Sekulerisasi Pendidikan, Penyebab Rusaknya Moral Generasi?




Oleh: Eyi Ummu Saif


Bocah taman kanak-kanak (TK) di Mojokerto diduga telah menjadi korban pemerkosaan tiga orang anak Sekolah Dasar (SD), kuasa hukum korban Krisdiyansari manceritakan, peristiwa pemerkosaan itu terjadi pada 7 Januari 2023 lalu, terduga pelaku merupakan tetangga korban dan teman sepermainan korban (www.liputan6.com). Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak KemenPPPA, Nahar setelah mengetahui kejadian tersebut mengatakan
“Kami turut prihatin dan sangat menyesalkan kasus kekerasan seksual yang terjadi di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Tidak hanya korban, tetapi ketiga pelaku juga masih berusia anak, yaitu 8 tahun. Kami mendapatkan laporan bahwa perbuatan para pelaku sudah sejak tahun 2022 dan sekitar 5 kali. Kami masih terus memantau dengan dinas pengampu isu perempaun dan anak di daerah sekaligus mencari tahu latar belakang kejadian tersebut. Kami menghargai pengasuh korban yang melaporkan keluhan korban dan gerak cepat dari orang tua korban yang segera melaporkan kasus ini ke Polres Kabupaten Mojokerto dan P2TP2A Kabupaten Mojokerto,” (www.kemenpppa.go.id)

Jika dahulu anak seumuran SD adalah anak yang kelihatan lugu dan polos, yang seharusnya tidak akan terlintas pikiran untuk melakukan tindakan amoral, justru saat ini sangat rentan terjadi, dikarenakan jaman dulu sudah berbeda dengan jaman sekarang, jaman sekarang akses informasi yang didapat anak bukan hanya dari orangtua dan guru, tapi juga bisa didapat dari situs-situs media melalui internet. Tugas sekolah yang diberikan kepada murid kebanyakan memerlukan bantuan gadget untuk mengerjakannya, bisa saja ketika mengerjakan tugas anak malah berselancar di situs yang menayangkan gambar tak senonoh atau terkadang ada iklan yang numpang lewat menayangkan gambar tersebut.

Posisi orang tua yang menjadi pendidik di rumah juga tidak bisa menjadi layaknya CCTV anak yang terus memata-matai anak full seharian, karena orang tua juga mungkin memiliki tugas dan kesibukan yang harus dikerjakan.

Dalam sistem sekulerisme negara seolah enggan memblokir semua situs berbahaya yang jika dilihat anak dapat menimbulkan hasrat seksual anak bergejolak, pendidikan yang didapat anak di sekolah pun hanya sebatas ilmu pengetahuan yang cukup diketahui, adapun pelajaran agama Islam yang didapat anak di sekolah tidak bisa sampai membentuk kepribadian Islam dalam diri anak. Karena materi yang diberikan kepada anak di dalam kelas di batasi hanya sebentar, di tambah kurikulum dari pemerintah yang tidak menjadikan pelajaran agama Islam itu penting membuat anak minim pemahaman agama. Sehingga anak belajar di sekolah hanya sebatas mengejar nilai dan dapat ijazah untuk melamar kerja. Tak heran jika saat ini generasi muda yang banyak dilihat adalah generasi yang disibukan dengan mengejar kesenangan dunia, banyak harta dan popularitas menjadi hal yang ingin dicapai, ditambah lagi dengan pergaulan bebas tanpa batas menjadi normal dilakukan, sistem sekuler kapitalis yang menyebabkan pendidikan di sekulerisasi sehingga anak semakin jauh dari pemahaman Islam yang kaffah, dan anak kehilangan arah tujuan menjalani kehidupan, hidup hanya untuk mengejar kesenangan duniawi semata dan syahwat menjadi tak terkendali mengikuti hawa nafsu syaitan yang menjeremuskan ke dalam dosa, karena halal haram bukan menjadi tolak ukur melakukan amal perbuatan.

