Oleh: Khadijah An Najm
(Aktivis Muslimah)
Perkembangan teknologi digital hari ini memang sangat mencengangkan. Berbagai informasi di dunia sangat mudah diakses bahkan dalam hitungan detik sebuah peristiwa bisa langsung viral dan mendunia. Ya, kita harus mengakui bahwa keunggulan akal yang Allah anugerahkan kepada mahluk bernama manusia memang sangat luar biasa. Dengan akal ini manusia bisa berkreasi dan berinovasi hingga mampu melahirkan teknologi yang dulu belum ada di masa para Rasulullah Saw dan para sahabat.
Manusia zaman now memang bisa senang dengan kemudahan hidup berkat bantuan ilmu dan teknologi. Akan tetapi harus tetap waspada dan hati-hati bahwa itu semua hanya bisa bermanfaat ditangan orang yang bertakwa dan bisa menjaga diri. Jika tidak, siap-siap saja jadi korban dan merusak diri sendiri. Lebih parah lagi bisa merusak orang lain, masyarakat bahkan hingga merusak bangsa.
Kita lihat saja faktanya banyak kejahatan yang terjadi ternyata terinspirasi dari media yang mengajarkan kejahatan. Baru-baru ini viral dua orang remaja di Makassar membunuh seorang anak karena tergiur dengan uang 1 miliyar rupiah. Setelah diusut ternyata mereka terinspirasi dari situs penjualan organ tubuh yang beredar di sosial media. Betapa mudahnya nyawa melayang. Tanpa fikir panjang, seorang anak remaja di masa sekarang tidak jarang menjadi pelaku kejahatan.
Sungguh miris dan menyedihkan jika ini terus berlanjut. Akan seperti apa generasi penerus bangsa kita. Bisa kita bayangkan jika anak-anak umat serusak ini berfikirnya, siapa yang yang bisa menyelamatkan negeri ini kedepannya. Siapa yang akan meneruskan estafet perjuangan Islam. Siapa pula yang akan menjadi tentara Allah dalam menjaga Islam.
Memang kita tidak bisa berharap pada sistem sekuler. Buktinya sistem sekuler telah membiarkan umat dalam kerusakan. Berbagai kerusakan dipertontonkan dan sangat mudah diakses. Tinggal klik maka setiap orang bisa mengakses apa yang diinginkan. Seorang anak bisa jadi baik ketika dihadapan guru maupun orang tuanya. Akan tetapi dibelakang bisa jadi menggila. Siapa yang bisa mengawasi tontonan dan bacaan anak setiap saat.
Memang harusnya negara yang berperan besar memfilter setiap situs yang beredar. Akan tetapi faktanya negara terkesan membiarkan. Jika ada pengaduan dan telah memakan korban baru mulai bertindak. Memang ada yang diblokir setelah ketahuan situsnya berbahaya akan tetapi bagaikan pepatah mati satu tumbuh seribu. Wajar saja transformasi digital meningkatdan kejahatan semakin menggila dan tidak terkendali.
Dalam sistem sekuler maka ide-ide rusak, kehidupan serba bebas, pornografi dan pornoaksi banyak beredar di sosmed. Individu dibiarkan memfilter sendiri. Tergantung kita maunya apa. semuanya ada dan bebas diakses. Jika pengaturan ini tetap dibiarkan maka ini menjadi bahaya dan malapetaka bagi umat.
Pengaturan media informasi memang harus diatur dengan Islam. Individu dan swasta boleh saja mendirikan media informasi akan tetapi negara akan memastikan setiap media berjalan sesuai aturan negara. Bahwa informasi apapun yang beredar tidak boleh bertentangan dengan islam, tidak boleh menyebarkan pemikiran yang rusak dan kehidupan hedonis seperti saat ini. Bagi lembaga yang melanggar, negara dalam sistem Islam bisa saja menutup dan menghentikan ijin operasional lembaga tersebut serta memberikan sanksi yang sesuai.
Dalam negara yang menerapkan sistem Islam tidak akan kita temui situs yang menyebarkan informasi berbahaya dan merusak seperti sekarang. Semua tontonan yang tersebar pasti telah diatur sesuai dengan syariat. Tidak ada situs penjualan organ, pornografi, pornoaksi dan segala fenomena kehidupan hedon ala sekuler-liberal.
Hanya dalam sistem Islam teknologi dan transformasi digital membawa kebaikan dan berkah.
Semoga Allah memberikan kesabaran dan keistiqomahan kepada para pejuang Islam hingga Islam tegak kembali.
Wallahu 'alam
Tags
Opini