Elis Sulistiyani
Muslimah Perindu Surga
Berseliweran di banyak alam media sosial mengenai berbagai kasus kekerasan yang pelakunya justru melibatkan mereka yang masih di bawah umur. Seperti di ulas di laman cnnindonesia.com (25/02) salah satunya adalah kasus penganiayaan yang dilakukan oleh Mario anak seorang pegawai pajak, yang sampai hati menganiaya David hingga tak sadarkan diri. Selain itu kasus pemerkosaan dan juga pencurian yang pelakunya kalangan pelajar marak terjadi.
Miris melihat keadaan generasi muda yang seperti itu, mereka sejatinya adalah harapan bangsa Indonesia untuk menjadi pemimpin masa depan. Dan jika sudah demikian maka seharusnya banyak yang harus kita evaluasi. Karena mungkin ada yang salah dalam proses pembentukan kepribadian dalam diri mereka.
Entah itu kesalahannya bisa terletak pada sistem pendidikan yang belum mampu untuk membentuk pribadi yang beriman dan berakhlak mulia. Atau ini juga ada andil dari peran keluarga yang mulai abai mengajarkan dan mencontohkan prilaku terpuji hingga membuat rusaknya masyarakat. Maka hal ini menunjukkan lemahnya aturan buatan manusia yang hanya menjadikan akal sebagai penentu segalanya. Karena itu aturan seperti ini tidak bisa jadi solusi tuntas semua problematika kehidupan masyarakat.
Ketika kita cermati maka akan kita temukan jika akar masalahnya adalah ketika sistem sekulerisme diterapkan sebagai aturan hidup manusia. Karena agama justru akan dilakukan sebagai ritual ibadah saja, tanpa memberikan dampak dalam kehidupannya. Individunya hanya fokus pada perbaikan diri saja tanpa peduli akan orang lain. Masyarakatnya juga tidak berperan untuk saling menjaga dalam ketaatan.
Pun peran negara tidaklah menjadikan perkara moral sebagai perkara penting yang harus dijaga. Karena dalam penganut sekulerisme ada paham mengenai kebebasan berprilaku bagi setiap individu, yang artinya siapapun boleh melakukan apapun sesuai kehendaknya. Kebebasan mereka tidak boleh dikekang oleh apapun termasuk aturan Allah. Karena bagi mereka kehidupan duniawi adalah milik mereka dan mesti diatur dengan aturan yang merupakan buah dari akal mereka.
Akal manusia memanglah anugerah yang Allah berikan kepada manusia sebagai makhluk yang mulia, namun bukan berarti menjadikan akal menjadi penentu segalanya dan meninggalkan aturan dari Sang Pemberi akal. Dan inilah yang di sebut dengan sekulerisme, memisahkan aturan Allah dari kehidupan manusia. Karena hal ini akan membawa kerusakan demi kerusakan dalam kehidupan.
Allah berikan kita akal untuk dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Dan sudah pasti yang menjadi standar baik dan buruknya juga berasal dari Allah bukan dengan standar akal manusia. Allah hadirkan aturan yang paripurna dalam diinul Islam. Islam hadirkan pandangan yang khas bagi umatnya, pandangan mengenai kehidupan dunia yang fana yang mestinya diisi dengan melakukan aktivitas untuk mencapai tujuan hidup manusia sebagai mana tertulis dalam surat Adz-Dzariyat : 56 yakni untuk beribadah kepada Allah.
Dengan landasan ini maka kaum muslim yang menyadari posisinya sebagai seorang hamba untuk beribadah kepada Allah maka akan senantiasa mengisi hari-harinya dengan melakukan amal baik untuk kelak dapat di panen hasilnya di akhirat. Karena apapun yang ada di dunia bukanlah menjadi tujuan hidup, melainkan dunia ini adalah wasilah untuk meraih bekal bagi kehidupan diakhirat.
Karena bagi mereka yang beriman terhadap kehidupan akhirat mereka akan berhati-hati dalam berbuat. Perbuatan mereka di dunia akan di hisab dan perbuatan ini juga yang menentukan tempat tinggal mereka diakhirat nanti di surga bersama orang-orang Sholeh atau di neraka yakni tempat mengerikan, balasan bagi mereka yang tidak taat padaNya.
Tags
Opini