Bulan Rajab dan Refleksi Ketiadaan Khilafah, Saatnya Kaum Muslim Berbenah

 



Oleh: Rut Sri Wahyuningsih

Institut Literasi dan Peradaban


23 Januari 2023, umat Islam di seluruh dunia resmi menyambut bulan Rajab. Rajab sendiri merupakan satu bulan mulia yang memiliki berbagai keutamaan di dalamnya. Bulan Rajab merupakan satu dari 4 bulan yang mendapatkan kemuliaan dari Allah SWT. Selain menjadi tanda bulan Ramadhan semakin dekat, Rajab juga memiliki banyak amalan dan sunah yang bisa dilakukan oleh umat muslim. Dalam beberapa hadis, dijelaskan Rasullulah SAW menunjukkan beberapa kelebihan bulan Rajab. Salah satunya ada ibadah puasa yang senilai pahala 700 tahun.


Bulan Rajab memang sudah berlalu, kini sudah Sya’ban, bahkan sebentar lagi Sya’ban pun akan berlalu dan berganti Ramadhan. Namun tak ada salahnya untuk mengingat kembali kemuliaan bulan Rajab dan menguatkan apa yang seharusnya kita perjuangkan, sebab di bulan Ramadan, segala pinta akan dikabulkan, segala amal akan dilipat gandakan pahalanya.


Ada dua peristiwa penting bagi kaum Muslim yang terjadi di bulan Rajab, yaitu peristiwa Isra Mi’raj pada tahun pertama sebelum hijrah, antara tahun 620-621 M. Menurut al-Allamah al-Manshurfuri, Isra Mi'raj terjadi pada malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian dan runtuhnya junnah pelindung kaum Muslimin yaitu Daulah Khilafah pada tanggal 3 Maret 1924. Isra Mi’raj adalah perjalanan yang Allah SWT berikan kepada Nabi saw. Di tengah tahun duka-cita. Ketika itu Allah SWT mewafatkan paman beliau, Abu Thalib, dan istri beliau, Khadijah binti Khuwailid ra. Beliau juga mendapat penolakan kasar dari penduduk Thaif. Selain menjadi penyemangat kembali dakwah Nabi saw., perjalanan Isra Mi’raj ini juga berisi berbagai pelajaran penting yang menunjukkan berbagai dimensi kemuliaan Islam.


Dimensi pertama adalah dimensi spiritual, di abadikan dalam firman Allah SWT berikut ini yang artinya,”Mahasuci Allah Yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjid al-Haram ke Masjid al-Aqsha, yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami memperlihatkan kepada dia sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sungguh Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.(TQS al-Isra [17]: 1). Para ulama mengatakan inilah sebuah mukjizat, dimana perjalanan yang membutuhkan waktu lebih dari satu bulan hanya ditempuh kurang dari semalam. Rasulullah bertemu dengan para Nabi dan Rasul sebelum beliau, menjadi imam shalat bagi mereka, menyaksikan siksaan bagi pezina, pemakan riba dan lainnya. Selanjutnya beliau dinaikkan ke Sidratul Muntaha. Di sana Allah SWT memberikan perintah shalat secara langsung kepada beliau.


Peristiwa yang terjadi di luar nalar manusia, namun Abu Bakar orang pertama yang meyakini mukjizat itu sehingga gelar beliau As Sidiq. Apa yang tidak mungkin jika Allah berkehendak? Sebagai orang beriman, bukankah seharusnya kita menyempurnakan iman kita dengan mempercayai apapun yang dibawa Rasulullah Saw, yaitu menerima syariat Islam seutuhnya sebagaimana firman Allah dalam QS an-Nisa : 136?


Dimensi kedua,  dimensi ideologis, Isra Mi’raj menegaskan bahwa Islam adalah agama lurus dan sesuai dengan fitrah manusia. Mulai dari akidah hingga ibadah, akhlak, muamalah hingga politik dan kenegaraan. Seluruhnya akan mendatangkan kemaslahatan bagi umat manusia dan menghilangkan kerusakan/mafsadat dalam kehidupan. Islam dengan seluruh syariahnya mustahil mendatangkan penderitaan bagi umat manusia. Maka, pantaskah jika seorang Muslim mempercayai ada sistem aturan lain yang lebih baik dari Islam seperti demokrasi, sosialisme dan lainnya? “Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya)?”(TQS al-Maidah : 50).


