Fitrah Ibu yang Terbelenggu



Oleh: Wulansari Rahayu, S.Pd
(Penggiat Dakwah)

"Kasih Ibu Sepanjang Jalan, Kasih Anak Sepanjang Galah". Itulah Peribahasa yang tersemat indah untuk menunjukkan betapa besar kasih sayang seorang ibu. Tak putus oleh waktu dan tak pupus oleh zaman. Namun kini ibu yang sejatinya sebagai sang muara kasih. Lembut, santun, penuh cinta. Fitrah itu kian terbelenggu bahkan terberangus oleh keadaan. Fitrah itu bahkan luntur babak belur ditelan lumpur masa.

Lumpur Masa yang mengaborsi fitrah Ibu nan mulia. Fitrah ibu adalah di rumah menjadi umm warabbatul ba’it (pengatur rumah tangga) dan madrasatul ulla (pendidikan pertama bagi anak-anaknya) untuk menciptakan generasi terbaik Islam. Kini berbagai kondisi dan keadaan telah menyekat kasih sayang antara ibu dan anak. Merobek hangatnya dekapan seorang ibu. Bahkan mematikan tunas-tunas kelemahlembutan seorang ibu.
Hati siapa yang tiada trenyuh. Hati siapa yang takkan teriris perih. Setiap hari ruang baca dan dengar kita disodorkan dengan kisah-kisah pilu seorang ibu menganiaya, membunuh, bahkan membuang bayinya. Himpitan ekonomi hingga pergaulan bebas selalu yang disebut-sebut sebagai pemicunya.

Namun tak dapat di pungkiri bahwa membunuh dan menyiksa anak adalah perbuatan yang gegabah dan melawan fitrah. Ini semakin menunjukkan pasti ada masalah krusial. Faktor kejiwaan yang abnormal juga tak dapat disanggah sebagai  retorika pelengkap sekadar untuk berkilah. Karena penyebab utamanya lah yang harus segera dicegah agar masalah tidak semakin bertambah. 

Kini, mengembalikan fitrah ibu sungguh sulit, karena terhalang secara sistemik. Mereka yang dipaksa menjadi tulang punggung keluarga, bekerja di ranah publik. Mereka pula yang mengurusi rumah tangga. Ditambah beban mengasuh anak yang luar biasa sulit atas didikan liberalisme-sekulerisme. Ibu yang tanpa dibekali iman dan ilmu parenting akan menghabiskan waktunya dengan mencerca anak-anak.

Dari sekelumit kisah yang muncul ke permukaan. Dipastikan bahwa akar masalah nya tidak sekadar dari diri perempuan saja . Namun ada masalah sistemik yang tak dapat diabaikan. masalah sistemik ini akibat dari penerapan sistem kapitalisme liberal yang membelenggu manusia, termasuk seorang ibu di dalamnya. 

Sistem ini telah merusak naluri dasar yang ada pada kaum ibu. Dimana seharusnya Ibu adalah makhluk yang penyayang, penuh kelemahlembutan, ramah dan memiliki kemampuan berkorban yang tinggi bagi anak-anaknya. 

Ya, kapitalismelah yang mencetak ibu-ibu tak berperikemanusiaan. Ibu yang stress akan beban hidup yang kian menjerat. Ibu yang kehilangan jiwa sabar dalam pengasuhan. Bawaannya emosi. Ingin marah, memaki, membentak, bahkan melampiaskannya dengan memukul. Tak lagi peduli, bahwa anak-anak itu lahir dari rahimnya. Lahir dari buah cintanya dengan suami terkasih.

Allah telah memperingatkan kita mengenai hal ini apabila kita ditimpa kesempitan rezeki hendaknya bersabar dalam setiap keadaannya dan jangan sampai melakukan perbuatan dosa, Allah SWT berfirman:
وَلَا تَقْتُلُوْٓا اَوْلَادَكُمْ مِّنْ اِمْلَاقٍۗ نَحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَاِيَّاهُمْ
"...dan janganlah membunuh anak-anakmu karena miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka." (Qs. Al an'am: 151).

Membunuh anak karena hilangnya kasih sayang dari hati orang tua merupakan suatu kezaliman yang besar terhadap anak mereka yang tidak bersalah dan berdosa. 
Dalam penerapan skala sistem, Islam telah berhasil memposisikan fitrah ibu yang mulia pada tempat yang benar. Sistem Islam mewujudkan terlaksananya amalan-amalan sesuai standar syariah. Ayah sebagai Qowwam atau pemimpin rumah tangga, juga sebagai pelindung dan penanggung jawab serta berkewajiban memberi nafkah. Sementara Ibu sebagai pengatur rumah tangga, mendidik dan merawat anak-anaknya. Kasih sayang dan cinta yang tulus dicurahkan kepada anaknya akan menyempurnakan fitrahnya sebagai seorang ibu. 

Semua hal itu didukung dengan seluruh sistem kehidupan yang sesuai dengan syariat Islam. Sehingga  mengembalikan penerapan Islam dalam kehidupan adalah suatu keharusan yang akan mampu menyelamatkan kaum ibu dan perempuan dari segala keterpurukan
Wallahu a'lam. []

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak