Negeriku Bak Ayam Mati di Lumbung Padi



Oleh : Ummu Hafidz
(Pemerhati Keluarga)


“Ayam mati di lumbung padi” Pepatah ini mungkin bisa menjadi gambaran kondisi negeri kita tercinta ini. Indonesia beserta isinya inilah tak ubahnya bak lumbung padi itu. Indonesia negara yang kaya SDA, namun kemiskinan terjadi di berbagai daerah, bahkan terjadi kemiskinan ekstrim. Dinas Sosial (Dinsos) menyebutkan, sebanyak 3.961 jiwa warga Kabupaten Bekasi, masuk kategori penduduk miskin ekstrem berdasarkan hasil pencocokan data lapangan yang dilakukan Dinsos setempat. Pencocokan data dilakukan petugas dari tenaga kesejahteraan sosial kecamatan dan pekerja sosial masyarakat dengan mengacu data terpadu kesejahteraan sosial tahun 2022. (Republika.co.id).

Indonesia adalah salah satu negara agraris dengan kekayaan yang melimpah ruah, Indonesia juga merupakan salah satu negara dengan penduduk terpadat di dunia yang seharus nya banyak pula anak-anak cerdas yang terlahir di Indonesia , sangat membanggakan bukan? Karena belum tentu negara-negara lain memiliki apa yang dimiliki oleh bangsa kita ini. Namun, kalau kita melihat lebih mendetail lagi, ada hal yang sangat di sayang kan, kendati Indonesia yang kaya akan hasil bumi nya, namun masih banyak sekali rakyat nya yang harus hidup di bawah garis kemiskinan. Memang masalah kemiskinan bukan lah masalah yang asing lagi ditelinga rakyat Indonesia. Apakah ini hanya sebuah opini? Tentu saja tidak!, ini adalah fakta yang ada di negara kita.

Angka kemiskinan di Indonesia terus menurun sejak September 2021. Persentase penduduk miskin pada September 2022 sebesar 9,57 persen, meningkat 0,03 persen poin terhadap Maret 2022 dan menurun 0,14 persen poin terhadap September 2021. Di sisi lain, jumlah penduduk miskin September 2022 di perkotaan meningkat sebanyak 0,16 juta orang dari 11,82 juta orang pada Maret 2022 menjadi 11,98. Sementara itu, pada periode yang sama jumlah penduduk miskin perdesaan meningkat sebanyak 0,04 juta orang dari 14,34 juta orang pada Maret 2022 menjadi 14,38 juta. Kemudian, garis kemiskinan pada September 2022 tercatat sebesar Rp 535.547 per kapita per bulan dengan komposisi garis kemiskinan makanan sebesar Rp 397.125,00 atau 74,15 persen. Sementara garis kemiskinan bukan makanan sebesar Rp 138.422 atau 25,85 persen.

Sangat miris sekali memang hal tersebut dapat terjadi di negara kita yang kaya akan hasil bumi nya ini. Masalah kemiskinan memang bukanlah masalah yang baru terjadi di Indonesia. Masalah kemiskinan memang sudah sejak lama menjadi masalah yang tak kunjung usai sampai saat ini. Kemiskinan di Indonesia tidak hanya terjadi di wilayah-wilayah terpencil saja , bahkan di kota-kota besar pun kita sering melihat potret-potret tentang kemiskinan yang ada di sekitar kita ini.

Kita juga sering kali melihat pengamen-pengamen cilik yang berlalu lalang tanpa alas kaki dengan tubuh kurus di sekitar kita untuk mencari uang receh. Kita juga sering kali melihat pengemis-pengemis cilik di lampu merah seraya mereka berkata "saya harus putus sekolah karena tidak punya biaya". Kasus kemiskinan di indonesia tidak hanya dialami oleh orang-orang kecil seperti mereka saja, bahkan sampai ada beberapa atlet nasional pun yang dahulu pernah mengharum kan nama bangsa kita ini pun juga harus merasakan hidup di bawah garis kemiskinan.

Di Indonesia juga angka pengangguran masih cukup tinggi tentu saja hal ini bisa memper buruk keadaan bangsa kita ini, karena bisa mendorong seseorang untuk melakukan sebuah tindakan kriminal yang bisa membahayakan nyawa orang lain. Lantas kemana saja kah para petinggi-petinggi bangsa kita ini? Mereka seolah-olah tidak mengetahui tentang kasus ini. Apakah mereka semua lupa akan janji-janji manis mereka terdahulu yang ingin mensejahterakan rakyat-rakyat kecil?

Mana janji mereka yang ingin menciptakan banyak lapangan pekerjaan? Atau, apakah mereka sengaja melupakan janji-janji mereka itu? Di Indonesia juga sering kali kita menemukan petinggi-petinggi bangsa kita ini yang menyalah gunakan kekuasaan yang mereka miliki demi kepentingan dirinya sendiri, bahkan sampai ada yang harus merugikan orang lain untuk kepentingan nya sendiri, semisal nya korupsi.

Di Indonesia angka kasus korupsi pun masih bisa dibilang cukup tinggi , hal itu dapat terjadi karena masih sangat minim nya pengetahuan mereka tentang arti sebuah tanggung jawab. Banyak dari mereka yang hidup bergelimpangan dengan harta yang tentu saja itu bukan lah milik mereka. Inilah salah satu buah dari penerapan sistem kapitalis saat ini, dimana banyak orang berlomba-lomba menghasilkan kekayaan dengan menghalalkan segala cara, sehingga tidak jarang mereka mengorbankan kepentingan orang lain.

Hal ini akan lebih berbahaya jika negara yang memiliki pemahaman seperti ini. Pada akhirnya rakyat lah yang dikorbankan. Mulai terbitnya kebijakan yang tidak berpihak pada rakyat, pengelolaan SDA di tangan para kapital, hingga rusaknya tatanan ekonomi akibat penerapan sistem ribawi dan investasi-investasi di sector non real.

Hal itu berbeda dengan sistem Islam yang mewajibkan pengelolaan SDA oleh negara, karena SDA adalah milik umum Hal ini terjadi akibat salah kelola SDA, dan juga pengelolaan SDA yang diserahkan kepada swasta, baik dalam negeri maupun luar negeri. Sehingga penghasilan luar biasa justru mengalir ke tangan para pemilik modal, sedangkan masyarakat di paksa menjadi buruh di negeri sendiri. Pada akhirnya kesejahteraan rakyat tak akan mampu di capai, apabila negara sendiri lepas tangan dalam pengurusan rakyat.

Kita bisa berkaca pada sejarah, bagaimana sistem islam mampu membawa negara islam tersebut menjadi negara yang sejahtera hingga tidak ada seorang pun rakyatnya yang berhak menerima zakat. Salah satu caranya adalah melalui pengelolaan SDA yang di atur oleh negara, sehingga keuntungan seutuhnya dapat dimaksimalkan untuk Pendidikan gratis, Jaminan Kesehatan gratis, jaminan keamanan, dan lain sebagainya.

Oleh karena itu, sudah selayaknya rakyat Indonesia sadar akan bahayanya sistem saat ini yang makin membawa kerusakan, dan bagaimana kita mengupayakan untuk Kembali kepada aturan sang pencipta yang membawa keberkahan
Wallahua’lam Bishowab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak