Oleh : Ummu Aqeela
Wanita merupakan makhluk yang dikodratkan oleh Sang Khalik sebagai perantara lahirnya manusia di bumi ini. Wanita diberi kelebihan untuk bisa mengandung, melahirkan, memelihara calon manusia dan mendidiknya. Namun bagaimana jika saat ini kodrat yang seharusnya diemban oleh kaum wanita mulai terkikis dengan banyaknya pemikiran yang tersebar dengan jargon ‘child free’, dengan kata lain keputusan untuk bebas tugas menjadi ibu dan orangtua.
Kata Childfree sendiri saat ini populer setelah youtuber Gita Savitri bersama suaminya Paulus Andreas memutuskan tidak memiliki anak. Gita Savitri dan Paulus Andreas yang kini berdomisili di Jerman memutuskan tidak memiliki anak hal yang wajar, lantas bagaimana di Indonesia.
Di Indonesia, istilah childfree belum sepenuhnya dimengerti oleh masyarakat secara luas. Namun setelah Gita Savitri membahas mengenai childfree, menjadi perbincangan khalayak hingga menjadi bahasan atau diskusi di berbagai media sosial.
Berdasarkan HeylawEdu, istilah childfree mengacu kepada keputusan seseorang ataupun pasangan untuk tidak memiliki keturunan atau tidak memiliki anak. Sedangkan, menurut Oxford Dictionary istilah childfree merupakan suatu kondisi di mana seseorang atau pasangan tidak memiliki anak karena alasan yang utama yaitu pilihan. Kemudian, Cambridge Dictionary pun mendefinisikan istilah childfree hampir serupa seperti apa yang dijelaskan oleh Oxford Dictionary, yaitu kondisi di mana seseorang atau pasangan memilih untuk tidak memiliki anak. Tak hanya itu, childfree juga banyak dikenal atau lebih familiar di kalangan para feminis dan dalam agenda-agenda feminisime.
Kaum feminis punya prinsip kedaulatan alat reproduksi. Artinya, perempuan itu sendiri yang berhak memutuskan ingin punya anak atau tidak, bukan suami atau pun keluarga. Dalam sistem keluarga seperti itu, suami dan istri punya kedudukan istri. Tidak ada konsep istri taat kepada suami. “Childfree sendiri adalah buah pemikiran orang feminis yang tidak mau sibuk dengan anak. Bahkan ada rumah orang feminis itu tidak ada dapurnya, supaya apa? supaya tidak ada orang yang bekerja di dapur sebagai budak dalam pernikahannya. Sungguh ini adalah ide dan pemikiran yang sangat membahayakan dan menyimpang dalam Islam.
Jika kita menelaah lebih mendalam, ide childfree sejatinya memiliki benang merah dengan ide no marriage yang lebih dulu digaungkan. Ide yang menginfeksi para perempuan di negara-negara maju, seperti Jepang, Korea Selatan, dan Jerman ini, menjadi fenomena yang sudah lama terjadi. Ide ini muncul akibat alasan tekanan beban ekonomi, dan kesetaraan gender yang mendominasi perempuan untuk berkarir lebih tinggi. Alhasil, mereka lebih memilih untuk tidak menikah (no marriage).
Ide childfree seolah menjadi jalan tengah bagi ide no marriage, yakni bersedia menikah, tetapi tanpa anak. Ide ini dipandang lebih moderat, daripada mencoba hidup bersama pasangan tanpa ikatan pernikahan. Padahal kedua ide ini sama-sama menyesatkan kaum perempuan.
Munculnya berbagai ide dan fenomena yang merusak akal dan melawan fitrah, merupakan buah kebebasan yang lahir dari paham sekuler. Sekularisme telah sukses melahirkan generasi yang memuja kebebasan sebebas-bebasnya. Mengagungkan akal yang lemah dan terbatas. Menuruti hawa nafsu yang menyesatkan. Menihilkan peran Al-Khaliq dan proses penciptaan di dalam kehidupannya. Jelas, ini paradigma keliru dan berbahaya.
Di dalam Islam, perempuan sudah diatur sesuai fitrahnya dan sudah mempunyai tugasnya sendiri. Perempuan yang hebat adalah perempuan yang mampu mendidik dan menuntun anak-anaknya ke dalam pemikiran islam yang sesuai Al-Qur'an dan Assunnah untuk mencetak generasi-generasi yang akan membawa Islam dalam kejayaan. Dengan demikian, sangat penting peran ibu yang berideologis islam dan tidak terpengaruh sedikit pun kepada gemilangnya sistem sekuleris kapitalis yang penuh dusta, kecacatan, dan membuat kehancuran.
Sebagaimana Allah SWT berfirman :
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyak manusia tidak mengetahui.” (TQS Ar-Rum : 30)
Allah menciptakan kita sebagai wanita merupakan sebuah Amanah besar. Termasuk tujuan menikah ialah untuk menyempurnakan agama sekaligus juga untuk melangsungkan keturunan. Karena sejatinya anak merupakan hal yang penting dalam merajut bahtera rumah tangga. Sebagaimana kisah Nabi Ibrahim AS dan juga Nabi Zakaria AS. Kedua Nabi tersebut mendapatkan keturunan setelah puluhan tahun menanti dan berdoa kepada Allah SWT. Dengan penuh sabarnya menanti dalam ketaatan sehingga Allah mengabulkan doa yang telah dipanjatkan.
Untuk itu hendaklah kaum muslim tidak terpengaruh dengan ide yang tidak sesuai dengan fitrah ini. Jangan sampai pola fikir kita salah dalam mengambil langkah dan tindakan. Hendaklah pemikiran kita berdasarkan Aqidah Islam, sehingga mampu memfilter apa saja yang masuk. Maka sejatinya seorang muslimah tidak mungkin mengambil konsep tersebut. muslimah sejati justru akan menjadikan pernikahan sebagai ladang untuk mandapatkan pahala. Menyempurnakan separuh agama, dan melahirkan dan mencetak generasi-generasi terbaik untuk Islam. Agar islam tersebar luas hingga penjuru dunia di bawah pundak generasi-generasi terbaik. Pun generasi Islam akan melanjutkan estapet perjuangan untuk menyuarakan Islam agar diambil dan diterapkan kembali. sebagaimana 13 abad silam Islam pernah Berjaya.
Wallahu’alam bishowab