Jika dilihat dari mayoritas agama masyarakat indonesia saat ini adalah Islam, sebagai seorang muslim seluruh aspek kehidupan yang dijalani wajib berlandaskan Islam, termasuk juga sistem pendidikan yang diterapkan di tengah-tengah masyarakat, Islam memiliki sistem pendidikan yang khas, yang menjadikan Islam sebagai dasar dalam pendidikan yang diterapkan. Dalam sistem pendidikan islam, kurikulum yang dibuat berasaskan pada aqidah Islam, mata pelajaran dan metodelogi penyampaian yang disampaikan guru kepada murid disusun tanpa ada penyimpangan sedikitpun dari asas tersebut. Sistem pendidikan Islam mempunyai politik pendidikan Islam yang di atur oleh negara, politik pendidikan Islam adalah membentuk pola pikir dan pola jiwa Islami,  maka seluruh mata pelajaran disusun berdasarkan strategi tersebut. Tujuan pendidikan dalam Islam adalah membentuk manusia yang memiliki kepribadian Islam, handal menguasai pemikiran Islam, menguasai ilmu-ilmu terapan IPTEK (Ilmu, Pengetahuan, dan Tekhnologi), serta memiliki keterampilan tepat guna dan berdaya guna. Pembentukan kepribadian Islam dilakukan pada semua jenjang pendidikan sesuai dengan porsinya melalui berbagai pendekatan, barulah sampai di usia baligh yaitu SMP, SMP, dan PT (Perguruan Tinggi), materi yang diberikan bersifat lanjutan, yaitu pembentukan, peningkatan, dan pematangan.

Sistem Pendidikan dalam Islam juga dimaksudkan untuk memelihara sekaligus meningkatkan keimanan serta keterikatannya dengan syari'at Islam, indikatornya adalah anak didik dengan kesadaran yang dimilikinya telah berhasil melaksanakan seluruh kewajiban dan mampu menghindari segala tindakan maksiat kepada Allah subhannahuwata'ala, dari sinilah akan dihasilkan individu generasi yang memiliki kepribadian mulia dan paham makna kehidupan, sehingga kelak dapat dirasakan peranannya di masyarakat. Sistem pendidikan Islam akan melahirkan outpun generasi yang berkualitas, baik dari sisi kepribadian maupun dari penguasaan ilmu pengetahuan, sehingga akan turut dirasakan manfa'atnya di tengah-tengah masyarakat dalam hal penegakan kebenaran maupun dalam menerapkan ilmunya.

Maka tak heran, di abad pertengahan masa kekhalifahan Islam, Islam menjadi pusat peradaban dunia dan rujukan ilmu pengetahuan, oleh karena itu islam mampu menjawab persoalan kualitas generasi, mendorong terwujudnya peradaban yang mulia dan agung. Sistem kekhilafahan Islam dapat mewujudkan tiga pilar pendidikan dalam pembentukan peradaban Islam yaitu ilmu pengetahuan, agama, dan politik yang terpadu dalam satu kendali sistem kekhilafahan Islam di bawah pimpinan satu komando yaitu Khalifah.

Islam memiliki sosok Rasulullah Muhammad shalallahu alaihi wasallam yang wajib menjadi panutan (role model) seluruh peserta didik. Ini karena Allah Subhannahuwata'ala. berfirman dalam QS Al-Qalam:4, yang artinya “Sungguh engkau memiliki akhlak yang sangat agung.” dan Allah subhannahuwata'ala juga berfirman dalam QS Al-Ahzab:21, yang artinya "Sungguh pada diri Rasulullah saw. itu terdapat suri teladan yang baik”. Sistem pendidikan islam adalah satu-satunya sistem yang dapat mewujudkan generasi yang cerdas, berakhlak mulia, dan melakukan amar makruf nahi Munkar. Dalam Islam, penguasa memiliki tanggung jawab penuh atas penyelenggaraan pendidikan warganya. Pendidikan adalah salah satu diantara banyak perkara yang wajib di urus oleh negara, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda, “Imam (kepala negara) adalah pengurus rakyat dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas urusan rakyatnya.” (HR Bukhari dan Muslim). Itu artinya sistem pendidikan Islam hanya dapat terwujud ketika Syariat Islam di tegakan secara kaffah, dan hanya Khilafah yang dapat mewujudkannya. Saatnya umat Islam menyelamatkan generasi muda bangkit dari keterpurukan akibat sistem pendidikan sekuler, dan mengganti dengan sistem pendidikan Islam di bawah pimpinan Khalifah Islam. Waulohu'alam bishowab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak