaan dan pendidikan terhadap generasi muda. Orangtua juga wajib mendidik anak-anaknya tentang perilaku atau adab yang benar sesuai ajaran Islam. Mereka diajarkan untuk memilih kata-kata yang baik, sopan-santun, kasih-sayang terhadap saudara dan orang lain. Dengan demikian, akan terbentuk generasi-generasi saleh dan terikat dengan aturan Islam.

Selain keluarga, masyarakat juga punya peranan dalam mempengaruhi baik-buruknya generasi muda, karena masyarakat terdiri dari sekumpulan pemikiran, perasaan dan peraturan yang sama, di saat masing-masing memandang betapa pentingnya pertumbuhan dan perkembangan generasi muda, maka masyarakat sepakat menjaga generasi muda dari pengaruh-pengaruh negatif.

Peran yang paling penting untuk menjaga generasi muda adalah ada pada negara, untuk membentuk kepribadian generasi muda yaitu melalui pemberlakuan sistem pendidikan yang berasaskan akidah Islam. Paradigma pendidikan ini harus berawal dari TK sampai perguruan tinggi, dan diharapkan nantinya akan menghasilkan peserta didik yang berkualitas juga berkepribadian Islam.

Negara juga wajib memiliki visi-misi pendidikan, menyediakan guru-guru handal, menerapkan kurikulum yang menjamin tercapainya generasi berkualitas.

Kondisi akan berbeda ketika Islam menjadi sistem yang mengatur kehidupan. Islam merupakan ajaran yang mempunyai solusi komprehensif, sehingga dapat menjadikan generasi yang penuh harapan, bukan generasi yang hilang arah. Dengan diterapkannya Islam dapat mendukung terciptanya generasi gemilang.

Pertama. Pendidikan berlandaskan Islam. Dengan arah, tujuan, kurikulum dan metode penerapan kurikulumnya akan mengacu pada akidah Islam. Sehingga pendidikan Islam dapat mencapai tujuannya yakni pembentukan generasi yang berkepribadian Islam dan membekali anak dengan tsaqofah Islam.

Kedua. Sistem Islam. Dengannya dapat menciptakan bisnis yang sesuai syariat Islam dan akan menghilangkan bisnis hiburan yang berorientasi pada kesenangan duniawi semata. Maka dengan itu hiburan yang menjamur adalah hiburan yang mengantarkan generasinya pada ketakwaan. Konten-konten yang dibuat dapat membantu agar suasana keimanan di tengah-tengah umat terbentuk.

Sejatinya, faktor itu tentunya tidak terlepas dari peran penguasa yang dapat menerapkan akidah Islam dalam negara. Maka selayaknya kaum Muslim bersegera mewujudkan tatanan kehidupan yang Islam, agar darinya terlahir generasi yang siap membangun peradaban.

Wallahu a'lam bishshawab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak