Tak Awet Muda Juga Bisa Masuk Surga





Sumber gambar: iStock

Oleh: Rinica M

Dunia maya kembali heboh dengan balas berbalas pendapat salah satu komentar youtuber. Konon ada netizen yang memuji youtuber lantaran di usianya yang lebih tua daripada netizen yang berkomentar, wajah youtuber tersebut masih nampak lebih muda. Membalas netizen youtuber tersebut kembali berkomentar yang intinya mengaitkan awet muda dengan childfree.

"Not having kids is indeed natural anti aging. You can sleep for 8 our every day, no stress hearing kids screaming. And when you finally got wrinkles, you have the money to pay for botox." begitu kurang lebih isi komentar balasan dari youtuber tersebut.

Menyikapi pendapat youtuber, tentu banyak pula yang pro dan kontra. Dan itu wajar dalam masalah pendapat, terlebih bila pendapat tersebut telah diunggah ke publik. Maka adanya pendapat tanggapan dengan berbagai pandangan harusnya siap dihadapi dengan kelapangan hati. Maknanya jika pendapat yang menanggapi berseberangan, maka perlu berbesar hati dinomor satukan. Jika pendapat yang menanggapi berisi nasihat, maka alangkah baiknya jika diindahkan. Sehingga tidak hanya menerima pendapat yang mendukung saja, hingga akhirnya merasa paling benar dan sulit menerima kebenaran lainnya.

Agar tak simpang siur kemana-mana, alangkah baiknya bahasan tentang penuaan dan keturunan ini dikembalikan kepada pendapat islami. Mengapa? Sebab hakikat kita hidup saat ini adalah karena diciptakan Tuhan, diberi kesempatan oleh Tuhan, sehingga alangkah baiknya bila apa yang kita lakukan merujuk pada apa Tuhan ajarkan. Sebab pencipta pasti lebih paham dengan apa yang terbaik bagi ciptaanNya, dan memilih mengikuti panduan Tuhan pasti tidak salah jalan.

Terkait keturunan, dalam pandangan Islam diterangkan bahwa Allah memang menciptakan manusia sekaligus membekali nya dengan berbagai naluri. Salah satunya adalah naluri kasih sayang, yang dia ada dimaksudkan agar manusia dapat melestarikan jenisnya dengan cara yang dibolehkan. Islam mengajarkan bahwa cara melestarikan jenis yang sah adalah dengan berketurunan, yang diawali dengan pernikahan. Artinya dalam pandangan Islam, hakikat pernikahan itu ujungnya adalah untuk mendapatkan keturunan dengan jalan yang benar.

Maka wajar bila kemudian dari hasil pernikahan ini, naluri kasih saya seseorang akan terpenuhi dan tujuan melestarikan jenis tercapai dengan kehadiran anak. Bahkan dengan adanya seorang anak, naluri kasih sayang yang dimiliki manusia akan semakin luas tercurahkan. Sebab kini yang ia sayangi dan membutuhkan kasih sayang darinya bukan hanya orang atau pasangan, melainkan bertambah dengan hadirnya generasi baru dari pernikahannya.

Justru dengan tertampungnya gelora kasih sayang ini, kebahagiaan yang hakiki akan muncul. Memang tidak mulus membesarkan dan mengurus anak, namun bila dengan tetap menjadikan IsIam sebagai panduan, maka kebahagiaan lebih banyak dirasakan daripada stresnya. Mengapa? Sebab yang dilakukan dalam proses pengasuhan dilandasi oleh kesadaran ruhiyah yang tinggi. Yakin dan sadar bahwa pengasuhan ini amanah mulia, yang ganjarannya bukan sebatas materi, melainkan pahala yang bisa berbuat surga.

Maka, bagi mereka yang meyakini adanya hari kemudian, akan happy saja menikmati peran sebagai orang tua. Mereka tidak takut menua lantaran banyak anak. Sebab mereka mengingat betul bahwa Rasulullah pernah bersabda yang artinya: "Nikahilah perempuan yang penyayang dan dapat mempunyai anak banyak karena sesungguhnya aku akan bangga dengan sebab banyaknya kamu di hadapan para Nabi nanti pada hari kiamat." (HR. Ahmad, Ibnu Hibban, dan Sa'ad bin Mansyur dari jalan Anas bin Malik).

Jadi, IsIam itu memuliakan perempuan bukan dengan muda tuanya paras. Siapapun asalkan memainkan perannya sebagai hamba Allah dengan taat, akan dimuliakan, bisa masuk surga. Pun wanita yang wajahnya tak awet muda lantaran kesibukan mengasuh anak-anak nya mengurangi kesempatan perawatan dirinya atau bahkan kesempatan berkarir nya adalah bagian dari mereka yang dimuliakan dengan balasan surga.

Justru menjadi ibu terbaik, cakap dalam rumah tangga sekaligus terdepan sebagai madrasah putra putrinya adalah prestasi dan karir terbaik wanita.

Oleh karenanya, sebagai sosok hamba sebaiknya setiap kita fokus menjalani peran hidup sesuai dengan aturan Islam saja. Hidup untuk menghamba pada Allah, sekaligus menjalani posisi lanjutan pasca pernikahan dengan mengikuti aturanNya. Sebab dengan kekuatan taat lagi sadar keimanan, ketentraman kita menjalankan hidup tidak akan tergiur oleh bisikan ide feminis yang hakikatnya berlawanan dengan fitrah manusia. []


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak