Sistem Islam Memuliakan Fitrah Ibu




Oleh: Tri S, S.Si

Ibu merupakan sosok yang berperan sangat penting pada proses pertumbuhan dan perkembangan individu manusia. Namun, bagaimana jadinya ketika sosok ibu yang seharusnya mengayomi dan mendidik anak malah terbalik menyesatkan dan menjerumuskan anak kepada hal-hal yang tidak pantas dan menghinakan. Masyarakat Indonesia dikejutkan dengan fakta terbaru di awal bulan Februari. Berita seorang ibu muda di Jambi yang melalukan pelecehan seksual kepada 17 anak dibawah umur dengan rentan usia 8-15 tahun. Modus rental PS (playstation) menjadi alasan untuk memaksa para korban melakukan aktivitas yang tidak bermoral. Pelaku memberikan pemahaman yang tidak bermoral kepada anak-anak yang berpotensi merusak pemikiran dan perilakunya sejak dini. Menurut keterangan suaminya, pelaku memang kerap memiliki perilaku menyimpang yaitu melukai tangannya sendiri menggunakan silet dan mengancam membunuh anaknya yang masih berusia 1 tahun jika keinginan seksualnya tidak terpenuhi (regional. kompas.com, 4/2/2023).


Manusia adalah makhluk yang diciptakan dengan sebaik baiknya penciptaan, tidak akan ada manusia yang diberikan ujian melebihi kemampuannya. Perilaku menyimpang pelaku merupakan bukti dari rusaknya sistem kehidupan yang berlandaskan kepada asas sekulerisme. Sistem kehidupan yang jauh dari pemahaman agama menjadikan individu bersikap dan berperilaku yang jauh dari fitrah hidupnya sebagai manusia.


Kecenderungan seksual merupakan bagian dari fitrah manusia. Kecenderungan seksual yang lahir dari naluri melestarikan keturunan akan muncul bila terdapat stimulasi dari luar. Menurut Edward O. Laumann, PhD., profesor bidang sosiologi University of Chicago dan penulis buku The Social Organization of Sexuality: Sexual Practices in the United States, kecenderungan seksual sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan konteks. Mudah dan cepatnya akses informasi tanpa batas melalui media sosial dan rusaknya lingkungan tanpa pemahaman agama seperti saat ini, membuat siapapun baik laki atau wanita banyak dihadapkan pada situasi yang mendorong kecenderungan seksual untuk muncul.


Sistem kehidupan yang jauh dari aturan Islam pun menjadikan pemenuhan kebutuhan seksual dibiarkan tanpa adanya batasan dan pengaturan. Tidak adanya peran negara yang mengelola informasi di media sosial dan minimnya penanaman ketaqwaan individu membuat fitrah ibu menjadi rusak. Kini, banyak kasus kejahatan dilakukan oleh para perempuan, bahkan dalam perbuatan yang sangat keji dan tidak manusiawi. Karena itu tidak pantas kita berharap pada sistem yang telah terbukti rusak dan merusak kehidupan manusia.


Menilik fakta-fakta di atas, pasti yang tergambar dalam benak kita sebagai manusia berperasaan adalah perilaku sadis. Perempuan dan anak-anak selalu menjadi tumbal rusaknya tatanan masa kini yang kapitalistik. Peristiwa-peristiwa yang menjadikan perempuan dan anak-anak sebagai korbannya, oleh cara pandang kapitalisme justeru diangkat menjadi topik perbincangan yang seksi dan menarik. Perempuan dan anak-anak menjadi ladang bisnis menggiurkan, ditelanjangi tanpa ampun kemudian dibungkus dalam kemasan ikonik bernama moderasi beragama. Kapitalisme tidak sedikitpun memberi ruang aman pada perempuan dan anak-anak. 


