Wahai Pemuda, Nyawamu Berharga.




Oleh : Desi Anggraini 
(Aktivis Dakwah Lubuklinggau)


Baru-baru ini dunia jagad maya dikejutkan dengan berita ditemukannya sepasang kekasih yang tewas di sebuah kamar Hotel OYO di  Apartemen Baileys City sambil berpegangan tangan, serta ditemukan barang bukti berupa dua amplop yang ditujukan untuk keluarga korban. Kemudian, sepucuk surat, dompet, dan satu bungkus barang yang diduga portas untuk mengakhiri hidup keduanya. 

"Mereka meninggal dengan menggunakan pakaian lengkap (berbusana) serta saling genggam tangan," kata Zulpan ketika dihubungi di Jakarta, Rabu (4/1). 

  Dalam surat yang ditinggalkan oleh dua sejoli ini tertulis bahwa meminta kepada pihak keluarga kedua belah pihak agar tidak perlu mengusut kematian mereka karena ini mutlak keinginan mereka berdua.
Banyak dugaan bahwa dua sejoli ini memilih mengakhiri hidupnya karena cinta tak direstui. 

  Peristiwa demikian adalah satu dari banyaknya peristiwa serupa yang pernah terjadi dinegeri kita.
Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2019, Indonesia memiliki rasio bunuh diri sebesar 2,4 per 100 ribu penduduk. Angka ini menunjukkan bahwa ada dua orang di Indonesia yang melakukan bunuh diri dari 100 ribu jiwa di tahun itu. Dengan asumsi jumlah penduduk sebanyak 270 juta jiwa, maka kasus bunuh diri pada tahun tersebut diperkirakan sebanyak 6.480 kasus. 

   Dengan banyaknya alasan maupun pembenaran untuk melancarkan aksi bunuh diri tersebut.
Entah dengan alasan utang piutang, himpitan ekonomi, depresi, putus cinta dan masih banyak alasan lainnya.
Begitu mudahnya manusia saat ini mengakhiri hidupnya, terutama kaum muda.
Padahal para pemuda yang notabene nya adalah sebagai roda penggerak perubahan, pahlawan yang penuh dengan ghiroh dan lantang menyuarakan derita rakyat. Akan tetapi peran pemuda itu sudah semakin tergeser dengan derasnya arus kapitalis-sekuler yang merusak pemikiran serta keimanan manusia. Para pemuda lebih memilih hidup berkiblat kepada barat yang liberal, sehingga mencampakkan nilai-nilai agama.
Alhasil, beginilah potret pemuda yang lahir dari asuhan kapitalis-sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan. Mudah mengambil langkah instan untuk memenuhi keinginannya, dan apabila keinginan itu tidak terpenuhi, mereka mudah mengambil keputusan untuk bunuh diri.
Seolah-olah segala bentuk penderitaan yang sedang dialami didunia akan hilang begitu saja bersamaan dengan hilangnya nyawa. Padahal, hidup tak hanya sebatas didunia, tetapi ada kehidupan lain yang akan kita jalani setelah meninggalkan dunia. Yaitu akhirat. Tempat mempertanggung jawabkan segala perbuatan kita didunia. 

Islam Solusi Tuntas Problematika Manusia 

   Islam dengan segala kesempurnaan aturannya, betul-betul menjaga dan menghargai nyawa seseorang. Islam tidak akan membiarkan umatnya melakukan tindakan-tindakan yang melanggar Syari'at-Nya, termasuk bunuh diri.
Bunuh diri bukanlah sesuatu yang baik dan membuat seseorang bebas dari masalah-masalah di kemudian harinya. Dalam islam sendiri, bunuh diri adalah hal yang sangat dilarang dan termasuk dosa besar. 

Allah SWT berfirman yang artinya, 

“...Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. Dan barang siapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya, maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS. An Nisa’: 29-30). 

Demi menghindarkan umatnya dari pemikiran dan tindakan tersebut, Islam menghadirkan sikap-sikap pencegahan, diantaranya..
1. Menanamkan keimanan yang kokoh dalam setiap jiwa individunya, sehingga tercipta manusia yang memiliki ketaqwaan dan kepribadian islam, dari sana maka akan lahir manusia yang menggantungkan hidup hanya kepada Sang Pencipta yakni Allah.
2. Menempatkan Akhirat sebagai Tujuan Hidup, manusia yang menjadikan akhirat sebagai tujuan hidupnya maka akan senantiasa menimbang segala perbuatan sesuai dengan syari'at, apa yang diperintahkan ia laksanakan dan apa yang dilarang ia tinggalkan.
3. Menjadikan standar kebahagiaan adalah Ridha Allah semata, dengan demikian maka manusia tidak lagi merasa takut dalam menjalani kehidupan yang sejatinya adalah ujian. Ia memahami bahwa Allah tidak akan menguji seseorang diluar batas kemampuannya, sehingga ia pun merasa tenang dan tentram dalam kehidupannya. 

Islam pun tidak hanya memberikan pencegahan, tetapi juga solusi dari sebab terjadinya perilaku bunuh diri, misal karena ekonomi, maka islam memberikan jaminan sosial untuk menyelesaikan perkara ekonomi dalam hal sandang, pangan, papan, pendidikan, keamanan dan kesehatan secara gratis. Karena secara alamiahnya, ketika kebutuhan dasar manusia itu sudah terpenuhi, maka ia akan tentram dan fokus dalam menjalani kehidupan dan beribadah kepada Allah. 

   Akan tetapi, pencegahan dan solusi tersebut hanya akan didapatkan dalam sistem Islam yang diterapkan dalam bingkai negara, bukan dalam sistem yang lain, termasuk sistem demokrasi-kapitalis yang hanya mengedepankan keuntungan dan manfaat semata. Bahkan bukannya memberikan jaminan dan pengayoman terhadap rakyatnya, justru sistem ini menjadikan rakyatnya sebagai sasaran pasar dan sumber penghasilan utama negara dengan mematok pajak pada setiap individu rakyatnya. 

Oleh karena itu, dalam berbagai problematika yang saat ini sudah sangat kompleks akibat kelalaian
Negara terhadap rakyatnya, maka sudah tentu bukan hal yang mustahil akan mendatangkan kerusakan baik dalam sistemnya maupun individu rakyatnya, sebab tidak ada dukungan dari negara untuk menjadikan rakyatnya sebagai individu yang mengutamakan akhiratnya. Alhasil, setiap orang hanya memikirkan diri sendiri (individualis) dan memikirkan keuntungan tanpa mempertimbangkan hukum syara' (kapitalis). 

   Maka sudah seharusnya manusia menyadari apa yang harus dilakukan untuk menciptakan kehidupan yang tentram, yakni tidak lain dengan mengambil islam sebagai solusi dalam setiap persoalan umat. Niscaya kerusakan yang terjadi akibat pelalaian Negara hari ini akan selesai sampai ke akar permasalahannya. Dengan menerapkan islam dalam bingkai Negara, maka umat manusia akan hidup dalam kebahagiaan, karena semata-mata hanya mengharapkan keridhaan Allah SWT. 

Sebagaimana dalam firman Allah SWT, 

وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ وَلٰكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ 

"Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan" (QS. Al-A'raf : 96) 

Wallahu a'lam bish-shawwab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak