Oleh : Nur Saleha, S.Pd.
Praktisi Pendidikan
Ironis memang, kasus bunuh diri makin hari kian meningkat, dan terjadi di negeri mayoritas muslim. Terbaru, ditemukan seorang mahasiswi berinisial MPD (21) Universitas Indonesia tewas di sebuah apartemen kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Korban MPD diduga mengakhiri hidupnya dengan melompat dari lantai 11 apartemennya tersebut pada Rabu (8/3/2023) sekitar pukul 23.45 WIB. Korban mengakhiri hidupnya beberapa hari menjelang wisuda, (kompascom.com, 13/03/2023).
Kapolsek Kebayoran Baru Kompol Tribuana Roseno telah membenarkan adanya dugaan bahwa MDP melompat dari sebuah apartemen. Beliau juga mengatakan bahwa korban sempat meninggalkan pesan sebelum diduga mengakhiri hidup dengan lompat dari apartemen. Pesan itu yakni berisi terkait permintaan maaf ditujukan kepada keluarga dan teman-temannya yang diunggah melalui unggahan media sosialnya.
Menurut WHO, bunuh diri adalah penyebab kematian terbesar keempat diantara orang-orang berusia 15-29 tahun di seluruh dunia pada tahun 2019. Indonesia sendiri memiliki rasio kasus bunuh diri sebesar 2,4 per 100.000 penduduk. Angka tersebut menunjukkan bahwa ada dua orang di Indonesia yang melakukan tindakan bunuh diri dari 100. 000 jiwa di tahun itu.
Dilansir dari cnnindonesia.com, 3/3/2023 bahwa International Association for Suicide Prevention (IASP) telah memperkirakan sebanyak 700.000 orang meninggal dunia setiap tahunnya yang dikarenakan bunuh diri.
Tercatat di negara-negara Afrika mendominasi di posisi 10 teratas. Dengan tingkat kasus bunuh diri tertinggi adalah negaraLesotho
dengan angka 72,4 per 100.000 penduduk. Korea Selatan (Asia) dengan angka 28,6 dan Rusia (Eropa) dengan angka 25,1. Indonesia sendiri memiliki angka kasus bunuh diri yang besar yaitu 2,4 per 100.000 penduduk. Angka yang sama bertahan sejak tahun 2014.
Maraknya kasus bunuh diri tersebut sejatinya menggambarkan adanya gangguan kesehatan mental pada diri masyarakat. Bukan saja menimpa pada orang dewasa namun juga menimpa anak-anak. Adanya kasus bunuh diri bisa terjadi bukan karena saat seseorang mengalami depresi saja atau tak ada orang yang membantu, akan tetapi bisa disebabkan oleh jauhnya pemahaman agama pada diri. Hal ini salah satu sebagai dampak dari diterapkannya sistem pendidikan sekuler, yakni sistem pendidikan yang memisahkan agama dengan kehidupan.
Dapat disimpulkan, akar permasalahan pada saat ini yaitu bobroknya sistem pendidikan yang telah diterapkan dengan ditambah abainya penguasa terhadap kepentingan rakyat. Bagaimana tidak? Paham sekularisme berhasil membuat agama dipisahkan dari kehidupan. Sehingga hasil dari diterapkannya tersebut manusia akan tumbuh dengan jiwa yang rapuh, kadar keimanan yang rendah dan mudah putus asa.
Sekularisme juga membuat negara abai akan kebutuhan rakyat. Negara memiliki pandangan bahwa manusia hanyalah sekumpulan warga yang berada di wilayah tertentu. Meskipun negara menyelenggarakan program-program kesehatan mental, maka tidak akan mampu menjadikan generasi terbebas dari gangguan mental. Sebab program tersebut tetap menggunakan asas sekularisme.
Makanya, semestinya masyarakat segera tersadarkan dengan adanya kondisi yang ada. Kemudian, mengambil solusi yang dapat menuntaskan permasalahan yang dihadapi di tengah-tengah masyarakat. Mengganti sistem bobrok dengan sistem buatan Allah SWT. Sebab, satu-satunya sistem yang mampu dan sudah terbukti untuk menjaga kesehatan mental rakyatnya adalah sistem kepemimpinan Islam yakni Khilafah. Dengan khilafah syariat dapat diterapkan dan pemerintahan posisi negara khilafah adalah sebagai pelayan umat.
Rasulullah SAW bersabda,
"Imam (khalifah) adalah raa'in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas kepengurusan rakyatnya." (HR. Al-Bukhari)
Oleh karena itu, dengan khilafah makan negara akan mengurus rakyatnya dengan sebaik-baik pengurusan sebagaimana perintah syariat. Islam juga memandang manusia secara utuh dan menyeluruh. Sebab itu pembangunan manusia tidak hanya melihat aspek fisik semata, namun juga dilihat mental dan menjadikan akidah Islam sebagai asas kehidupan.
Moderasi agama tidak ada dalam khilafah. Sebab, ajaran itu akan membuat Islam terdikotomi hanya kepada masalah ritual semata. Akidah Islam akan diajarkan secara menyeluruh kepada generasi-generasinya. Akidah ini akan menuntun mereka memahami tujuan yang sesungguhnya hidup di dunia ini hanyalah untuk beribadah kepada Allah SWT.
Bahagia itu ketika mendapatkan ridha Allah SWT. Baik cobaan dan kenikmatan adalah bagian dari ujian yang Allah SWT tetapkan kepada manusia.
Adapun sistem pendidikan dalam Islam telah jelas pengurusan nya, sebab di desain untuk menghasilkan generasi yang bersakhsiyah Islam, yakni mereka memiliki pola pikir dan sikap yang sesuai dengan ajaran Islam. Selain itu juga, mereka akan dibekali dengan ilmu alat duniawi. Sehingga mereka semakin paham apa tujuan hidup selama berada di dunia. Bahwa hidup didunia hanyalah untuk beribadah kepada Allah SWT dan meraih ridhaNya.
Dengan demikian, mereka akan sibuk menjadi sosok yang mampu memuliakan Islam dan bermanfaat pula bagi kaum Muslimin. Demikianlah solusi Islam secara konsep dan teknisnya dalam memberantas angka bunuh diri, yang diselesaikan secara tuntas. Wallahu a'lam bishawwab.