Hukum pidana tidak sedikitpun memberi efek jera, bahkan semakin berani dengan dukungan media dan tontonan-tontonan niragama. Sebagian dari kita hanya menonton dengan perasaan iba, sebagian yang lain sibuk dengan kepentingannya emoh peduli sesama. Para pelayan umat terlihat berupaya menyelesaikan persoalan sebatas karena viralnya kasus dan terdesak menyelamatkan citra pemerintahan. Sementara biografi perempuan dan anak-anak disajikan di tengah-tengah kita dengan warna warni kehidupan yang semakin kapitalistik. Tentu sangat disayangkan, kita umat Islam yang memiliki karakter paling waras bin waratsah (pewaris peradaban gemilang) bertahan dengan sistem rusak dan merusak. Padahal kita punya fikrah kulliyah (Islam kaffah) yang sudah pernah memimpin bangsa-bangsa dan memuliakan perempuan, juga anak-anak hingga lanjut usia. Islam dengan ideologi sahihnya telah dan sedang berdiri berjaga memberi solusi dengan kesempurnaannya yang menyeluruh bagi persoalan dunia, lebih-lebih perempuan dan anak-anak. Memberi rasa aman dengan standart iman dalam keluarga, masyarakat dan negara, Qiyadah fikriyah Islamiyah terus memancar ke pelosok negeri-negeri membawa misi langit demi menyelamatkan bumi.


Islam memuliakan perempuan dan menjaganya. Dalam QS an-Nisa' : 19 Allah Swt berfirman tentang bagaimana seharusnya memperlakukan perempuan dan anak-anak: "Hai orang orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, maka (bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak".


Islam telah menempatkan perempuan dan anak-anak pada posisi yang mulia dan tidak mudah untuk dieksploitasi. Peran perempuan di dalam kehidupan, tidak hanya sebatas menjadi ibu rumah tangga melainkan bisa berprofesi banyak hal selama masih dalam ketentuan Syar’i. Namun fenomena perempuan saat ini sungguh memprihatinkan. Segala persoalan yang dialami kaum perempuan bukan menjadi rahasia umum lagi. Kemiskinan, pelecehan, penindasan dan eksploitasi menghimpit kaum perempuan dimana pun ia berada. Di sadari atau tidak, hal ini terjadi karena sistem yang diterapkan adalah sistem kapitalis yang menjerat banyak negara serta mempengaruhi cara pandang dan kebijakan yang di ambil oleh pemerintah. Perempuan dipandang dan diperlakukan sebagai komoditas dan mesin pencetak uang. Sistem kapitalis juga menciptakan gaya hidup materialistik dan hedonisme, menyebabkan manusia menjadi para pemuja fisik, kemolekan, kecantikan sehingga perempuan dijadikan aset dalam meraup keuntungan sebesar-besarnya, bahkan dijadikan objek iklan, model, film dan lainnya sehingga dapat menyumbangkan pajak yang besar bagi negara.


Belum lagi tersebarnya virus feminisme yang menjangkit di pemikiran kaum perempuan. Mereka menuntut ingin mendapatkan semua yang pria bisa dapatkan. Sederhananya, ketika seorang pria bisa bekerja satu harian diluar rumah, kenapa seorang perempuan tidak bisa. Padahal, perempuan memiliki derajat yang sama terlepas dari jenis kelaminnya. Mereka juga menganggap pria telah menyalahgunakan kekuasaan dan hak yang mereka miliki. Ini bisa kita lihat faktanya bahwa lapangan pekerjaan ternyata banyak memberikan prioritas terhadap kaum perempuan. Sehingga menciptakan perempuan yang sibuk berkarir dan lupa akan tanggung jawabnya sebagai seorang anak, istri dan juga ibu bagi keluarganya, di sisi lain sebagian besar keluarga hidup dalam kemiskinan yang mengharuskan para perempuan banting tulang bekerja meninggalkan anak dan suami bahkan sampai keluar negeri, untuk meningkat perekonomian dalam keluarga. Kalaulah begini yang terjadi, maka hakikatnya peran perempuan telah hilang atau terlupakan. Padahal ada sebuah ungkapan, “ Al-ummu madrasatul ula, iza a’dadtaha a’dadta sya’ban thayyibal a’raq”. Artinya ibu adalah sekolah utama, bila engkau mempersiapkannya, maka engkau telah mempersiapkan generasi terbaik bangsa dengan integritas kepribadian yang baik.


