Tanggap Bencana Terbaik dalam Sistem Khilafah



Oleh : Heni Lestari 
( Anggota Aliansi Penulis Rindu Islam)


Kawan coba dengar apa jawabnya.
Ketika dia ku tanya mengapa.
Bapak ibunya telah lama mati.
Ditelan bencana tanah ini.
Sesampainya di laut. Kukabarkan semuanya.
Kepada karang, kepada ombak kepada matahari.
Tetapi semua diam.
Tetapi semua bisu.
Tinggal aku sendiri.
Terpaku menatap langit.
Barangkali di sana ada jawabnya.
Mengapa di tanahku terjadi bencana.
Mungkin Tuhan mulai bosan. Melihat tingkah kita.
Yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa.
Atau alam mulai enggan. Bersahabat dengan kita.
Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang.

Salah satu cuplikan dari sebuah lagu yang penuh makna dan pesan moral dari penyanyi balada negeri ini, Ebit G. Ade. Sarat dengan isyarat alam yang semakin menua.
Sarat dengan manusia yang bangga dengan dosa. Melakukan maksiat adalah hobi. Melaksanakan maksiat tidak malu. Ketika urat malu sudah terputus. Maka manusia dalam kondisi yang paling rendah.

Bencana datang bertubi-tubi terjadi di negeri ini. Mulai dari bencana tsunami di Aceh,  erupsi di Magelang juga bencana tsunami  di Kota Palu. 
Dan baru-baru ini terjadi gempa di Papua. Umat secara umum akan terdampak dari segala bencana yang terjadi. Banyak korban berjatuhan. Mulai dari anak kecil, kaum muda, kaum dewasa hingga kaum lansia.
Jaminan hidup yang aman tidak didapatkan. 
Segala bencana yang terjadi,  apakah memang karena faktor alam? Apakah karena bumi kita yang semakin menua? Apakah bumi kita sudah tidak bersahabat dengan manusia? Sehingga tidak mampu menopang lagi kehidupan yang aman, tentram dan mensejahterakan kita semua. 
Ataukah ada faktor lain yang menjadi penyebab terjadinya berbagai bencana alam ini?

Baiklah, coba kita lihat didalam Al Qur'an Surat Al A'Raf ayat 96, yang artinya :
"Sekiranya penduduk negeri negeri beriman dan bertaqwa , niscaya Kami akan membukakan untuk mereka berbagai keberkahan dari langit dan bumi . Akan tetapi mereka mendustakan ( para rasul dan ayat ayat Kami). Maka, Kami menyiksa mereka disebabkan oleh apa yang selalu mereka kerjakan."

Ayat ini menunjukkan dibukanya pintu berkah melalui keimanan dan ketaqwaan penduduk negeri. Allah SWT akan memberikan kelimpahan berkah dari langit dan bumi berupa hujan yang memberikan keberkahan untuk penduduk negeri. Bukan hujan yang mendatangkan bencana. Dari hujan yang berkah Allah SWT akan menumbuhkan tanaman dan buah buahan, binatang ternak pun bisa makan rumput yang segar. Dengan keberkahan hujan, semua  makhluk yang ada di bumi merasakan kenikmatan.

Di belahan negeri yang lain yaitu Turki juga terjadi bencana gempa bumi. Semua mata melihat kesana. Banyak pelajaran yang bisa kita ambil. 
Semua tidak akan terjadi tanpa kuasa-Nya. Allah SWT ingin menunjukkan kebesaran dan kekuasaan-Nya. Sebagai Sang Pemilik Kehidupan, Allah ingin  kita menyadari kesalahan kita.

Bagaimana kita melihat di era kapitalis ini. Kemaksiatan meraja lela. Riba, zina , korupsi, pembunuhan, pemerkosaan, perselingkuhan. Bahkan riba sudah menjamur di masyarakat. Hampir setiap hari kita melihat tayangan  di berbagai media.  Selama
sistem kapitalis masih dipergunakan untuk mengatur kehidupan manusia maka selamanya kehidupan kita tidak akan bisa aman, tentram dan bahagia. Kekayaan hanya di miliki oleh penguasa dan para pengusaha. 

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang di gadang- gadang mampu menyelesaikan urusan bencana di daerah pun harus menggandeng elemen masyarakat lain untuk ikut membantu. Hal ini menunjukkan masih lemahnya pemerintah untuk menyelesaikan persoalan ini.
Masyarakat yg tinggal di wilayah yang rawan bencana melalui mitigasi bencana diharapkan mampu secara mandiri untuk bisa melanjutkan hidup pasca bencana. Partisipasi dari masyarakat juga menjadi tolok ukur. 

Bagaimana dengan sistem Islam ? Sistem Islam mampu menjawab segala macam problematika kehidupan. 
Ketika bencana terjadi  saat kepemimpinan Khilafah Ustmaniyah negara akan memberikan bantuan secara menyeluruh untuk umat. 
Tidak seperti sekarang yang terjadi.  Umat diminta secara mandiri untuk menyelesaikan problematika kehidupannya. Bahkan bisa kita lihat di perempatan lampu merah sekelompok masyarakat meminta bantuan bencana. Sekali lagi hal ini menunjukkan lemahnya negara dalam memberikan jaminan bagi korban bencana alam.
Untuk menjamin semuanya. Memang harus diterapkan hukum syara'.
Umat terjamin pola kehidupannya. Mulai dari pengaturan sistem pendidikan , ekonomi, muamalah, kesehatan, bahkan mengatur sistem pemerintahan dengan hukum syara'. 

Hukum Syara'adalah hukum yang bersumber dari Al-Qur'an dan sunah. Negara akan menjamin kehidupan umat sesuai dengan hukum syara. 
Dan hukum syara' ini hanya bisa diterapkan  ketika negara menjalankan syariat Islam secara kaffah. 

Wallahu alam bisowab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak