Oleh: Ita Mumtaz
Kabar dana anggaran pengentasan kemiskinan sekitar Rp 500 triliun yang habis untuk rapat dan studi banding sontak menuai sorotan publik. Hal itu sebelumnya disampaikan oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan RB) Abdullah Azwar Anas dalam acara sosialisasi di Hotel Grand Sahid Jaya yang dikutip melalui akun YouTube, Sabtu, 28 Januari 2023. (Tempo.co, 31/01/2023)
Sebuah tragedi yang menghentak nurani telah dilakukan oleh pejabat negeri. Yaitu penggunaan anggaran penanganan kemiskinan yang jumlahnya hampir mencapai Rp 500 triliun tapi tak terserap ke rakyat miskin.
Andai dana sebesar itu dirasakan oleh rakyat kecil, betapa suka cita hati mereka.
Persoalan kemiskinan di negara kaya sumber daya alam ini bukanlah bahasan baru. Kondisi rakyatnya yang jauh dari kata sejahtera seringkali membuat rasa miris dan prihatin menyeruak.
Persoalan kemiskinan memang kompleks. Butuh perhatian yang mendalam agar bisa mengentaskankannya. Berkaitan dengan mentalitas, kebijakan penguasa, aturan negara yang kapitalistik dan lain-lain.
Pengelolaan sumber daya alam oleh pihak swasta dan asing menjadi faktor utama kemiskinan warga ini. Kerakusan asing yang mengeruk habis sumber daya alam seolah dilegalkan, sehingga dapat dengan mudah disaksikan di depan mata rakyat. Betapa perampok negeri ini dengan leluasa membawa keluar limpahan kekayaan alam. Sedangkan rakyat hanya mendapatkan limbah dan efek kerusakan alam yang ditinggalkan.
Mengatasi Kemiskinan dengan Islam
Islam adalah agama sekaligus ideologi yang sempurna. Segala persoalan kehidupan akan mampu disolusikan dengan Islam. Termasuk masalah kemiskinan dan jalan keluar untuk mengentaskan.
Dalam Islam, kemiskinan adalah masalah penting yang harus segera diselesaikan karena akan membawa dampak besar. Rasulullah pun mengajarkan doa.
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْكُفْرِ وَالْفَقْرِ وَعَذَابِ الْقَبْرِ
"Ya Allah, Sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari kefakiran dan kekufuran serta adzab kubur." (HR. Abu Dawud, Al-Nasai, dan Ahmad)
Maka penting sekali mengeluarkan umat dari jerat kemiskinan demi untuk menyelamatkan akidah, akhlak, keharmonisan hubungan keluarga dan sosial hingga ukhuwah Islam.
Islam senantiasa mendorong umatnya agar mendapatkan taraf hidup yang layak.
Dalam sistem ekonomi Islam, seluruh kekayaan dan sumber alam adalah milik rakyat. Penguasa diberikan amanah oleh rakyat untuk mengelola sebagaimana yang dimandatkan oleh syariat. Lalu hasilnya dikembalikan untuk kepentingan rakyat. Bisa dalam bentuk pelayanan dan faslitas umum, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain.
Maka rakyat akan mendapatkan berbagai fasilitas gratis, tanpa berpayah-payah mencarinya di antara berbagai kendala dan kesulitan pembiayaan. Belum lagi terdapat konsep zakat yang mengandung tatanan agar harta
kekayaan tidak hanya berputar di antara orang-orang kaya saja.
Dengan demikian beban rakyat akan berkurang, mereka hanya berkewajjban memenuhi kebutuhan primer. Jika taraf kehidupan meningkat, maka tidak dilarang memanfaatkan kelebihan harta untuk kebutuhan sekunder hingga tertier.
Tentu penciptaan lapangan pekerjaan menjadi agenda utama agar rakyat lebih mudah mencari nafkah untuk keluarga. Dengan demikian roda ekonomi akan terus berputar. Bukan malah mendahulukan para pekerja asing hanya untuk mendapatkan restu dari oligarki.
Saatnya mencampakkan kehidupan kapitalisme dan membangun peradaban baru dengan tata ekonomi Islam hingga tak lagi menemukan kemiskinan bahkan mendapatkan keberkahan.
Tags
Opini