Oleh : Eti Fairuzita
Sebuah laporan baru oleh empat badan PBB terkemuka dan Bank Dunia memperkirakan, satu perempuan meninggal setiap dua menit, selama kehamilan atau persalinan. Sebagian besar penyebabnya bisa dicegah.
Laporan, “Kecenderungan Kematian Ibu Tahun 2000 hingga 2020,” disusun oleh WHO, UNICEF, dan UNFPA, bersama Grup Bank Dunia dan UNDESA bidang kependudukan.
Pejabat kesehatan mengatakan, data yang diajukan dalam laporan itu harus menjadi peringatan bagi para pemimpin dunia untuk bertindak mengakhiri kematian ibu, dengan memberi sistem perawatan kesehatan dan menutup kesenjangan sosial dan ekonomi yang melebar.
Statistik baru ini mengungkapkan kebutuhan mendesak, untuk memastikan setiap perempuan dan anak perempuan mempunyai akses ke layanan kesehatan penting sebelum, selama, dan setelah melahirkan,” katanya,
Laporan itu mencatat, pada tahun 2020 sekitar 287.000 perempuan di seluruh dunia meninggal terkait kehamilan dan persalinan. Itu setara dengan 800 kematian sehari, atau satu kematian setiap dua menit.
Solusi yang ditawarkan PBB adalah sebuah solusi utopis, sebab dalam kapitalisme kesehatan dikapitalisasi dan problem kemiskinan tidak mungkin dientaskan. Data ini sebenarnya membuka borok kegagalan kapitalisme dalam menyelesaikan persoalan 'Angka Kematian Ibu' (AKI). Tanpa kesejahteraan dan layanan kesehatan murah angka kematian ibu akan terus terjadi. Dalam sistem kehidupan kapitalisme tidak ada jaminan kesehatan bagi setiap warga negara dan tidak ada jaminan pemenuhan kebutuhan pokok yang tercukupi bagi mereka.
Sistem ekonomi kapitalisme bertanggung jawab besar atas hal ini. Yakni karena minimnya ketersediaan lapangan pekerjaan, naiknya harga-harga bahan pokok, dan mahalnya biaya kesehatan.
Padahal peningkatan pelayanan kesehatan menjadi salah satu kunci menekan angka kematian ibu (AKI).
Publik harusnya meyadari bahwa sistem kehidupan sekuler kapitalisme tidaklah selaras dengan fitrah perempuan. Tidak juga berpihak pada kebutuhan dan kesehatan ibu hamil beserta kehamilannya.
Sistem ini telah menjadikan semua hajat hidup rakyat sebagai komoditas dan negara hanya sebagai fasilitator bagi dominasi korporasi. Tak heran, dalam menyelesaikannya pun negara menggandeng pihak swasta.
Dapat dilihat sistem ini hanya mengedepankan nilai materi namun menihilkan atmosfer kehidupan dari nilai insaniyah (kemanusiaan), moral, dan spiritual yang dibutuhkan bagi kesehatan dan keselamatan ibu hamil dan melahirkan.
Berbeda dengan Islam. Islam menjadikan layanan kesehatan termasuk pada ibu hamil dan bersalin sebagai kewajiban negara. Apalagi hal ini sangat terkait dengan lahirnya masa depan generasi yang akan membangun peradaban yang mulia.
Islam telah menetapkan bahwa negara tidak boleh menjadikan kesehatan sebagai jasa atau komoditas yang diperjualbelikan, karena merupakan kebutuhan dasar bagi seluruh masyarakat. Karena itu, tidak ada biaya untuk mendapatkan pelayanan dalam sistem Islam.
Islam juga menjamin kesejahteraan rakyat dengan berbagai mekanisme sehingga tercapai derajat kesehatan yang tinggi dan layanan kesehatan pun prima. Dengan demikian, angka kematian ibu (AKI) bisa diberantas secara tuntas.
Jaminan kesehatan rakyat dalam Islam terealisasi melalui politik ekonomi Islam yang dijalankan para pemimpinnya. Pemimpin dalam sistem Islam, (Khalifah) akan mengelola harta untuk memenuhi seluruh kebutuhan rakyatnya, baik harta bergerak maupun tak bergerak yang diambil dari Baitulmal.
Khilafah akan mengelola SDA secara adil dengan pengaturan yang baik terkait kepemilikan umum, negara, dan individu. Sehingga tidak menimbulkan kemudharatan bagi rakyat maupun negara.
Islam menetapkan sumber daya alam sebagai milik umat wajib dikelola oleh negara. Negara tidak boleh menyerahkan pengelolaannya kepada swasta atau asing. Hasil pengelolaan kekayaan SDA tersebut akan didistribusikan kepada seluruh rakyat dalam pelayanan pendidikan dan kesehatan gratis. Alhasil, kesehatan bisa diakses siapa saja tanpa membedakan status sosial, ras, warna kulit, dan agama tanpa batas waktu sampai pasien benar-benar dinyatakan sembuh.
Dalam sejarah penerapan sistem Islam di bawah institusi negara Khilafah, Will Durant dalam "The Story of Civilization" menceritakan dengan menyatakan, Islam telah menjamin seluruh dunia dalam menyiapkan rumah sakit yang layak sekaligus memenuhi keperluannya. Contohnya, Bimaristan yang dibangun oleh Nuruddin di Dasmaskus tahun 1156, bertahan selama tiga abad dalam merawat orang-orang sakit tanpa bayaran dan menyediakan obat-obatan gratis. Para sejarawan berkata bahwa cahayanya tetap bersinar tidak pernah padam selama 267 tahun.
Luar biasa kesejahteraan individu rakyat dalam Khilafah bisa dicapai tanpa menggerakan para perempuan dalam dunia kerja. Sebab, Islam tidak akan membebani para ibu bertanggung jawab atas nafkah.
Sehingga negara tidak akan pernah menerapkan program kesetaraan gender untuk memaksa perempuan bekerja.
Bahkan ketika nafkah tidak mencukupi, negaralah yang bertanggung jawab. Sistem kehidupan Islam yakni (Khilafah) merupakan satu-satunya institusi yang mampu menjamin kesehatan perempuan, ibu hamil, dan melahirkan.
Wallahu alam bish-sawab
Tags
Opini