Tarif PDAM naik: abainya negara atas nasib rakyatnya



Oleh : Devi Lestari Br.Sianturi

      Naiknya tarif PDAM dalam kehidupan yang serba susah hari ini membuat rakyat sulit. Yang mana bahan pokok dinaikkan dengan harga tinggi ditambah lagi harus membayar PDAM.  Pemerintah bukannya mengkhawatirkan rakyatnya tapi malah menambah beban rakyat. Harusnya rakyat yang menjadi tanggung jawab pemerintah eh malah pemerintah yang menjadi tanggung jawab rakyat.

       Mayoritas masyarakat merasa keberatan dengan kenaikan tarif ini. Sebagaimana di Kabupaten Indramayu, Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) cabang Indramayu dan mahasiswa dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) melakukan unjuk rasa. Mereka memprotes kebijakan kenaikan tarif air PDAM. Selain itu, kebijakan kenaikan juga akan memberatkan masyarakat karena mereka tidak mampu membayarnya.

      Apalagi kebanyakan Masyarakat hanya bekerja sehari-hari berjualan rumbah (pecel) itu pun baru akan bangkit setelah terpuruk akibat pandemi covid-19 "sebagai pedagang" sedangkan sebagai pedagang mereka sangat membutuhkan air untuk mencuci sayuran yang akan dimasaknya dan pastinya mereka sangat sulit jika adanya penaikan PDAM. Karena penaikan PDAM yang sebesar Rp48rb ditambah kenaikan 30% tidak sebanding dengan penghasilan dagangan Mereka.

     Sedangkan pada tahun lalu tarif layanan perusahaan daerah air minum (PDAM) disurabaya dinaikkan yang tadinya harga sekisaran dari Rp600 menjadi Rp2600 permeterkubik. Hal itu disampaikan secara langsung oleh Eri Cahyadi wali kota Surabaya pada Kamis 24/11/2022

     Kemudian mereka menyatakan bahwa kesepakatan dengan adanya kenaikan tarif PDAM DiKota Surabaya. Karena mengingat sejak belasan tahun yang lalu belum pernah ada penyesuaian harga disurabaya. Dengan alasan dalam perawatan PIPA PDAM itu dibutuhkan biaya sangat luar biasa dan menjanjikan tidak ada lagi aliran air yang tidak mengaliri se-Surabaya, tidak ada lagi air PDAM yang airnya susah atau cuma sedikit "pungkasnya."

      Tapi nyatanya ibu-ibu dari KPI mengutarakan jika selama ini pelayanan air kurang bagus, sering mati, atau apabila keluar, alirannya kecil. Apakah ini hanyalah akal-akalan pemerintah untuk memeras rakyatnya dalam sistem kapitalisme?
       
       Inilah hasil nyata dari sistem kapitalis yang hanya berlandaskan atas dasar manfaat sehingga yang dapat pelayanan negara termasuk pelayanan akan kebutuhan air hanyalah berorientasi profit. Hanya yang mampu bayar yang mendapat pelayanan sebab keuntungan yang menjadi dasar pelayanan karena faktanya tidak semua masyarakat mendapat aliran PDAM yang berkualitas.
Sebab dalam sistem kapitalis negara bukanlah menjadi pengelola alhasil semua tergantung pada perusahaan dan hanya orang-orang yang memiliki modal saja yg bisa mengendalikan perusahaan tersebut. 
 Dan berbagai keluhan masyarakat terlebih lagi didalam kondisi ekonomi yang sangat sulit ini seharusnya menjadi momentum bagi pemerintah untuk mengoreksi pelaksanaan kewajibannya dalam memberi jaminan pemenuhan air secara maksimal, baik dari sisi kualitas air dan jaminan ketersediaan pasokan air bagi seluruh masyarakat.

         Sedangkan dalam sistem Islam negara adalah pelindung atau perisai bagi rakyatnya jadi hal seperti ini adalah tanggung jawab negara yang memang sudah seharusnya negara yang memenuhi kebutuhan air masyarakat secara maksimal, baik dari sisi kualitas dan jaminan ketersediaan pasokan air, lewat pengelolaan keuangan dengan prinsip Baitul mal. 

            Karena air adalan kebutuhan pokok masyarakat, sebagaimana sabda Rasulullah SAW. Kaum muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu Padang rumput, air dan api (HR. Abu Dawud dan Ahmad) karena tiga perkara tersebut adalah kebutuhan yang bersifat umum yang memang hanya negara yang mengelolanya kemudian dinikmati oleh seluruh rakyatnya secara gratis tanpa bayar sedikit pun.

         Sebagaimana yang telah Islam tetapkan yang mana wajib dijalankan oleh negara terutama seorang pemimpin dalam mengurus dan memenuhi kebutuhan tersebut. Dan harus memperhatikan rakyatnya yang kurang mampu. Seperti yang dilakukan pemimpin pada zaman Rasulullah yaitu kepemimpinan Khalifah Ustman yang mana ketika ada salah satu rakyatnya yang sedang kelaparan dan ketika Itu Ia tidak tahu bahwa ada rakyatnya yang kesusahan lalu ia pulang dan kembali dengan menggendong sebuah gandum untuk rakyatnya yang kesusahan tadi. Seharusnya begitulah seorang pemimpin peduli dengan rakyatnya bukan ini Mala membebani rakyatnya (dalam sistem kapitalis).

         Namun inilah gambaran kehidupan dalam sistem yang rusak dan kegagalan mengelola sumber daya alam, padahal indonesia memiliki potensi yang luar biasa hampir 71% permukaan bumi yang terdiri dari air, yang kelimpahan itu begitu menonjol dinegeri ini.
         
         Karena sekitar 21% total sumber air di wilayah Asia- Pasifik berada wilayah Indonesia disamping itu juga tampak dari begitu banyaknya jumlah daerah aliran sungai (DAS) , dikalimatan sendiri terdapat cekungan. Tidak hanya melimpah untuk kebutuhan manusia tapi juga bagi lestarinya kehidupan dibumi.

         Artinya, jika hingga saat ini Indonesia masih krisis air terlebih air bersih, bukanlah karena kekurangan sumber air namun karena pengelolaan yang tidak tepat, negara abai karena nasib rakyatnya dan bukan berdasar syari'at.

        Maka dari itu satu-satunya jalan untuk mewujudkan itu semua harus adanya Daulah Islam (negara Islam) yang menegakkan sistem Islam dalam naungan khilafah, yang memang hukum-hukumnya hanya berasal dari Allah SWT. dan As-Sunnah yang menjamin kelangsungan kehidupan manusia dan kesejahteraan seluruh umat manusia. 

Wallahu A'lam 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak