Oleh : Eri
(Pemerhati Masyarakat)
Isu childfree kembali heboh di media sosial twitter pada hari Kamis (9/23). Mendadak para influencer berperang opini menanggapi pernyataan 'tanpa anak membuat awet muda'. Pernyataan salah satu influencer yang berdomisili di Jerman ini bukanlah isu baru. Dengan viralnya childfree, menjadi peluang bagi sebagian pihak untuk mengokohkan lagi opininya.
Banyak pihak yang menyayangkan pemikiran influencer tersebut. Ketidaktahuan terhadap agama mendorong seseorang melakukan perbuatan sesuai kebiasaan, yang bisa jadi melanggar syariat Islam. Sejalan dengan gaya hidup ala Barat yang melegalkan kebebasan perilaku setiap individu.
Menurut ustadz Adi Hidayat, mengutip suara.com (11/2/23), sejak zaman jahiliyah kehadiran anak juga tidak diinginkan sebagian orang tua. Dengan alasan takut miskin atau jenis kelamin yang tidak sesuai harapan. Ustadz menambahkan lagi, bahwa pikiran tentang childfree atau keinginan tidak memiliki keturunan dalam berumah tangga adalah sebuah pemikiran yang menyalahi fitrah.
Tidak heran melihat latar belakang pendidikan dan tempat tinggal influencer dimana childfree menjadi pilihan hidup. Masyarakat negara-negara maju di Eropa mengemukakan alasan childfree untuk menekan overpopulasi. Selain didukung faktor ekonomi dan sosial yang menjadi beban mereka.
Kampanye childfree seperti makan buah simalakama. Isu ini menjadi boomerang bagi negara-negara Eropa, dimana mengalami depopulasi akibat angka kelahiran sangat ini di tahun 2022 adalah 1,46 kelahiran per wanita (kompas.com 6/12/22). Sehingga pemerintah berusaha keras menaikkan populasi penduduknya dengan berbagai program. Mulai dari insentif kelahiran, tunjangan, cuti keluarga dan sebagainya.
Namun, pola pikir childfree banyak diadopsi generasi Muslim. Sistem kapitalisme memaksa perempuan keluar dari fitrahnya. Mereka terjebak dengan opini sesat demi memenuhi ekspektasi kesetaraan gender kaum feminisme. Kebebasan dan pemberdayaan perempuan merupakan kunci sukses perempuan mengeksplorasi potensinya. Bahkan, menghilangkan stigma negatif dan diskriminasi perilaku di ruang publik.
Pernyataan awet muda, tidak membuat stress dan lainnya hanya alasan ingin hidup bebas tanpa beban. Bebas melakukan apapun tanpa memikirkan kewajiban mengurus dan mendidik anak. Sayangnya, ide ini bisa berdampak pada kelangsungan hidup umat manusia di bumi. Manusia terancam punah dan menghancurkan peradaban.
Pemahaman sekuler membuat generasi muslim jauh dari syariat Islam. Tidak ada jalan lain untuk menyelamatkan mereka dari pemikiran rusak dengan mengokohkan akidah dan ketakwaan terhadap Allah Swt. Memahamkan peran penting perempuan sebagai ibu pencetak generasi gemilang.
Sebagai seorang muslim seharusnya pernikahan bukan sekadar menyatukan dua insan membangun rumah tangga. Namun, bertujuan menjalankan perintah Allah Swt dan melangsungkan keturunan. Sebagaimana firman Allah Swt.,
وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا وَجَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ بَنِينَ وَحَفَدَةً وَرَزَقَكُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ ۚ أَفَبِالْبَاطِلِ يُؤْمِنُونَ وَبِنِعْمَتِ اللَّهِ هُمْ يَكْفُرُونَ
"Dan Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau istri) dari jenis kamu sendiri dan menjadikan anak dan cucu bagimu dari pasanganmu, serta memberimu rezeki dari yang baik. Mengapa mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?” (QS. An-Nahl: 72)
Dalam Islam, seorang muslim tidak dibatasi jumlah anak. Allah sudah menjamin rezeki setiap anak dan dosa besar bagi mereka yang menelantarkan bahkan sampai membunuhnya (Qs. Al-Isra ayat 30-31). Selain itu, menjamin setiap kebutuhan rakyat adalah tanggung jawab negara. Mulai dari kebutuhan pokok, pendidikan, kesehatan hingga keamanan.
Memiliki keturunan merupakan kebahagian yang sempurna bagi setiap pasangan yang membangun rumah tangga. Selain itu, fitrah manusia yang diberikan Allah Swt. berupa naluri nau' (untuk melanjutkan keturunan). Disisi lain, Rasulullah Saw., menyukai pengikutnya yang memiliki banyak anak. Beliau Saw. bersabda, “Ya Allah, limpahkanlah hartanya dan limpahkanlah (jumlah) anaknya. Dan berkahilah apa yang Engkau telah berikan kepadanya.” (Muttafaqun ‘alaih).
Maka, childfree adalah pola pikir yang tidak memiliki landasan dan sesat. Pola pikir sekuler justru membawa kehancuran umat manusia. Negara sebagai pelindung rakyat, wajib menjadikan Islam sebagai aturan hidup dan menutup celah pemahaman sekuler yang merusak. Mewujudkan peradaban gemilang dengan menerapkan syariat Islam sebuah keniscayaan. Waallahu a'lam bis shawwab.
Tags
Opini