Oleh Heni Lestari
Penulis Rindu Islam Kaffah
Ingatkah pepatah jaman orde baru beberapa tahun yang lalu? Pepatah yang bunyinya seperti ini, "Indonesia adalah negara yang sangat kaya raya. Gemah Ripah Loh Jinawi Toto Tentram Kerto Raharjo".
Gambaran inti dari pepatah tersebut sekilas menggambarkan bahwa Indonesia ini kaya akan sumber daya alam. Dimana
perjuangan masyarakat sebagai bagian bangsa Indonesia bercita-cita menciptakan ketentraman, perdamaian, kesuburan, keadilan, kemakmuran, tata raharja serta mulia dalam kehidupan.
So sweet banget ya? Tetapi apalah arti sebuah pepatah ketika itu hanya menjadi sebuah sekedar tulisan dan slogan semata.
Memang benar slogan tersebut mempunya arti yang sangat mulia sekali. Indonesia yang merupakan negara tropis dengan dua iklim yang dilalui oleh garis khatulistiwa tentu secara agraris dari sistem pertanian sangatlah ideal untuk menjadikan sebuah negara sejahtera dalam pertanian.
Pertanian menjadi ujung tombak dalam menghasilkan food estate bagi masyarakat Indonesia. Akan tetapi dalam sistem kapitalisme sekuler, petani sebagai pelaku pertanian menjadi salah satu korban. Petani seringkali menanggung dampak kerugian. Dipermainkan mulai harga benih, harga bobot termasuk harga pupuk urea yang melambung tinggi. Petani dibuat pusing. Belum lagi harga jual hasil panen pertanian ditekan semurah mungkin. Hal ini sudah terjadi berpuluh-puluh tahun lamanya. Mulai dari era orde lama, orde baru dan bahkan sampai saat era milleal sekarang ini.
Bagaimana petani bisa menghasilkan food estate yang diharapkan sementara dari berbagai sektor sangat tidak berpihak kepada mereka namun justru berpihak kepada cukong, makelar dan perusahaan.
Kehadiran berbagai aliansi pertanian organik yang banyak bermunculan saat ini sedikit banyak telah membuka wacana kita tentang pentingnya food estate yang menghasilkan hasil dari pertanian organik yang ramah lingkungan dan tidak menggunakan asupan asupan bahan kimia dari luar.
Tetapi apakah itu juga menjadi solusi buat masyarakat? Realita di lapangan, food estate hasil dari pertanian organik hanya bisa dikonsumsi oleh segelintir orang yang punya duit. Karena memang produk organik dijual mahal. Belum bisa menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
Hal tersebut tentu semakin menambah potret buruk sistem kapitalisme yang ada sekarang ini. Lantas bagaimana Islam memandang persoalan pangan ini?
Kita simak pesan moral dalam Alquran sebagaimana Allah berfirman dalam surah Al Baqarah ayat 168. Artinya: "Wahai manusia, makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan".
Bahwa Allah mengingatkan kita untuk makan dari hasil makanan yang baik. Baik di sini adalah di lihat dari seluruh sektor. Tidak hanya makanan yang halal tetapi juga thoyibah. Halal dan menyehatkan.
Wallahu a'lam Bisowab
Tags
Opini