Dimensi ketiga, dimensi politik, Tidak lama setelah peristiwa Isra Mi’raj, berimanlah serombongan Suku Aus dan Khazraj dari Yatsrib (Madinah). Mereka lalu berbaiat kepada Rasulullah saw. di Aqabah. Setahun kemudian Yatsrib telah siap menjadi tempat hijrah kaum Muslim dan berganti nama menjadi Madinah al-Munawarah. Inilah Negara Islam pertama di dunia. Di sana hukum-hukum Allah SWT diterapkan secara sempurna. Negara Islam di Madinah sekaligus menjadi titik sentral dakwah yang menyebarkan Islam ke seluruh penjuru dunia; termasuk ke Bukit Sinai di Mesir, lalu ke Yerusalem di Palestina dan seluruh negeri Syam.


Adapun peristiwa para nabi dan para rasul bermakmum kepada Rasulullah saw. Dalam shalat di Masjid al-Aqsa adalah isyarat bahwa kepemimpinan umat manusia sudah diserahkan seutuhnya kepada beliau dan kaum Muslim. Tidak ada umat yang pantas memimpin dunia ini selain umat Muslim. Tak ada pula ideologi yang layak memimpin dunia dan umat manusia melainkan Islam.


Dan kini, menjadi Refleksi bagi umat muslim, sekaligus menjadi peristiwa penting kedua di bulan Rajab, bahwa sekian tahun hadirnya Bulan Rajab dalam keadaan tidaknya naungan Khilafah. Persatuan umat tercerai berai, dibatasi nasionalisme yang jelas-jelas merusak ukhuwah Islamiyah. Parahnya ada sekelompok kaum Muslim yang justru menghendaki persatuaj umat Islam sedunia diikat dengan piagam PBB.


Sungguh bencana besar, PBB yang kita tahu selama ini hanyalah menjadi alat bagi negara kafir untuk menguasai negeri-negeri kaum Muslimin, menghancurkan generasinya, menumpahkan darah dengan zalim, menjarah kekayaannya dan menegakkan hukum sekuler yang bertentangan dengan syariat malah dengan Ridha mereka ambil. Nastaghfirullah...


Ramadan Penguat Motivasi Meninggikan Agama, Menguatkan Perjuangan Perubahan


Ramadan sebentar lagi, semoga Allah SWT menyampaikan usia kita untuk kembali bergulat dengan amal produktif di dalamnya. Saatnya kita kuatkan azam, kitalah kaum Muslim sekaligus pengemban dakwah Islam. Mati meluruskan niat dan bersemangat dalam perjuangan melanjutkan kehidupan Islam agar Rajab tahun depan kaum muslim telah memiliki Junnahnya. Dengan hilangnya junnah, bagaimana kita bisa hidup mulia? Saat ini bukan hanya kafir musuh kaum Muslim, namun para munafikun penjilat kafir yang sebagaij besarnya adalah kaum Muslim juga, jelas semakin berat tantangan maka semakin besar pahala dan semakin tinggi pula kedudukan kita di akhirat, aamin ya Rabbal Aalamin.


Junnah kaum Muslimin, Khilafah Islamiyyah adalah ajaran Islam, meskipun banyak ditentang dan dinarasikan buruk, ini hanyalah makar kaum kafir dan ditambah dengan buruknya pemahaman kaum Muslim sendiri baik terhadap bukti historis, yang empiris maupun norma kekhilafahan itu sendiri. Sebab, jika mereka membuka mata, memahami fakta dengan hati jernih, penyebab kepedihan kaum Muslimin, bencana yang silih berganti, baik alam maupun sosial bukan disebakan khilafah, sebab khilafah belum ada, melainkan sistem kapitalisme demokrasi. Ibarat buruk muka cermin dibelah, kaum kafir dengan sistem kapitalisme yang mereka emban, telah gagal mewujudkan kesejahteraan dan kemuliaan manusianya namun enggan mengakui karena ketamakan dan hawa nafsu.


Perjuangan ini berat, namun dengan mencontoh apa yang Rasulullah lakukan, insyaallah kemenangan akan kita raih. Allah SWT berfirman yang artinya,”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. “(Al-ahzab :21). Sungguh, inilah satu-satunya penguat hati dan pikiran dalam proses perjuangan, yakin penuh dengan apa yang sudah kita pilih, yaitu menjadi umat Nabi Muhammad dan beramal sesuai teladan beliau. Wallahu a’lam bish showab.


Goresan Pena Dakwah

ibu rumah tangga yang ingin melejitkan potensi menulis, berbagi jariyah aksara demi kemuliaan diri dan kejayaan Islam

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak