Oleh: Khansa Alma
Baru-baru ini, Balitbang Agama Semarang menggandeng IAIN Ponorogo dalam sebuah proyek deradikalisasi dengan kemasan moderasi beragama. Kegiatan digelar dengan ekspos produk Akademik dan Seminar penguatan Moderasi Beragama dengan tema "Moderasi Beragama Sebagai Modal Hidup Rukun Antar Umat Beragama".
Menurut Dr. H. Muharram Marzuki, Ph.D, moderasi beragama merupakan program prioritas kementerian agama untuk itu Balitbang Semarang menggandeng IAIN Ponorogo untuk memperkuat program moderasi beragama kepada seluruh masyarakat khususnya di Ponorogo. Nampak nyata, moderasi menjadi proyek besar yang masih berlangsung hingga hari ini. Dengan harapan, membentuk masyarakat Indonesia, khususnya umat muslim memiliki sikap humanisme dan tinggi toleransi beragama.
/Ada apa di balik Proyek Moderasi?/
Proyek moderasi beragama bertujuan untuk menancapkan paham Islam moderat, agar menjadikan umat muslim menjadi muslim yang moderat. Harapannya umat muslim menerima pluralisme, menerima demokrasi, dan memiliki toleransi yang tinggi walau bertentangan dengan syariat Islam. Inilah sejatinya yang diinginkan dari moderasi beragama, ingin menjauhkan umat dari Islam sesungguhnya. Pada satu sisi melabeli radikalisme, terorisme, dll bagi yang memegang Islam secara kaffah. Inilah propaganda barat untuk memecah belah kaum muslim dengan melabeli ada Islam moderat dan Islam radikal. Label yang sangat syarat kepentingan. Lebih jauh lagi, menjauhkan dari identitas sejati seorang muslim, yang mana harusnya berpegang teguh syariat Islam secara kaffah. Keberadaanya di aruskan sebagai seorang muslim yang beraliran keras, dan membentuk opini menjadi muslim cukup dengan Islam moderat. Islam yang seiring sejalan dan tidak bertentangan dengan kemauan barat.
Jelas, moderasi beragama adalah bahaya besar mengancam eksistensi umat muslim dan aqidahnya dengan mengikis identitas sejati seorang muslim dan mengaburkannya. Terbayang bagaimana kerusakannya ketika muslim sudah jauh dari ajaran agamanya sendiri dengan menjadikan standar-standar pedoman hidup atas nama toleransi dan keberagamaan yang akhirnya menghapuskan apa-apa yang sudah disyariatkan dan di nashkan.
Sistem kapitalis sekuler memiliki andil besar sebagai rujukan dalam realisasi proyek moderasi dengan massif menjejali umat muslim dengan berbagai pemikiran. Hingga menjadikan umat muslim takut menyandang gelar sebagai muslim sejati. Alih alih menjadi pengemban dakwah Islam kaffah, justru muslim di cetak menjadi duta Islam moderat dan penjaga setia sistem kapitalisme dan sekulerisme. Sungguh, miris melihat nasib umat muslim yang konon adalah pemeluk agama terbesar di negeri ini.
/Bagaimana seharusnya seorang muslim?/
Nampak nyata dibalik moderasi, ada upaya setting ulang seorang muslim ala sekuler kapitalis. Bagaimana sesungguhnya muslim sejati? Bertolak belakang dengan konsep sekuler kapitalis dalam membentuk pribadi muslim, maka seharusnya setiap muslim wajib sadar bagaimana seharusnya potret muslim sejati.
Menghadirkan kesadaran bahwa seorang muslim adalah hamba yang memilih untuk taat beribadah dan beramal saleh tanpa mempertimbangkan bagaimana manusia memberi label. Apalagi menempatkan standar pada mereka mereka- musuh Islam.
Dengan menyadari siapa diri kita sebagai seorang hamba dan sekaligus seorang muslim, kita akan mengikatkan seluruh perbuatan dan pemikiran pada standar hukum syariat, karena hanya dengan itu kita akan bisa selamat di hari kita kembali kepada Allah yang telah menciptakan kita.
Memahami potensi diri kita sebagai seorang muslim dan potensi Islam sebagai pengatur hidup alias Islam sebagai ideologi. kita adalah muslim, seorang anak Adam yang spesial dipilih oleh Allah orang yang terpilih dan tercipta untuk menjadi seorang Kholifah fil ardh.
Inilah gambaran umat Islam sekarang. Mereka kehilangan kemuliaan, lantaran tidak lagi berpegang teguh pada Islam. Para pemimpinnya lebih haus kekuasaan dan tidak punya keberanian melawan musuh-musuh Islam. Mereka, bahkan rela mengkhianati umat dan berkolaborasi dengan pihak-pihak yang menghendaki keburukan pada Islam dan umat Islam.
Umat harus diberi gambaran utuh tentang ruang lingkup ajaran Islam, diluruskan tentang visi hidup dan makna kebahagiaan, soal makna hakiki persaudaraan Islam, juga tentang gambaran penerapan syariat Islam. Dengan demikian, pada diri umat akan muncul kerinduan untuk hidup dalam naungan Islam hingga Islam tidak lagi menjadi sekadar nama, tetapi benar-benar mewujud dalam kehidupan mereka.
Setali tiga uang akan meruntuhkan bangunan sekuler kapitalis dan anak turunnya salah satunya Islam moderat.
Telah nyatalah kabar gembira akan kemenangan kaum muslimin di masa yang akan datang. Maha benar apa yang telah diwahyukan dan dijanjikan dari Allah SWT dan pernyataan lisan Rasulullah SAW yang senantiasa di ijabah disertai dengan kemuliaan. Sungguh, dakwah itu adalah proses yang begitu menggembirakan bagi siapapun yang mengemban misi mulia ini. Dengan upaya ini, kita akan melakukan suatu proses pembebasan untuk manusia dari kezaliman dan kealpaan. Allah SWT itu sungguh menunjukkan kepada kita senantiasa berjuang tanpa henti dengan berita dan kabar gembiraNya. Seandainya nadi dan jiwa kita telah menyatu dalam proses keimanan yang utuh, maka pastikan disisi hati kita hanya ada kalimat tanpa menyerah dalam setiap tantangan dakwah. Karena dengan demikian kita akan menjadi besar bersama dengan janji-janjiNya. Wallahua'lam bishawab