Oleh: Khadijah An Najm
(Aktivis Muslimah)
Sebuah laporan baru oleh empat badan PBB terkemuka dan Bank Dunia memperkirakan, satu perempuan meninggal setiap dua menit, selama kehamilan atau persalinan.
Pejabat kesehatan mengatakan, data yang diajukan dalam laporan itu harus menjadi peringatan bagi para pemimpin dunia untuk bertindak mengakhiri kematian ibu, dengan memberi sistem perawatan kesehatan dan menutup kesenjangan sosial dan ekonomi yang melebar yang berdampak pada kematian.
Laporan itu mencatat, pada tahun 2020 sekitar 287.000 perempuan di seluruh dunia meninggal terkait kehamilan dan persalinan. Itu setara dengan 800 kematian sehari, atau satu kematian setiap dua menit. (voaindonesia, 24/2/2023)
Akibat si$$= stem kapitalisme
Diakui atau tidak kematian ibu dan anak ini disebabkan oleh tingginya kemiskinan dan buruknya pelayanan kesehatan yang diterima rakyat. Karena faktanya ditengah kemiskinan yang mendera maka tingkat stres meningkatkan dan pemenuhan gizi keluarga juga tidak optimal. Bahkan tidak jarang kita temui rakyat yang harus jungkir balik dan banting tulang hanya demi mendapatkan makan tiga kali sehari. Jangankan berfikir rumah mewah dan kendaraan bagus, bisa makan tiap hari saja itu sudah sangat nikmat.
Selain persoalan kemiskinan, mahalnya biaya kesehatan juga turut memperparah penderitaan keluarga. Pasalnya kesehatan menjadi barang mahal saat ini. Orang miskin dilarang sakit, sebab jika sudah sakit maka tidak mudah untuk mengakses fasilitas kesehatan. Kesehatan berkualitas hanya bagi orang yang mampu bayar mahal. Sementara bagi yang tidak mampu harus rela dengan pelayanan seadanya. Bahkan tidak sedikit orang sakit yang bertahan di rumah tanpa berobat ke rumah sakit karena sadar tidak mampu secara finansial.
Sungguh miris ditengah kemajuan ilmu pengetahuan teknologi dan kemudahan fasilitas hidup, ternyata tidak semua orang mampu mengakses dan mendapatkannya. Hanya orang mampu dan kaya yang mampu merasakan. Sebab semuanya serba mahal dan serba bayar.
Sebenarnya sistem kapitalismelah yang paling bertanggung jawab atas tingginya angka kematian ibu. Sebab sistem ini yang menjerumuskan rakyat kedalam jurang kemiskinan. Sistem ini juga yang telah membuat jurang yang dalam sehingga terjadi kesenjangan sosial dan ekonomi di tengah masyarakat. Pasalnya kekayaan alam yang banyak justru diserahkan kepada swasta dan pemilik modal. Sementara rakyat harus kerja keras ditambah beban pajak yang semakin mencekik. Sistem kapitalisme ini juga yang menjadikan kesehatan sebagai ladang bisnis, hingga rakyat kesulitan mengakses fasilitas kesehatan yang gratis dan berkualitas
Islam memberikan kesejahteraan
Narasi pengentasan angka Kematian ibu yang diusung sistem kapitalisme sebenarnya hanya utopia. Sebab selama kapitalisme bertahta maka selama itu pula penderitaan rakyat tidak kunjung berhenti.
Berbeda dengan sistem Islam, Islam punya mekanisme mensejahterakan rakyat dan menggratiskan fasilitas kesehatan. Kemiskinan tidak akan merata jika Islam yang diterapkan. Sebab dalam Islam kekayaan alam tidak boleh diserahkan kepada swasta. Kekayaan alam adalah milik umum yang harus dikelola oleh negara. Hasilnya dikembangkan kepada rakyat untuk melayani kebutuhan kolektif masyarakat termasuk untuk menyediakan layanan kesehatan yang berkualitas dan gratis.
Hal ini karena dalam Islam negara wajib mensejahterakan rakyat. Negara tidak boleh membiarkan rakyat dalam kemiskinan. Tanggung jawab ini ada di pundak para khalifah sebagai pelayan umat. Islam sebagai ideologi sempurna telah mewajibkan Negara (Khilafah) melindungi harta rakyat dan menjamin kehidupan mereka. Rakyat adalah Amanah. Mereka layaknya gembalaan yang wajib dijaga dan dilindungi oleh penggembalanya. Nabi saw. bersabda: Imam (khalifah) itu pengurus rakyat dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyat yang dia urus. (HR al-Bukhari dan Ahmad).
Khatimah
Sungguh semakin tampak keberbahayaan sistem kapitalisme bagi kehidupan manusia. Kembali kepada aturan Islam menjadi kebutuhan yang mendesak bagi umat manusia.
Wallahu 'alam
Tags
Opini