Pengerdilan Makna Pengajian


 

Oleh : Rifda Fatihatul Umniyah (Aktivis Mahasiswa)


Pada pertengahan bulan Februari lalu, tepatnya pada hari Kamis (16/2/2023). Megawati Soekarnoputri, kembali menjadi sorotan setelah pidatonya memicu kontroversi di media sosial (medsos). Pasalnya pada pidato tersebut Megawati membahas masalah anak stunting. Dia mengaitkannya dengan aktivitas keagamaan kaum ibu, yang waktunya tersita untuk pengajian sehingga lupa mengurus anak. Alhasil, ia sampai berpesan agar kaum ibu bisa membagi waktu agar waktunya tidak habis untuk pengajian dan melupakan asupan gizi anak. 

"Iya lho, maaf beribu maaf, saya sampai mikir gitu ini pengajian sampai kapan to yo, anak e arep dikapakke (Ini pengajian sampai kapan ya, anaknya mau diapain), ya dong?" ungkap Megawati, dikutip dari tayangan YouTube Tribun MedanTV, Sabtu (18/2/2023).

Hadir di pengajian dianggap melalaikan anak adalah tuduhan tak berdasar.  Ini adalah salah satu bentuk salah paham terhadap aktivitas menuntut ilmu agama yang hukumnya fardhu ‘ain bagi setiap muslim termasuk muslimah. Mengurus anak pun butuh ilmu agama, dan hal tersebut didapatkan dalam ikut pengajian. Ibu-ibu yang pengajian dan sungguh-sungguh untuk membekali diri agar bisa menjadi hamba yang bertaqwa biasanya justru mengajak anaknya. Mereka urus dan persiapkan anak secara maksimal agar bisa diajak pengajian hingga anak-anak juga sejak dini mengenal Islam dengan baik. Bukan malah menelantarkan mereka.

Inilah dampak dari diterapkannya sistem kapitalis sekuler yang mana semua berlandaskan materi termasuk dalam mendidik dan mengurus anak. Anak hanya dicukupkan dengan memberinya 'materi' saja. Sedangkan di dalam Islam yang utama bukan hanya 'materi' yang diberikan tapi dengan ditanamkannya tauhid sejak dini. Pengajian menjadi tempat alternatif untuk memahami berbagai hukum Allah secara kaffah yang dibutuhkan dalam mengarungi kehidupan,termasuk dalam mendidik anak. agar selalu dalam ridla Allah. Ilmu wajib yang justru tidak didapatkan di bangku sekolah yang memiliki kurikulum sekuler. Ilmu agama bahkan dianggap tak penting sehingga hanya diberi waktu 2jam /minggu, dan juga diwacanakan untuk dihapus dari kurikulum. 

Dalam negara Islam, mengkaji Islam secara kaffah itu bagian dari program pembinaan kepribadian setiap individu, yang terintegrasi dalam kurikulum dan kebijakan negara lainnya,sehingga menghasilkan individu yang beriman dan bertakwa, tinggi taraf berpikirnya, kuat kesadaran politiknya  yang juga menjadi bekal bagi para ibu untuk mendidik anaknya menjadi muslim yang berkepribadian Islam calon pemimpin masa depan.

1 Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak