Kemiskinan Terjadi di Negeri Lumbung Padi



Oleh: Yaurinda

Negeri ku Indonesia kaya dengan sumber daya alamnya mulai bahan tambang minyak bumi, gas, batu bara, emas. Terkenal pula sebagai lumbung padi, yang mana tanah Indonesia begitu suburnya. Namun sayang, meski memiliki sumber daya alam yang melimpah hal ini berbanding terbalik dengan tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Dinas Sosial (Dinsos) menyebutkan, sebanyak 3.961 jiwa warga Kabupaten Bekasi masuk kategori penduduk miskin Ekstrem berdasarkan hasil dari pencocokan data lapangan yang dilakukan Dinsos setempat. Beberapa daerah mengalami kondisi yang sama salah satunya di Sulawesi tenggara persentase penduduk miskin diwilayah perkotaan pada september 2022 tercatat 7,22 persen naik 0,27 persen poin dibanding maret 2022, sedangkan persentase penduduk miskin di daerah pedesaan pada september 2022 sebesar 13,60 persen, naik 0,03 persen poin dari maret 2022 (Republika.co.id, 28/01/23).


Hal ini membuat perhatian pemerintah tertuju pada kemiskinan. Berbagai program telah dilakukan pemerintah untuk menanggulangi masalah ini. Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan (DPKPP) Kabupaten Bogor, terus mengejar target perbaikan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) di Kabupaten Bogor. Pada 2023, ditargetkan ada 1.200 RTLH yang akan diperbaiki. Kepala DPKPP Kabupaten Bogor, Ajat Rochmat Jatmika, mengatakan DPKPP mendata RTLH melalui masing-masing Kepala Desa. Dengan indikator meningkatkan kualitas rumah yang layak (Republika.co.id 28/01/23).


Bantuan sosial pun selalu diberikan, modal umkm dan berbagai solusi pemerintah yang dilaksanakan. Namun sepertinya solusi ini tidak mampu mengatasi kemiskinan ekstrim melainkan hanya mampu menurunkan persentase angka kemiskinan semata, itu pun mungkin kecil sekali prosentasenya.


Sungguh ironis, di negeri yang kaya akan sumber daya alam tak mampu mensejahterakan masyarakatnya. Hal ini terjadi karena sistem yang mendasari negeri ini adalah sistem kapitalis yang mana si pemilik modal yang berkuasa. Negara hanya sebagai regulator pelaksana keinginan para kapital. Sistem ini membuat aset negara gampang berpindah tangan terhadap asing tanpa berfikir dampak untuk rakyat.


Ini sangat jauh berbeda dalam sistem Islam. Dalam tataran sistem, Islam sebagai Risalah Ilahi yang sempurna akan menjamin kemaslahatan (rahmat) bagi semua pihak. Dalam Islam pemimpin adalah laksana penggembala yang wajib untuk menjadikan masyarakatnya aman dan sejahtera.


Dalam konteks kesejahteraan Islam membagi bumi Allah dengan 3 kepemilikan. Kepemilikan individu, masyarakat dan negara dengan tepat sesuai dengan realitas faktanya. Hal yang menjadi kepemilikan umum seperti padang rumput , air dan api tidak boleh dimiliki swasta dan negara berkewajiban mengelolanya.


Islam memberikan jaminan kesejahteraan umum, pendidikan, kesehatan dan keamanan gratis bagi warga negara Islam. Islam memerintahkan negara untuk menjamin kebutuhan kolektif masyarakat tanpa membedakan kaya maupun miskin. Masyarakat dipelihara oleh negara sehingga menjadi masyarakat yang cerdas, sehat, kuat dan aman.


Sistem ekonomi Islam yang pernah diterapkan pada masa Kekhilafahan Islam selama ratusan tahun tebukti secara empiris mampu mensejahterahkan pada masa lalu. Negara dengan sistem Islam mampu menjadi mercusuar bagi negara-negara lain di dunia. Karena itu, masuk akal jika Indonesia ingin sejahtera tidak ada pilihan lain kecuali kembali pada Islam termasuk dalam mengelola kekayaan alamnya untuk kesejahteraan rakyatnya.


Dengan politik ekonomi Islam, kekayaan Indonesia akan menjadi pos penerimaan negara yang sangat besar. Ini sangat berbeda dengan kondisi sekarang saat pos penerimaan negara dalam APBN justru di dominasi oleh pajak. Hasil kekayaan alam justru dinikmati oleh swasta, baik lokal maupun asing sedangkan rakyat tetap menderita.


Jelaslah, syariah Islam adalah jawaban atas setiap masalah yang terjadi tidak terkecuali dengan persoalan kemiskinan yang dihadapi negeri ini dari dulu hingga sekarang. Jika kita ingin mengambil jalan keluar maka kita mesti tunduk dan takut kepada Allah Swt. Serta bersungguh-sungguh kembali pada pelaksanaan Syariah-Nya. Insya Allah, jalan keluar dan berkah dari Allah akan segera terbuka. Allah Swt. berfirman dalam Surah at-Thalaq ayat 3 yang artinya: "Siapa saja yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar ". 
Waallahu alam bi ash shawab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak