Bunuh Diri Generasi Strawberi, Negara Tak Peduli



Oleh Ndarie Rahardjo
Aktivis Muslimah


Peristiwa bunuh diri yang akhir-akhir ini terjadi di kalangan generasi muda, sangat menghawatirkan dan menyedihkan. Di bulan Maret 2023 ini saja, setidaknya ada dua kasus bunuh diri terjadi yang korbannya anak lelaki berusia 11 tahun yang gantung diri di rumahnya dan mahasiswi tingkat akhir yang tinggal menunggu wisuda bunuh diri dengan cara melompat dari lantai 18 apartemennya.

Para pelaku bunuh diri ini sudah sangat menghawatirkan, pasalnya hal keji tersebut tidak hanya dilakukan kalangan orang dewasa saja namun sekarang sudah menyasar level anak-anak yang masih sekolah di bangku SD. 
Banyaknya kasus serupa yang terjadi saat ini seperti fenomena gunung es, yang nampak dipermukaan hanya puncaknya saja, namun sejatinya jauh kebawahnya banyak kejadian dan akar masalah yang dihadapi bisa menjadi penyebab orang ambil jalan pintas untuk bunuh diri. 
Menurut data yang dikeluarkan oleh WHO tahun 2019, penyebab kematian terbesar ke-4 di antara orang-orang berusia 15-29 tahun di dunia adalah bunuh diri. 

Penyebab Kasus Bunuh Diri di Kalangan Remaja

Dari berbagai sumber, ternyata banyaknya kasus bunuh diri ada yang disebabkan dari dalam dan dari luar. 

Faktor dari dalam:

1. Gangguan kejiwaan/depresi berat yang dialami korban dan pelaku, akibat dari permasalahan yang dihadapinya. 

2. Tidak tahu jalan keluar masalah karena enggan berbagi dengan anggota keluarga maupun teman. 

3. Hutang pengasuhan orangtua kepada anak, karena orangtua sibuk bekerja dan karir di luar rumah, sehingga banyak yang menganggap dapat menutupinya dengan memberikan kemudahan materi namun kosong jiwa. 

Faktor dari luar:

1.Pergaulan bebas yang meninggalkan banyak persoalan diantaranya seks bebas di kalangan remaja, yang berbuntut kehamilan yang tak diinginkan sehingga ada pihak yang menuntut karena merasa dirugikan. Jika tidak dipenuhi tuntutannya berujung depresi. 

2. Bullying di kalangan remaja yang semakin menghawatirkan, baik fisik ataupun secara verbal. 

3.Pengaruh negatif media sosial yang bahkan hanya demi konten agar meningkat followers nya rela melakukan live streaming bunuh diri. 

4. Kasus bunuh diri tidak dianggap masalah serius, sehingga penanganannya dianggap remeh. 

Sejauh ini pemerintah terkesan tak peduli, usaha yang dilakukan oleh pemerintah dan pihak-pihak terkait terkesan seadanya tidak serius dalam upaya menanggulangi kasus serupa agar tidak semakin banyak atau bahkan jangan sampai muncul kasus lagi. Jika korban dan pelaku bukan orang yang populer, maka kasusnya akan tenggelam dan diremehkan. 

Di dunia pendidikan, sekolah-sekolah yang ada saat ini hanya menyediakan satu guru BK untuk keseluruhan siswa, tentu saja ini tidak mencukupi kebutuhan. Akibatnya yang berurusan dengan BK notabene hanya yang kategori 'nakal' saja. Padahal mungkin banyak siswa yang membutuhkan konseling terkait pelajaran, pertemanan, lingkungan sekolah, dan persoalan lain yang mereka enggan mengungkapkannya, karena tidak ada kepercayaan akan dijaga rahasianya dan dapat solusinya. Negara juga terkesan tidak tanggap, karena justru mengurangi porsi pelajaran agama di sekolah, padahal sebelum dikurangi saja persoalan banyak yang tak terselesaikan tuntas apalagi dengan dikurangi tentu jauh lebih sekuler anak-anak sekolahnya. 

Negara juga tidak menyediakan ruang-ruang konseling yang mudah diakses masyarakat yang membutuhkan. Kalau pun ada saat ini pihak swasta yang hadir dengan memasang tarif konseling untuk sekadar berbagi dan mencari solusi. 

Negara juga tidak membatasi konten-konten yang tersebar di media sosial, yang berpotensi mengancam kerusakan moral, keselamatan dan keamanan masyarakatnya. 

Pola asuh keluarga saat ini ada kecenderungan terlalu memanjakan dan mengkhawatirkan terhadap anak berlebihan, sehingga pengasuhan terhadap anak akhirnya tidak diberikan kepercayaan, keterbukaan, dan diajarkan pemecahan solusinya ketika menghadapi masalah. 

Anak-anak sudah terbiasa dibantu dari tingkatan yang paling mudah sekali pun. Akibatnya ketika mereka mendapat masalah atau tekanan luar sedikit saja langsung lembek dan hancur, menjadi generasi strawberi manis di luar, tapi rapuh di dalam. 

Persoalan yang saling terkait satu dengan yang lainnya ini mengindikasikan bahwa ada sesuatu yang salah dari sistem kemasyarakatan yang diterapkan dan diadopsi masyarakat saat ini. 
Sekulerisme kapitalis telah mencabut akar humanisme di antara manusia  Sifat individual dan tak mau peduli orang lain bahkan jika ada yang peduli dianggapnya nyinyir. 

Manusia dibuat jauh dari Tuhannya, agama hanya dianggap candu bahkan jika ada yang memberi nasehat dibilangnya mabok agama. Masyarakat dicekoki dengan gaya hidup hedon, individualisme, merasa dihargai jika dia populer dan berharga jika dia punya harta dan tahta. Akhirnya manusia akan berlomba-lomba mengejar dunianya tapi tidak memikirkan risiko akhiratnya. Maraknya kasus pembunuhan dan bunuh diri ini disebabkan karena aturan Allah tidak ditegakkan dalam kehidupan.

Solusi Islam Mencegah Bunuh Diri

Membunuh tanpa hak adalah dosa besar dalam pandangan Islam, karena diharamkan, apalagi sengaja bunuh diri, seolah-olah manusialah yang punya hak atas nyawanya. Padahal Allah sudah  menegaskan dalam Al-Qur'an surat An-Nisa ayat 29.

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu."

Pemahaman yang benar dan keyakinan kita akan takdir, qadha dan qadar akan menjadi benteng ketika menghadapi permasalahan yang sulit dan tertekan. 

Negara berperan penting dalam menjaga dan melindungi agar keselamatan dan kesehatan mental masyarakat terjaga dengan baik dengan memberikan pelayanan terbaik untuk masyarakatnya. Tidak membebani masyarakat dengan kebutuhan ekonominya, sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan dan keamanan. 

Sedangkan masyarakat dengan suasana keimanan yang kuat akan membentengi dari hal-hal yang menyebabkan keburukan, saling peduli dengan sesama. Jauh dari hedonisme dan individualisme. Karena masyarakat punya fungsi untuk mengontrol dan mengingatkan apabila ada penyimpangan. 

Inilah gambaran masyarakat Islam yang aturan kehidupannya disandarkan pada keridhaan Allah SWT semata. []

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak