AKI Masih Tinggi, Islam Punya Solusi




Penulis: Gitaanissaf, S.E 


Badan-badan kesehatan PBB melaporkan satu ibu hamil meninggal setiap dua menit sekali selama 2020. Dalam laporan yang diterbitkan pada pekan lalu, The United Nations Maternal Mortality Estimation Inter-Agency Group (MMEIG) yang terdiri dari sejumlah badan PBB termasuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), mencatat sekitar 287.000 kematian ibu di seluruh dunia pada tahun 2020. Di mana 800 wanita dilaporkan meninggal setiap harinya karena penyebab yang dapat dicegah terkait kehamilan dan persalinan. Artinya satu orang ibu meninggal setiap dua menit sekali.

"Sementara kehamilan harus menjadi masa penuh harapan dan pengalaman positif bagi semua wanita, tragisnya masih merupakan pengalaman yang sangat berbahaya bagi jutaan orang di seluruh dunia yang tidak memiliki akses ke perawatan kesehatan berkualitas tinggi dan terhormat," kata Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO. 

Dalam laporan menemukan penyebab kematian ibu terkait kehamilan atau persalinan mencakup perdarahan hebat, tekanan darah tinggi, infeksi terkait kehamilan, komplikasi dari aborsi yang tidak aman, dan kondisi mendasar yang dapat diperburuk oleh kehamilan seperti HIV/AIDS dan malaria. Mirisnya, sebagian besar penyebab kematian itu dapat dicegah dan diobati dengan akses ke perawatan kesehatan berkualitas. (Koran Jakarta, 04/03/2023).

Sementara itu di negeri kita, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan angka kematian ibu hamil di Indonesia masih sangat tinggi yakni 300 kematian per 100 ribu penduduk. Jumlah ini sangat jauh bila dibandingkan dengan negara-negara maju yang angkanya sekitar 70 kematian per 100 ribu penduduk.
Penyebab jumlah kematian ibu hamil yang tinggi di Indonesia utamanya karena dua faktor yakni ibu mengidap hipertensi dan juga terjadinya pendarahan saat melahirkan. (Media Indonesia, 19/08/2021).

Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia Tuti Sukaeti,Spd.SST. M.Kes yang juga menjadi pembicara dalam webinar mengatakan bahwa terdapat kondisi-kondisi yang bisa dikatakan sebagai kegawatdaruratan maternal diantaranya kondisi kesehatan yang mengancam jiwa saat kehamilan atau selama dan sesudah persalinan dan kelahiran, terdapat sekian banyak penyakit dan gangguan dalam kehamilan yang mengancam ibu dan bayi, serta kasus obstetri yang apabila tidak segera ditangani akan berakibat kematian ibu dan janin.

Dokter Hasto pun menambahkan bahwa penyebab kematian ibu telah dipetakan seperti gangguan hipertensi yang bisa berujung pada preeklampsia atau eklampsia yang sifatnya superimposed atau mungkin sebelumnya sudah mempunyai riwayat hipertensi kemudian hamil. Selain itu pendarahan yang menduduki penyebab kedua terjadinya kematian ibu dan komplikasi-komplikasi lainnya yang bersifat obstetrik dan nonobstetrik, infeksi, dan lain-lain. Menurutnya bahwa pendarahan sebenarnya bisa dicegah bila tidak terlambat diatasi dengan mempercepat rujukan ke rumah sakit. Namun kebanyakan dari masyarakat sekitar khususnya keluarga masih ragu untuk memberikan keputusan rujukan tersebut.

Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator yang menunjukkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara. Berdasarkan data di atas kita bisa melihat bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat di negeri ini masih sangat rendah. Sebenarnya kematian ibu hamil dapat dicegah dengan akses pelayanan kesehatan yang memadai dan juga terjangkau. Di Indonesia sendiri, masih banyak masyarakat terutama di daerah terpencil yang tidak mendapatkan akses pelayanan kesehatan yang memadai. Selain itu, akses transportasi untuk mandapatkan pelayanan kesehatan pun cukup sulit dipenuhi.

