Barisan Pemuda Pengusaha, Mampukah Membawa Indonesia Jaya?



Oleh : Ummu Hanif, Pemerhati Sosial Dan Keluarga

Upaya untuk mencetak pengusaha muda baru terus digencarkan oleh berbagai pihak. Salah satunya melalui Idepreneurs yang diinisasi oleh pengusaha industri, pabrikasi, F&B, startup (aplikasi), dan anggota yang bergerak pada organisasi sosial.

Staf Khusus Wakil Presiden, Arif Rahmansyah Marbun mendukung penuh program dan inisiasi Idepreneurs. Program ini dinilai seirama dengan program Wapres Ma’ruf Amin.

Hal itu disampaikan Arif pada acara Annual Meeting 2023 Ide Preanersclub di Mason Pine, Kota Baru Parahyangan, Bandung, Sabtu (25/2).
“Ini seirama dengan program Wapres untuk mencetak pengusaha-pengusaha muda yang peduli dengan pondok pesantren, berbagai program bisnis juga sosial ditawarkan oleh mereka untuk ponpes serta lingkungannya,” kata Arif dalam siaran pers, Ahad (26/2).

Dalam acara itu juga dihadiri oleh oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menkraf) Sandiaga Uno. Adapun narasumber acara tersebut selain Arif Rahmansyah Marbun yakni Tjahjono Haryono, Jusuf Hamka, dan Ketua Umum Idepreanersclub Wibi Setiyofen. Hadir juga dalam acara tersebut Direktur Komersial RNI Ardiansyah Chaniago.

Arif mengungkapkan kalangan muda memiliki potensi besar ikut serta membangun bangsa. Mereka bisa menjadi pengusaha dengan membuka lapangan kerja.

Namun benarkah menggiring pemuda untuk menjadi barisan pengusaha baru akan mampu memajukan bangsa ini?

Potensi demografi pemuda dunia yang besar, yakni 1,8 milyar dan sebagian besarnya ada di negara berkembang, adalah hal yang menjadi perhatian menarik Barat, khususnya PBB. Mereka melihat bahwa pemberdayaan ekonomi pemuda bisa menyelamatkan perekonomian dunia. Hal ini secara tidak langsung menegaskan bahwa pangkal kemiskinan bangsa ini adalah kurangnya jiwa kewirausahaan.

Ide inipun diaminkan oleh para penguasa negeri muslim, tak terkecuali Indonesia.

Tentu hal ini seperti kata pepatah “jauh panggang dari api”. Solusi yang hendak mereka tawarkan, sangat jauh dari hakekat masalah yang sedang kita hadapi. Sudah menjadi rahasia umum bahwa masalah kemiskinan dan ketidaksejahteraan dikarenakan penerapan sistem sekuler kapitalisme yang melegalisasi oligarki menguasai kekayaan anak negeri. Sistem ini juga yang menumbuhsuburkan koruptor yang merampok uang rakyat.

Sekilas memang kemiskinan dan ketidaksejahteraan, dampak dari sistem ekonomi. Namun sesungguhnya, sistem ekonomi tidak bisa berdiri sendiri dari sistem – sistem yang lain. Betapa terang di hadapan kita, ketidakmerdekaan politik, menjadikan negara – negara ketiga, tidak berkutik terhadap negara – negara besar. Kebijakan politik negara adidaya, sangat berdampak pada perekonomian negara – negara di dunia.

Dari sini kita bisa menilai, sungguh tidak akan cukup, menjadikan pemuda barisan pengusaha untuk bisa memajukan bangsa. Butuh kekuatan besar untuk negeri ini bisa mandiri tidak hanya sektor ekonomi. Dan semua itu hanya mungkin jika kita menjadi negara adidaya, tentunya dengan sistem Islam yang telah terbukti 3,5 abad memimpin dunia. Wallahu a’lam bi ash showab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak