Oleh : Yuke Octavianty
(Forum Literasi Muslimah Bogor)
Jumlah kematian ibu hamil dan melahirkan semakin meningkat. PBB melaporkan, setiap dua menit, satu perempuan meninggal saat masa kehamilan atau melahirkan (voaindonesia.com, 24/2/2023).
WHO (Badan Kesehatan Dunia), melaporkan angka kematian ibu di Afganistan jauh lebih tinggi dibandingkan gabungan enam negara tetangganya (voaindonesia.com, 23/2/2023). Para ahli pun mengatakan krisis kesehatan ibu makin memburuk dan mengkhawatirkan.
Seharusnya kehamilan adalah moment amazing, yang penuh keajaiban dan dilalui dengan energi positif. Namun sayang, keadaan ini justru menciptakan keadaan yang mencekam bagi para wanita hamil dan melahirkan. Fakta yang memprihatinkan.
Data ini seharusnya menjadi perhatian dunia. Karena kasus tersebut bukanlah kasus biasa. PBB mengingatkan agar para pemimpin dunia harus segera bertindak menghentikan kasus kematian para ibu. Diupayakan dengan memberikan sistem perawatan kesehatan yang komprehensif. Serta berusaha sesegera mungkin mengendalikan jurang sosial dan ekonomi yang kian melebar. Hingga berdampak pada kematian.
Fakta yang dihadapkan pada kita saat ini menjadi peringatan keras bagi dunia. Bahwa sistem yang hari ini diterapkan tak bisa menjaga nyawa manusia. Solusi dan imbauan dari PBB, hanya solusi praktis yang utopis. Kontraproduktif dengan sistem yang ada. Sistem yang kini dijadikan setir kehidupan, yaitu sistem kapitalisme sekuleristik, menyebabkan seluruh kekacauan yang kini menerpa dunia. Dalam kapitalisme, sektor kesehatan dikapitalisasi. Wajar adanya, saat masyarakat secara umum kesulitan mengakses kualitas kesehatan yang memadai. Berbagai jaminan yang ditawarkan pun tak menjadi solusi. Justru jaminan yang ada, menjadi objek pemalakan para penguasa kepada rakyatnya. Bagaimana mungkin dalam kondisi yang sedemikian sulitnya, rakyat dapat terjamin kesehatannya?
Seluruh fakta yang kini tampak, sejatinya membuka bobroknya pengaturan ala kapitalisme. Seluruh pengaturannya berbasis keuntungan materi saja. Tak peduli terhadap akibat yang menimpa umat. Sistem kapitalisme pun menihilkan kesejateraan dalam kehidupan. Karena pengelolaannya yang penuh keculasan. Keserakahan akan materi menjadi watak dasar kapitalisme. Tanpa adanya kesejahteraan dan layanan kesehatan yang terjangkau, angka kematian ibu akan terus meningkat. Sungguh, masyarakat membutuhkan pelayanan kesehatan yang optimal demi tercapainya standar kesehatan yang aman bagi nyawa rakyat.
Hanya sistem Islam-lah yang menawarkan solusi sistemik yang menyeluruh. Sistem Islam dalam wadah institusi Khilafah Islamiyyah. Kesehatan umat menjadi prioritas utama pelayanan negara. Karena Islam sangat menjaga nyawa per individu rakyatnya. Rasulullah SAW. bersabda, "Hilangnya dunia lebih ringan bagi Allah dibanding terbunuhnya mukmin tanpa hak" (HR. Nasai 3987, Turmudzi 1455, dan dishahihkan al Albani).
Begitu berharganya satu nyawa seorang muslim. Allah SWT. dan Rasulullah SAW. tak merelakan hilangnya satu nyawa pun. Apalagi hilangnya nyawa umat saat ini lebih disebabkan karena jeratan sistem rusak yang menyebabkan rusaknya kehidupan umat. Regulasi kesehatan yang asal-asaln demi kepentingan segelintir golongan. Sementara kepentingan rakyat terabaikan.
Mengutip buku karya KH. Hafidz Abdurrahman, “Menggagas Kesehatan Islam” Daulah Khilafah sangat memperhatikan kesehatan per individunya. Tak hanya di kota-kota besar, namun juga hingga pelosok pedesaan. Bahkan penjara-penjara pun mendapat pelayanan kesehatan yang memadai. Pada masa Kekhalifahan Abbasiyyah, Daulah memberikan perhatian luar biasa di bidang kesehatan. Program rumah sakit keliling yang diprioritaskan Khalifah demi menjaga kesehatan masyarakat di setiap tempat, tanpa ada batasan strata sosial dan ekonomi. Akses lokasi tempat tinggal pun tak menjadi alasan terbatasnya pelayanan. Semua dilayani dengan sepenuh hati.
Betapa sempurnanya sistem Islam menjaga nyawa. Tak layak bagi kaum muslim meragukan pengurusan umat dalam wadah sistem Islam yang menyeluruh.
Wallahu a'lam bisshowwab.
Tags
Opini