Salah satunya dapat dilihat di pelosok Desa Giri Sako, Kecamatan Logas Tanah Darat, Riau. Fasilitas kesehatan di daerah bagian barat Indonesia ini masih banyak yang belum optimal. Keterbatasan peralatan dan tenaga medis kerap terjadi. Bahkan akses jalan kurang malemadai, parahnya di musim hujan, jalan menjadi sangat licin dan sulit dilewati. Bayangkan saja, betapa sulitnya masyarakat di sana untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai. Apalagi untuk mendapatkan perawatan kehamilan dan keselamatan persalinan, nampaknya akan sangat sulit didapatkan.

Masalah seperti ini adalah suatu yang lumrah terjadi di bawah pemerintahan sekuler-kapitalis dimana solusi yang ditawarkan sebenarnya solusi utopis. Pemerintah hanya memberikan solusi parsial karena dalam kapitalisme, kesehatan kerap dikapitalisasi dan kemiskinan tak mungkin dientaskan. Data ini sejatinya membuka borok kegagalan kapitalisme dalam menyelesaikan persoalan Angka Kematian Ibu (AKI). Tanpa kesejahteraan dan layanan kesehatan murah di dalam kebijakan negara, maka Angka Kematian Ibu (AKI) akan terus tinggi. 

Berbeda dengan Islam, kesehatan dan keselamatan rakyat adalah amanah bagi pemimpin negara. Islam menjadikan layanan kesehatan termasuk pada ibu hamil dan bersalin sebagai kewajiban negara. Para ibu tak lagi khawatir akan kesehatan bayinya karena negara akan memberikan tunjangan vitamin dan gizi untuk ibu hamil sehingga kekurangan zat gizi apalagi anemia yang berakhir pada kesulitan persalinan akan teratasi. Akses pelayanan kesehatan gratis akan memberikan monitoring terhadap kesehatan para ibu, sehingga resiko kelahiran karna suatu penyakit akan diminimalisir secara maksimal. 

Para ibu juga tidak perlu khawatir lagi akan biaya persalinan karena negara menjamin akses pelayanan kesehatan yang prima lagi gratis untuk proses persalinan bahkan ke setiap pelosok negeri. Contohnya pada masa Sultan Mahmud Saljuqi–yang memerintah tahun 511 sampai 525 Hijriah– rumah sakit yang memberikan pelayanan berpindah-pindah ini diangkut segala fasilitasnya (dokter, alat kesehatan dan obat-obatan) dengan 40 onta. Hal ini dimaksudkan tidak lain agar pelayanan kesehatan bisa dirasakan secara merata oleh masyarakat yang jauh dari perkotaan. 

Pada masa Daulah Abbasiyah, pembiayaan dana wakaf untuk kesehatan juga begitu besar. Saat itu rumah sakit menjadi salah satu prioritas untuk melayani kesehatan masyarakat. Ada banyak sekali rumah sakit dibangun di masa itu. Bahkan, Abu Ja’far al-Manshur untuk mengembangkan pelayanan kesehatan sampai mengundang dokter ahli beragama Nashrani untuk mengajarkan ilmu kedokteran kepada calon-calon dokter di masa itu.
Pada era-era selanjutnya pun, peradaban Islam begitu perhatian terhadap masalah pelayanan kesehatan. Sampai akhirnya peradaban Islam redup dan digantikan oleh bangsa-bangsa Barat hingga saat ini.

Kalau mau ditarik kesimpulan, pelayanan kesehatan dalam peradaban Islam begitu monumental dikarenakan ada kepedulian tinggi dan sinergi yang baik antara negara, dokter, tim pelayanan kesehatan dan masyarakat. Salah satu dana terbesar yang dipakai untuk memenuhi kebutuhan ini adalah pengembangan wakaf produktif. (Hidayatullah.com).

Kemajuan yang ditorehkan oleh peradaban Islam tentu saja bisa dijadikan pemantik kesadaran bagi umat Islam dewasa ini. Apalagi hal ini terkait dengan masa depan generasi yang akan membangun peradaban yang mulia. Islam juga menjamin kesejahteraan rakyat dengan berbagai mekanisme sehingga tercapai derajat kesehatan yang tinggi dan layanan kesehatan prima. Dengan demikian Angka Kematian Ibu (AKI) bisa diberantas hingga tuntas.

Wallahua'lam bi ash-shawwab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak