Oleh: Ita Mumtaz
Sudah jatuh tertimpa tangga. Demikianlah kondisi Papua hingga kini, begitu banyak problem menimpa mereka. Kemiskinan warga yang begitu ekstrim di tengah limpahan kekayaan alam. Aspek keamanan pun selalu terancam. Aksi dari
Kekerasan Kelompok Bersenjata (KKB) terus merongrong menelan banyak korban. Hal ini menjadikan Papua sebagai wilayah paling tidak aman di negeri ini.
Di awal 2023 KKB telah 3 kali melancarkan serangannya kepada penduduk sekitar. Tercatat ada 3 polisi terluka sebagai korban. Sekolah dibakar, pesawat kargo yang hendak mendarat di Bandara Oksibil ditembak. Pesawat caravan PK HVV, yaitu pesawat kargo bahan dagangan pun tak luput diserang.
Tak cukup itu, bencana gempa pun bertubi mengguncang. Papua harus menghadapi gempa lebih dari 1000 gempa sejak awal tahun hingga 9 Februari 2023. (CNNIndonesia.com, 09/02/2023).
Demikian memprihatinkan kondisi Papua. Masalahnya bertumpuk-tumpuk. Kemiskinan, keterbelakangan, kemanan, kekerasan, bencana alam menjadikan rakyat hidup dalam kesengsaraan dan kesedihan yang mendalam.
Sistem kapitalisme memang kejam. Kerakusan, ketidakadilan, kezaliman telah dipertontonkan. Bumi Papua kaya akan sumber daya alam, namun rakyatnya dibiarkan terpapar dengan kemiskinan dan keterbelakangan. Sementara pembangunan IKN baru terus berjalan, pembangunan infrastruktur dan jalan tol di kota-kota lain seolah berlomba menampakkan keangkuhannya.
Pengelolaan sumber daya alam diserahkan pada swasta dan asing, padahal seluruh kekayaan itu adalah milik rakyat. Penguasa hanya diberikan amanah untuk mengelola dan hasilnya wajib dikembalikan kepada pemilik sejatinya.
Pengelolaan kekayaan negara ini berdasarkan sistem liberalis kapitalisme. Begitu pula sistem politiknya berlandaskan demokrasi kapitalisme, hingga menimbulkan pemerintahan korporatokrasi. Inilah yang menyebabkan problem di Papua semakin kompleks.
Para pemilik modal berebut kepentingan dengan kekayaan alam Papua. Pantas saja jika isu kemerdekaan Papua selalu bergaung dan dimainkan terutama oleh negara gembongnya Kapitalis dan Komunis, yakni Amerika dan Cina. Semua itu demi mengokohkan hegemoninya di bumi Papua.
Walhasil nasib rakyat Papua mengalami kemiskinan parah dan kesengsaraan tiada henti akibat kejahatan dan kerakusan mereka. Pemerintah pun tunduk patuh di bawah ketiak para penjajah dengan mengorbankan rakyat sendiri. Padahal sebenarnya mereka kaya raya, namun dipimpin oleh pihak yang tidak memiliki integritas dan amanah.
Permasalahan kompleks yang membelit Papua tidak akan bisa mendapatkan solusi tuntas dengan cara apapun selama tetap di bawah kendali sistem Kapitalisme.
Papua hanya mampu diselamatkan oleh sistem negara yang menerapan syariat Islam. Kekayaan alamnya akan dikelola berdasarkan sistem ekonomi Islam di bawah naungan negara Khilafah. Hanya Islam yang memiliki konsep kepemilikan individu, kepemilikan umum dan kepemilikan negara. Negara Khilafah juga menjamin terpenuhinya seluruh kebutuhan rakyat dengan adil dan amanah tanpa kezaliman.
Keamanan pun dijamin negara, apalagi persoalan nyawa. Dalam Islam, darah dan jiwa manusia mendapatkan perlindungan yang sangat kuat. Sebagaimana firman Allah Swt dalam surat Al Maidah 32.
مَنْ قَتَلَ نَفْسًا بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِي اْلأَرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيعًا
“Siapa saja yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, seakan-akan dia telah membunuh seluruh manusia.“ (TQS al-Maidah 32).
Karena sistem Islam hanya tunduk pada syariat Islam. Sang Khalifah, pemimpin seluruh kaum muslimin hanya takut kepada Allah, tiada gentar sedikit pun dengan negara Kapitalis penjajah. Wallahu a'lam bishshawab.
Tags
Opini