Oleh: Nisaa Qomariyah, S.Pd.
Praktisi Pendidikan
Menjadikan materi sebagai hal utama untuk diraih saat ini sudah menjadi hal yang biasa ditengah masyarakat. Gaya hidup mewah merupakan dambaan bagi masyarakat kebanyakan, tak terkecuali pejabat di negeri ini. Mulai dari barang branded, mobil mewah, rumah megah, dan kekayaan yang fantastis menjadi citra yang melekat pada mereka.
Dengan berlimpahnya harta yang dimiliki tersebut, malah menjadi bumerang tersendiri bagi para pejabat. Hal itu terbukti saat pejabat terseret adanya kasus yang menggemparkan dunia maya baru-baru ini. Kasus tersebut telah menimpa Mario Dandy
yang merupakan anak dari pejabat Dirjen Pajak, yakni telah menganiaya David putra petinggi GP Ansor Jonathan Latumahina hingga koma. (cnnindonesia.com, 25/02/2023).
Penganiayaan tersebut terjadi pada (20/2/2023) yang dilandasi adanya masalah percintaan antara Mario Dandy, Agnes Gracia dan David. Masalah tersebut akhirnya merembet pada terkuaknya hal-hal yang mengejutkan lainnya. Pasalnya masalah ini memantik dengan terkuaknya gaya hidup keluarga pejabat tersebut hingga terdeteksi harta kekayaan yang dimiliki Ayah dari Mario Dandy selaku Dirjen Pajak yang bernama Rafael Alun Trisambodo. Harta kekayaan tersebut mencapai Rp 56 miliar.
Dengan kejadian itu, tentunya menjadi angin yang tak segar bagi Mario Dandy dan keluarga yang notabene saat ini menjadi titik perhatian oleh seluruh masyarakat Indonesia. Bahkan Ibu dari Mario Dandy diduga menghapus unggahan di Instagram miliknya yang berisi postingan barang branded, memperlihatkan gaya hidup mewahnya. Bukti-bukti yang dirasa telah mengantarkannya pada jurang dan dibersihkan secara instan hingga lenyap tanpa bekas.
Wajah Nyata Kapitalisme
Sistem saat ini, tujuan hidup hanyalah berkiblat pada materi. Materi dijadikan sebagai keutamaan yang dapat mengantarkan pada kebahagiaan dunia. Dengan itu, pelanggaran hukum syarak seperti berbohong, memanipulasi, mengambil hak orang lain dengan semena-mena dan lainnya merupakan hal yang terkesan wajar. Memisahkan agama dari kehidupan sangat nyata di sistem saat ini. Agama hanya dijadikan sebagai sarana untuk bermuka manis guna meraih kursi jabatan dan sebagai status di kartu kependudukan semata.
Terlebih dengan adanya kasus tersebut, slogan “Orang kaya semakin kaya, orang miskin semakin miskin” memang makin nampak nyatanya. Memiliki kekuasaan dan modal hidup dengan limpahan harta, tidak melihat bahwa di luar sana angka kemiskinan masih setia membersamai masyarakat. Padahal, pejabat seharusnya menjadi sosok terdepan dan tauladan yang peka akan kondisi rakyatnya. Bukan malah leluasa untuk meraup keuntungan dari berbagai jalan yang tentu menjadi pertanyaan kehalalannya.
Dengan harta yang dimiliki oleh para pejabat bernilai fantastis, tentu akan menjadi sebuah pertanyaan bagi masyarakat. Sebab terdapat tanggungjawab besar dipundak pejabat. Bagaimana tidak memancing emosi masyarakat secara terus menerus jika melihat pejabatnya saja berenang di dalam harta yang berlimpah. Sedangkan masyarakatnya haus dalam kemiskinan.
Inilah yang terjadi, semua karena imbas dari sistem Kapitalisme yang hanya berfokis pada materi dan keselamatan pelakunya semata. Akan tetapi terlupakan bahwa yang terpenting dalam hidup ialah keselamatan di akhirat kelak. Maka, hanya Islamlah yang peduli dan mampu menyelesaikan masalah tersebut.
Islam Sebagai Solusi Tuntas
Islam akan menjadikan akhirat sebagai satu-satunya tujuan akhir oleh masyarakat. Masyarakat hidup hanya ingin mendapat keridhaan dari Allah SWT sebagai Pencipta dan Pengatur. Dengan itu, sadar bahwa segala aktivitas yang dilakukan akan terikat dengan hukum syarak. Sebab standar halal dan haram hanya Allah yang berhak mengaturnya.
Masyarakat juga paham betul jika segala sesuatu yang dilakukan selama hidup didunia akan dimintai pertanggungjawaban kelak di akhirat. Maka, dengan itu keimanan menjadi benteng guna untuk menjaga ketaatan kepada Allah SWT. Keimanan yang kokoh dapat menghindarkan diri dari setiap individu pada perilaku curang, jahat dan merugikan. Sadar betul akan sanksi di akhirat, dan menjaga perbuatan setiap langkah ke depan untuk terus berbuat baik.
Namun, sayang seribu sayang, saat ini masyarakat hidup dengan landasan yang bukan dari Islam. Masyarakat menelan berbagai kepahitan dan gelapnya kehidupan dengan banyaknya problematika yang tak kunjung usai. Tentu masyarakat sangat perlu perubahan dari setiap lini peraturan untuk raih perbaikan secara menyeluruh. Perubahan itu tidak lain hanya bisa didapatkan dalam Islam yang merupakan solusi tuntas. Sebab, Islam satu-satunya aturan dan solusi tuntas kehidupan yang nyata. Islam sebagai sistem yang dapat memecahkan dan keluar dari seluruh aspek permasalahan. Dengan berlandaskan Al-Qur’an dan hadis, Islam sebagai pemandu masyarakat selama menjalani hidup dalam ketersesatan, dan Islam sebagai jalan pulang masyarakat untuk fokus meraih Ridho Allah SWT.
Semua itu bukanlah suatu harapan kosong, sebab Islam sudah terbukti menguasai dua pertiga dunia dengan penuh kesejahteraan dan keadilan. Hari ini adalah bukti dari fase kehidupan yang Rasulullah SAW sampaikan sebagaimana tertuang dalam hadis:
"Nubuwwah ada pada kalian sampai Allah kehendaki, hingga dihilangkan ketika Dia menghendakinya. Kemudian khalifah di atas manhaj nubuwwah sampai Allah kehendaki, hingga dihilangkan ketika Dia menghendakinya. Kemudian kerajaan yang menggigit sampai Allah kehendaki, hingga dihilangkan ketika Dia menghendakinya. Kemudian, kerajaan yang diktator sampai Allah kehendaki, hingga dihilangkan ketika Dia menghendakinya. Kemudian Khalifah di atas Manhaj Nubuwwah. Kemudian beliau diam." (HR Ahmad, Hadis Hasan).
Oleh karena itu, mari jadilah salah satu dari bagian yang menjemput fase kehidupan yang gemilang selanjutnya, yakni menuju untuk berada di dalam naungan Islam sesuai manhaj kenabian. Wallahu a'lam bishawwab.