Mengisyaratkan betapa pentingnya peran perempuan atau ibu yang berpengaruh bagi majunya generasi berimplikasi tehadap majunya sebuah peradaban. Adalah perempuan al-madrasatul al-ula yang menanamkan akhlak dan kepribadian kepada anak-anak mereka. Perempuan yang mengenalkan kepada anak-anaknya hakikat tugas manusia dimuka bumi. Juga merupakan sumber segala ilmu. Itu sebabnya, ketika membaca biografi orang-orang hebat, maka akan kita dapati ada peran ibu yang luar biasa di dalamnya. Islam menempatkan posisi kaum perempuan pada kedudukan yang terhormat, hal ini tidak lain karena peran dan tugas besar yang dimilikinya. Islam memandang kedudukan perempuan sama dengan laki-laki dalam hak dan tanggung jawabnya. Keduanya memiliki potensi akal yang sama sehingga mampu menjalankan peran dan fungsinya sesuai koridor yang telah di atur oleh Allah.


Peran perempuan yang esensial adalah sebagi seorang istri dan seorang ibu, sehingga tidak diwajibkan kepadanya untuk bekerja diluar rumah, tetapi jika perempuan mampu menjalankan perannya sebagai seorang istri dan ibu dengan baik serta mampu bekerja membantu perekonomian keluarga maka pahala yang besar untuknya. Islam memandang setiap perempuan memperoleh hak yang sama dengan laki-laki dalam berkepemilikan selama tidak menyalahi syari’at. Juga memberikan hak waris pada perempuan, meski setengah dari porsi laki-laki, namun tetap tidak bisa disebut diskriminasi karena perempuan berhak atas mahar dan nafkah. Ini berbeda dengan pandangan kaum feminisme di sistem kapitalis yang menganggap kemulian perempuan ditentukan oleh kesetaraan hak dan kewajiban terhadap laki-laki, ini artinya tolak ukur yang digunakan adalah kuantitas bukan kualitas.


Sehingga bagi mereka kaum perempuan yang hanya berperan sebagai ibu rumah tangga dipandang kurang mulia, mengalami pengekangan dari laki-laki. Inilah ide-ide feminis yang menjadi alat kontrol neo-imperialisme yang menjerat kaum perempuan untuk menerimanya dengan kemasan yang sangat cantik. Seakan-akan mereka mengembalikan hakikat perempuan sejati, memerdekakan kaum perempuan dari penindasan kaum laki-laki dan sebagainya.


Padahal, Allah menciptakan manusia baik laki-laki maupun perempuan dengan seperangkat aturan yang  melekat padanya. Dengan aturan tersebut Allah menjelaskan tugas dan perannya dalam menjalani kehidupan. Ada yang sama dan berbeda. Namun, hal itu tidak dapat dipandang sebagai sebuah kesetaraan atau deskriminasi. Selayaknya kita harus mampu melaksanakn peran sebagai seorang hamba tanpa menuntut kesetaraan yang seharusnya tidak perlu dipermasalahkan. Karena sebenarnya segala persoalan yang ada pada saat ini adalah buah dari pemahaman-pemahaman yang tidak disandarkan kepada syari’at Allah, maka dari itu hanya Islamlah yang mampu memuliakan manusia baik laki-laki maupun perempuan sesuai dengan fungsi dan perannya masing-masing.

Betapa sempurna ajaran Islam sebagai sistem kehidupan yang menjamin keamanan dunia, melindungi kehormatan dan hak-hak dasar perempuan dan anak-anak. Alhasil, hanya dengan Syariat Islam yang diterapkan secara menyeluruh oleh negara khilafah yang akan memuliakan fitrah ibu. 

Wallahu'alam bishowab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak