Jangan Komersilkan Ibadah Haji



Oleh. Maftucha 


Setiap muslim pasti mendambakan untuk bisa menunaikan ibadah haji, karena ibadah haji adalah pelengkap rukun Islam. Namun niatan itu bisa semakin sulit karena adanya rencana kenaikan ongkos naik haji. Belum naik saja sudah sulit akibat antrian panjang keberangkatan. 


Sebagaimana diberitakan bahwa Menteri Agama Yaqut Cholil mengusulkan akan menaikkan ongkos naik haji dua kali lipat, jika sebelumnya 39 juta kini menjadi 69 juta. Yang membuat keanehan adalah kenaikan itu terjadi justru disaat pemerintah Arab Saudi menurunkan biaya haji sebesar 30%.


Rencana kenaikan ONH sudah pasti akan membebani masyarakat, jika sebelum naik calon jamaah haji yang akan berangkat harus melunasi 14 juta sekarang harus melunasi 40 juta. Tentu bukan angka yang sedikit apalagi jika yang akan berangkat adalah kaum menengah kebawah yang harus menyisihkan uangnya puluhan tahun agar bisa mendaftar untuk mendapatkan kuota haji. 

Ibadah Haji Dalam Pandangan Sistem Kapitalisme 

Umat Islam adalah mayoritas di negeri ini, banyak rangkaian ibadah yang memang di syariatkan dalam Islam untuk ditunaikan bagi yang mampu seperti berkurban di hari raya idul adha, umroh dan haji. 


Rangkaian ibadah tersebut memang ada yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Dan bagi negara yang menganut sistem kapitalisme hal itu dianggap sebagai peluang untuk mengumpulkan pundi-pundi kakayaan. Dalam sistem kapitlaisme negara tidak punya keinginan untuk melayani masyarakat, pelayanan tersebut dilimpahkan kepada swasta atau bahkan bisa asing. 


Tentu kita bisa melihat bukti semua itu dari kebijakan pemerintah seperti bpjs, badan hukum pendidikan, pengelolaan kekayaan milik umum, ibadah umroh dan sebagainya. Karena pelayanan tersebut diserahkan kepada swasta maka tujuan mereka pasti meraih keuntungan, pelaksanaan ibadah umroh maupun haji menjadi usaha yang di Komersilkan. Tentu rakyat menjadi korban atas hak yang seharusnya bisa didapatkan dengan mudah dan murah. 


Demikianlah watak pemimpin dalam sistem kapitalisme, negara sebagai penjual sedangkan rakyat sebagai konsumen. Pemerintah tidak mau menanggung rugi walaupun itu adalah untuk hajat hidup rakyat. 

Riayah Pemerintahan Islam dalam Penyelenggaraan Ibadah Haji

Islam sungguh sangat jauh dari negara kapitalisme. Islam memandang bahwa pemimpin adalah khodimul umat (pelayan umat). Pemimpin mengemban amanah untuk melayani dan melindungi umat.  Khilafah dalam hal ini akan mempersiapkan dengan maksimal karena ibadah haji adalah ibadah yang membutuhkan waktu yang cukup panjang serta kesehatan yang prima. 


Ibadah haji bukan hanya sekadar memiliki nilai ibadah mahdah, akan tetapi juga memiliki nilai politik yakni penyatuan umat Islam dari seluruh dunia. Hal itu nampak saat wukuf di Arofah.


Dalam penyelenggaraan ibadah haji khilafah Islam memiliki mekanisme yang sederhana namun cepat dan ditangani secara profesional oleh ahlinya. Kholifah akan bekerjasama dengan departemen transportasi, sekaligus memberikan opsi kepada para calon jamaah haji untuk berangkat melalui jalur udara, laut atau darat. Tentu dengan biaya yang berbeda-beda. 


Selain itu Kholifah akan menarik biaya haji sesuai dengan jarak wilayah asal calon jamaah haji dengan Makkah-Madinah, bukan pertimbangan keuntungan. 
Kholifah juga akan membangun pos-pos yang menyediakan logistik yang diperuntukkan bagi siapa saja yang kehabisan bekal saat perjalanan ibadah haji. 


Dalam khilafah calon jamaah haji tidak diwajibkan memiliki visa, karena visa hanya diperuntukkan bagi warga negara asing yang ingin masuk ke dalam negara Islam. 
Kholifah juga akan memperhatikan data warga negaranya, siapa saja yang sudah pernah melakukan ibadah haji dan belum, karena ibadah haji adalah kewajiban sekali seumur hidup dan mampu. Dari data itu kholifah akan lebih memprioritaskan bagi yang belum pernah melakukan ibadah haji. Dengan aturan semacam itu tentu tidak akan terjadi antrian sampai puluhan tahun. 


Bukti pelayanan ini dapat kita temukan pada masa kholifah Sultan Abdul. HAMID II, beliau membangun jalur kereta api dari Istanbul, Damaskus dan Madinah. Begitu juga kholifah Harun ar-Rosyid, beliau membangun sarana transportasi yang menghubungkan anatar Irak dan Hijaz. 


Inilah bukti pelayanan Kholifah kepada umat yang telah disyariatkan oleh Islam. Semuanya dilakukan karena ketakwaan yang telah dibentuk oleh akidah Islam.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak