Sistem Kapitalis Liberal, Merusak Potensi Anak Bangsa




Oleh : Afrin Azizah

Kejahatan tidak lagi hanya dilakukan oleh para orang dewasa, namun tidak bisa dipungkiri bahwa kejahatan saat ini pun bisa juga dilakukan oleh anak-anak di bawah umur khususnya. Seperti tindak kejahatan yang dilakukan oleh dua remaja di Makassar yang berusia 17 dan 14 tahun, yang tega menculik dan membunuh anak berusia 11 tahun. 

Lebih parahnya lagi, bahwa pembunuhan ini sudah direncanakan hanya karena terobsesi dengan situs jual beli organ tubuh manusia dengan iming-iming penawaran harga yang mahal. ( www.kompas.com 10/01/2023 )

Belum cukup sampai disini, seorang bocah Taman Kanak-kanak (TK) di Mojokerto diduga menjadi korban pemerkosaan yang dilakukan oleh tiga bocah Sekolah Dasar (SD). ( www.liputan6.com 20/01/2023 )

Miris! Yang seharusnya anak-anak masih disibukkan dengan kegiatan di sekolah, bermain dengan teman sebaya dan berbakti kepada orang tua, kini hilang dan berganti status sebagai korban atau pelaku kejahatan. 

Tidak dapat dipungkiri bahwa seorang anak adalah peniru ulung, mata selalu mengamati, telinga selalu menyimak dan pikiran yang selalu mencerna apapun yang bisa dia indera. Begitu pula di zaman modern seperti sekarang, dimana tidak ada kegiatan tanpa gadget alias harus ada gadget. Maka tidak menutup kemungkinan, bahwa seorang anak bisa saja mengikuti bahkan meniru apa yang sedang trend / viral yang dia terima melalui media gadget tersebut. Ditambah kurang adanya pengawasan dari para orang tua, yang menjadikan seorang anak merasa bebas dengan dunia maya nya yaitu gadget.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan, kenapa seorang anak bisa dengan mudah meniru tanpa adanya benteng antara benar dan salah mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan.

Faktor pertama, individu. Dimana individu seorang anak tidak dibentuk dengan asas islam bahkan cenderung kepada liberal ( bebas ) baik dalam pola pikir bahkan perilaku. Sehingga seorang anak hanya melakukan apa yang dia suka bukan lagi merujuk kepada hukum Islam sendiri yakni apakah yang dilakukan itu hukumnya wajib, sunnah, mubah, makruh atau  haram. 

Bagaimana solusinya ? Maka seharusnya seorang anak mulai diperkenalkan dengan aqidah dan syariat Islam sejak dini. Sehingga terbentuklah karakter seorang muslim, dimana standart pola pikir dan pola sikap yang dilakukan berdasarkan aturan syariat Islam bukan yang lain.

Faktor kedua, masyarakat/lingkungan. Lingkungan memiliki pengaruh yang sangat signifikan, dimana seorang anak tidak hanya bisa meniru hal-hal yang ada didunia maya. Lebih dari pada itu, dunia sekitar sangat bisa untuk membentuk atau bahkan membunuh karakter seorang anak.

Adapun penjual minyak wangi, jika engkau dekat dengannya makan paling tidak akan mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, jika engkau dekat dengannya mendapatkan bau yang tidak enak atau bajumu terbakar. (HR. Bukhari, no.5534; Muslim, no.2628)

Maka yang harus dilakukan, seorang anak harus selektif untuk bisa memilih teman atau perkumpulan dalam bergaul. Sehingga, diharapkan seorang anak dapat terhindar dari pergaulan bebas yang jelas-jelas salah. 

Faktor ketiga, negara. Negara memiliki kekuasaan penuh terhadap kebijakan-kebijakan yang diterima oleh rakyat. Namun sangat disayangkan jika negara acuh dengan apa yang dibutuhkan rakyatnya dan lebih mendahulukan hal-hal yang bagi rakyat saja tidak ada manfaatnya. Seperti kasus yang sedang marak saat ini, rusaknya potensi anak bangsa dengan maraknya kriminalitas tanpa solusi tuntas. Tidak adanya filter informasi dalam media sosial, baik itu yang boleh diterima rakyat atau tidak boleh diterima oleh rakyat. 

Karena masih banyak hingga saat ini konten-konten yang tujuannya bukan untuk mendidik, malah sebaliknya yaitu merusak potensi anak. 

Ditambah dengan kasus yang marak terjadi dengan anak di bawah umur sekarang, seakan negara tidak melirik kasus yang sangat amat darurat pada rakyatnya. Inilah akibat dari sistem kapitalis liberal yang dibalut dengan nama demokrasi " Dari rakyat Oleh rakyat Untuk Rakyat ". Dimana simbol yang digaungkan atas nama rakyat, tapi nihil prakteknya. 

Sangat berbeda jika sistem Islam yang diterapkan dalam sebuah negara. Karena sistem Islam adalah aturan yang berasal dari Sang Pencipta Allah SWT yang Maha Tau apa yang di butuhkan oleh makhluk ciptaan-Nya. 

Sistem Islam dalam naungan Khilafah, tidak akan membiarkan informasi yang bisa merusak potensi anak-anak bahkan rakyat. Karena dalam Khilafah yang jelas berlandaskan syariat Islam, memegang teguh hukum yang berasal dari Al Qur'an, As-Sunnah, Ijma dan Qiyas. Sehingga media informasi yang diterima oleh rakyat pun, sudah dikemas sebaik mungkin sehingga informasi yang diterima rakyat dipastikan mendidik serta mengokohkan keimanan. 

Serta dalam naungan Khilafah tidak akan pernah acuh terhadap permasalahan yang terjadi terhadap rakyatnya.

Seperti yang terjadi pada tahun 837 Masehi yang dipimpin oleh seorang Khalifah Al-Mu'tashim Billah. Dimana saat seorang budak muslimah pergi ke pasar lalu dilecehkan oleh kaum romawi dengan mengaitkan kainnya ke paku. Sehingga ketika berdiri, tersingkaplah sebagian auratnya. Lalu muslimah tersebut berteriak memanggil Khalifah Al-Mu'tashim Billah, "Waa Mu'tashimaah!" yang artinya "Di mana engkau wahai Mu'tashim Billah".

Kabar ini langsung tersebar dan sampai ke telinga Khalifah Al-Mu'tashim Billah, lalu mengirimkan puluhan ribu pasukannya untuk menyerbu Ammuriah ( Kota Romawi ). Pertempuran pun terjadi dan pasukan muslim berhasil membebaskan kota tersebut dari tangan romawi. Selanjutnya sang khalifah mencari laporan tentang wanita yang memanggil namanya tersebut dan berkata, " Wahai Saudariku, apakah aku telah memenuhi seruanmu atasku?". Muslimah tersebut pun mengangguk terharu.

Inilah bukti bahwa jika dalam sebuah negara menerapkan sistem Islam sebagai dasar aturan yang diterapkan. Dimana tidak akan merusak potensi rakyatnya dan tidak ada teriakan rakyat yang tidak tersampaikan oleh seorang pemimpin negara. Serta dapat memberikan solusi tuntas atas setiap permasalahan. Sudah saatnya kembali dengan sistem Islam, dengan kegemilangannya terbukti telah menguasai 2/3 dunia selama berabad-abad. 

Wallahu'alam bhilsawab..

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak