Kemiskinan Terjadi Ditengah Kayanya Negeri



 Oleh: Endang Setyowati

Bak peribahasa " Tikus Mati di Lumbung Padi" yang berarti, negara yang kaya dan makmur, tapi rakyatnya sendiri tak dapat ikut menikmati. Itulah kondisi kita saat ini, di negeri jamrud khatulistiwa yang kaya akan Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah.

Seperti yang terjadi di salah satu daerah, Dinas Sosial (Dinsos) menyebutkan, sebanyak 3.961 jiwa warga Kabupaten Bekasi,  masuk kategori penduduk miskin ekstrem berdasarkan hasil pencocokan data lapangan yang dilakukan Dinsos setempat. 

Pencocokan data dilakukan petugas dari tenaga kesejahteraan sosial kecamatan dan pekerja sosial masyarakat dengan mengacu data terpadu kesejahteraan sosial tahun 2022. "Pencocokan data ini diperlukan untuk pemberian bantuan kepada warga. Hasilnya, ada 3.961 warga yang masuk dalam kategori penduduk miskin ekstrem," kata Kepala Dinsos Kabupaten Bekasi, Endin Samsudin, Sabtu (28/1/2023).

Dia menjelaskan, indikator penduduk miskin ekstrem ditentukan berdasarkan pengeluaran harian yakni warga dengan pengeluaran di bawah 1,9 dolar Amerika PPP (Purchasing Power Parity) atau setara Rp 11.941,1 per kapita per hari.

"Jadi, indikatornya adalah warga yang pengeluaran per kapita per harinya di bawah nilai tersebut, sesuai ketetapan yang dikeluarkan pemerintah pusat dan ini berlaku secara nasional, bahkan internasional," katanya. (Republika.co.id, 28/01/2023).

Angka kemiskinan yang terus meningkat bak jamur yang tumbuh di musim hujan, sedangkan jumlah pengangguran yang terus melonjak merupakan akibat tata kelola ekonomi yang salah dalam sistem kapitalisme ini. 

Adanya kebebasan kepemilikan dan dominannya peran pemilik modal sangat berperan besar pada  meningkatnya angka kemiskinan saat ini. Pihak individu maupun swasta (nasional atau asing) yang memiliki modal besar bebas memiliki dan melakukan apapun di negeri ini. Karena Hal ini sangat dipermudah dengan adanya berbagai regulasi negara yang memihak kepada pemilik modal, namun sebaliknya menindas kepada orang tidak punya.

Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan Sumber Daya Alam (SDA) yang sangat melimpah ruah, namun ironisnya masih banyak kemiskinan yang terjadi di berbagai daerah, bahkan menjadi kemiskinan ekstrim.
Di sisi lain, hutang pemerintahpun semakin menggunung. Karena dalam sistem kapitalis saat ini, pendapatan negara didapat dari pajak dan hutang. 

Padahal jika negara mau mengelola SDA yang melimpah ini, niscaya tidak ada kekurangan maupun kemiskinan di negeri ini.
Rasulullah saw bersabda:
Kaum Muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu padang rumput, air dan api (HR. Abu Dawud dan Ahmad).

Sebagaimana yang kita tahu, negeri ini mempunyai gunung emas, batu bara, timah, nikel belum lagi kekayaan laut yang juga melimpah.
Sudah seharusnya negara mengelolanya sesuai dengan syariat Islam, sehingga hasilnya bisa diberikan untuk kemaslahatan seluruh rakyatnya. 

Sehingga dalam memenuhi kebutuhan pokoknya seperti sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan dan keamanan akan murah bahkan gratis. Begitupula dengan kebutuhan sekundernya, maka pemimpin(Khalifah) memberikan kesempatan untuk rakyatnya agar memenuhi kebutuhan sekundernya sesuai dengan kemampuan yang ada pada tiap-tiap manusianya sendiri.

Maka dari itu, perlu sekali politik ekonomi negara yang menyejahterakan untuk seluruh rakyatnya. Sehingga bisa tercukupi kebutuhan primer maupun sekundernya.

Dan negara juga membuka lapangan pekerjaan yang luas  bagi rakyatnya. Dan memanfaatkan serta memaksimalkan semua yang tersedia. Misalkan dalam bidang pertanian, tanah merupakan obyek yang vital.

Sehingga Islam mengatur hukum pertanahan yang meliputi cara memiliki serta mengelola tanah. Dan ketika tanah tidak dikerjakan atau ditelantarkan selama tiga tahun berturut turut, maka hilanglah hak kepemilikan si pemilik tanah tersebut.

Maka siapapun boleh mengelolanya, bahkan negara dapat memberikan kepada siapapun yang mampu mengelolanya. Intinya tanah tersebut harus diproduktifkan dan di manfaatkan secara terus menerus. Sehingga tidak akan ada tanah yang terbengkalai.

Maka kebutuhan pangan rakyat akan terpenuhi, juga membuka lapangan pekerjaan bagi rakyatnya sehingga bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Begitulah ketika Islam diterapkan di tengah kehidupan ini, maka kemiskinan tidak akan terjadi di tengah negeri yang kaya ini.


wallahu alam bi showab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak