Oleh : Iska, Ibu Rumah Tangga, Ciparay - Kab. Bandung.
Wibawa Indonesia dianggap semakin turun dimata dunia internasional karena utang semakin tak terbendung. Bahkan, utang Indonesia yang semakin besar dianggap salah satu kreteria kegagalan pemerintah dalam mengelola negara. Karena kata akademisi Universitas Sahid Jakarta ini, jika pemerintah benar-benar hebat, maka tidak akan terjadi utang semakin membengkak seperti saat ini. Dimana, Kementrian Keuangan (Kemenkeu) mencatat posisi utang pemerintar per 30 Desember 2022 sebesar Rp. 7.733,99 triliun.
Jumlah itu mengalami kenaikan sebesar Rp. 179,74 triliun jika dibandingkan posisi utang pada bulan sebelumnya yang sebesar Rp. 7.554,25 triliun. Sementara berdasarkan mata uang, utang pemerintah didominasi oleh mata uang domestik (Rupiah), yaitu 70,75 persen
"Langkah ini menjadi salah satu tameng pemerintah dalam menghadapi volatilitas yang tinggi pada mata uang asing dan dampaknya terhadap pembayaran kewajiban utang luar negeri," Kata Kemenkeu.
Utang luar negeri adalah posisi kewajiban aktual penduduk kepada bukan penduduk pada suatu waktu, tidak termasuk kontinjen, yang membutuhkan pembayaran kembali bunga dan/atau pokok pada waktu yang akan datang. Dampak dari utang negara adalah dalam jangka panjang, utang luar negeri dapat menimbulkan berbagai masalah ekonomi bagi negara tersebut, salah satu nya menyebabkan nilai tukar rupiah turun (inflasi). Utang luar negeri dapat membebani anggaran nasional, karena harus dibayar dengan bunga.
Jika dilihat dari hukum Islam, kontek utang luar negeri ini tidak sesuai, melainkan mengandung bunga yang begitu besar yang dalam hukum Islam dinamakan riba, serta diharamkan. "Siapa saja yang berhutang dan ia tidak bersungguh-sungguh untuk melunasinya, maka ia akan bertemu Allah sebagai seorang pencuri" (HR Al Baihaqi dalam Syu'abul Iman, no. 5561, disahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami' no 2720) .
Publik merasa heran mengapa utang semakin banyak. Padahal, rakyat tidak meraskan signifikansi dengan adanya utang yang semakin membeludak. Justru sebaliknya, akan sangat memberikan efek negatif bagi rakyat, karena pada akhirnya yang akan menanggung ini semua adalah rakyat melalui pajak yang harus dibayar oleh mereka. Ini bisa jadi ada salah kelola negara, sehingga utang makin tak terbendung dengan banyaknya utang luar negeri, maka ini membuat wibawa semakin turun di dunia internasional.
Jadi sudah jelas, bahwa Islamlah satu-satu nya agama yang bisa mengatasi permasalahan hidup, mengatur kehidupan manusia yang bersumber dari Al-qur'an dan AS-sunah bukan dengan pemikiran manusia yang hanya terbatas dan apabila ada kepentingan pasti diubah-ubah.
Disini Peran negara pun sangat penting untuk mengelola kekayaan negeri ini bukannya memberikan kepada asing, masyarakat pribumi hanya mendapatkan efek negatif nya saja.
Kita semua sangat membutuhkan sistem islam kaffah yang dipimpin seorang khalifah (imam) bukan hanya Islam saja tetapi non islam, islam akan mengatur kehidupannya sejahtera, dan menjadikan negara nya yang adil dan makmur dari kekayaan negaranya sendiri.
Wallahu a'lam bish sawwab.
Tags
Opini