Oleh : Lilik Yani (Muslimah Peduli Umat)
Kenaikan barang pokok menjelang Ramadhan bukan kali ini saja, tetapi hampir setiap tahunnya. Jika kejadian itu sudah berulang, bukankah sudah tahu solusinya? Jika kenyataan terulang kembali, di mana peran negara?
TEMPO.CO, - Kenaikan harga selalu menjadi isu menjelang Ramadan. Sejumlah barang pokok diketahui secara konsisten mengalami lonjakan pada satu bulan sebelum umat muslim melakukan ibadah puasa. Lantas, bagaimana respons pemerintah menanggapi wacana kenaikan harga barang pokok menjelang Ramadan tahun ini?
Dilansir dari kemendag.go.id, Kementerian Perdagangan (Kemendag) memantau lebih intensif harga dan stok berbagai kebutuhan pokok di seluruh Indonesia melalui Sistem Pemantauan Pasar Kebutuhan Pokok (SP2KP), khususnya jelang Ramadan dan Lebaran.
Secara nasional, harga rata-rata barang kebutuhan pokok berdasarkan pantauan SP2KP Kemendag di 34 provinsi seluruh Indonesia pada 10 Februari 2023 sebagian besar terpantau stabil," ujar Plt Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Kasan, dilansir dari Antara, Selasa, 14 Februari 2023
Saat ini, sejumlah harga komoditas diketahui naik, yakni beras Rp 11.700 per kilogram naik 3,54 persen untuk beras medium dan beras premium Rp 13.500 per kilogram atau naik 2,27 persen. Minyak goreng curah Rp 14.700 per liter naik 3,52 persen, MinyaKita Rp15.200 per liter naik 7,80 persen, dan bawang merah Rp 41.500 per kilogram naik 4,28 persen.
"Meskipun mengalami fluktuasi komoditas seperti cabai, daging ayam ras, daging sapi, dan bawang merah masih dalam kisaran harga acuan pemerintah," kata Kasan.
Kemendag melakukan beberapa langkah untuk menjaga stabilitas harga dan ketersediaan pasokan minyak goreng di antaranya meningkatkan suplai minyak goreng kemasan dan curah hingga 450 ribu ton per bulan atau naik 50 persen dari kebutuhan nasional sebesar 300 ribu ton per bulan.
Produsen dan/atau Eksportir diminta untuk menandatangani surat pernyataan kesanggupan suplai dan tertib melaporkan realisasi penyaluran DMO dimaksud melalui SIMIRAH Kementerian Perindustrian. Kemendag juga menutup sementara penjualan MinyaKita melalui lokapasar atau e-commerce untuk membatasi penjualan di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) dan tanpa pembatasan pembelian.
Mengapa harga kebutuhan pokok naik setiap jelang Ramadhan?
Ekonom Universitas Gadjah Mada (UGM) Eddy Junarsin mengatakan, kenaikan harga bahan pokok ini akibat kebutuhan lebih tinggi daripada penawaran. "Logika ekonomi sederhana kan permintaan dan penawaran, masa-masa menjelang puasa dan hari raya pasti kebutuhan pokok lebih tinggi, tapi penawaran atau supply barang kan tidak bertambah banyak," kata Eddy kepada Kompas.com, Sabtu (19/3/2022).
Ia menjelaskan, kenaikan harga bahan pokok atau inflasi ini tidak bisa diantisipasi, karena sifatnya alamiah. Sebab, inflasi merupakan sebuah konsekuensi logis dari pertumbuhan ekonomi. Karena itu, hal yang paling penting adalah level inflasi tetap ideal.
Harus ada peran pemerintah untuk mengatur harga agar tak terjadi inflasi. Jika jumlah barang mencukupi kebutuhan umat, akankah harga tetap mahal? Seharusnya tidak akan terjadi jika peran negara betul-betul mengurusi masalah umat.
Bagaimana caranya? Mengatur distribusi barang yang mengumpul di suatu daerah agar bisa tersebar ke daerah lain yang membutuhkan. Ini juga perlu peran negara untuk mengatur jalannya pendistribusian barang.
Tranportasi, sarana prasarana, akomodasi, tenaga kerja, masing-masing harus diperhatikan kelayakannya agar proses distribusi berjalan lancar. Produk sampai ke rakyat dan bisa dimanfaatkan sebaik-baik kebutuhan rakyat.
Apakah Negara sudah menjalankan perannya?
Ada banyak solusi yang bisa diterapkan jika negara bersungguh-sungguh mau menjalankan fungsinya. Negara yang kini menerapkan sistem kapitalis, akankah bisa peduli rakyatnya?
Peran negara hanya sebagai regulator, pengatur semata. Tak punya kekuatan lebih karena ada komando lebih kuat, pengusaha kaya yang didukung pengusaha asing. Perusahaan negara banyak yang dijual, jadilah negara semakin kecil seolah tak punya harta diri. Tak merdeka di negerinya sendiri.
Bagaimana mungkin, posisi negara yang tak punya power bisa mengendalikan para kapitalis yang sudah menguasai dunia? Apalagi posisinya jadi pemimpin negara juga atas pertolongan para pengusaha kelas kakap tersebut.
Jika demikian, masihkah bergantung pada pemerintahan dengan sistem kapitalis seperti saat ini, atau mau berubah menggunakan sistem Islam yang semua aturannya atas petunjuk Allah?
Yuk, Kembali Taat pada aturan Islam!
Jika pemerintah kapitalis sudah tak bisa diharapkan mengantarkan rakyat hidup sejahtera. Maka pilihannya adalah berubah sistem. Ada pemerintah Islam yang tujuannya menyejahterakan umatnya. Sudah terbukti belasan abad negeri yang diterapkan aturan Islam maka hidupnya akan sejahtera.
Kalau ada pilihan yang sudah jelas hasilnya, mengapa memilih aturan yang merugikan rakyat? Itulah yang menjadi penghalang Islam bangkit. Untuk itulah bagi yang paham seharusnya mendakwahkan pada pemerintah, betapa indahnya sistem Islam jika diterapkan?
Sertakan bukti-bukti saat negara Islam berjaya karena hanya menerapkan aturan Islam. Kalau hatinya bersih, insyaAllah akan menangkap apa yang disampaikan kemudian menerapkan dalam kehidupan di berbagai lini kehidupan.
Namun, jika hatinya tidak jujur maka pesan-pesan yang disampaikan hanyalah angin lalu bahkan tidak dianggap. Jadilah stage tak ada perubahan. Hingga mengatasi solusi kecil saja semacam harga yang selalu naik jelang Ramadan tak bisa diselesaikan.
Yuk, saatnya semua bangkit dan mau berfikir jernih. Bahwa hanya syariat Islam solusi segala masalah. Termasuk naiknya harga kebutuhan pokok akan bisa diatasi jika pemimpin negara menundukkan hati dan pikiran demi Islam ditegakkan di seluruh lini kehidupan.
Wallahu a'lam bish shawwab
Tags
Opini