Oleh: Dini Sri Wahyuni
(Mahasiswi Pascasarjana UIN Bukittinggi)
Tradisi merupakan suatu praktek kebudayaan yang dilakukan oleh masyarakat secara turun temurun. Dimana tradisi memiliki nilai-nilai keagamaan yang diyakini oleh kalangan masyarakat tertentu. Oleh sebab itu masyarakat tidak bisa dilepaskan dari tradisi-tradisi, menurut masyarakat melakukan tradisi merupakan salah satu bentuk cara agar mereka dekat dengan sang pencipta. Tetapi ada sebagian masyarakat yang melakukan suatu tradisi yang bertentangan dengan ajaran agama Islam, seperti pemujaan kepada roh-roh atau adanya ritual yang dilakukan kepada suatu benda yang dianggap sakral.
Kearifan lokal adalah perilaku masyarakat yang sudah ada sejak zaman prasejarah yang menjadi perilaku positif bagi manusia dalam berhubungan dengan alam yang dapat bersumber dari nilai-nilai agama, adat istiadat, petuan nenek moyang yang terbangun secara alamiah dalam suatu komunitas masyarakat untuk beradaptasi dengan alam, perilaku ini berkembang menjadi suatu kebudayaan disuatu daerah dan akan berkembang secara turun-temurun.
Tradisi "maapam" di Pasaman Barat merupakan tradisi memasak atau membuat apam yang kemudian dibagikan kepada masyarakat dan hanya dilakukan pada bulan-bulan khusus, seperti menyambut bulan suci Ramadan dan maulid Nabi Muhammad. Tradisi maapam ini dilakukan guna melestarikan budaya dan juga bisa menjalin silaturahmi antar manusia. Cara memasak apam ini dilakukan secara alami, yaitu menggunakan oven dan bahan bakarnya berasal dari daun kelapa kering. Sambil memasak apam, ibu-ibu akan saling bercanda dan mencampurkan bumbu dan santan kental menjadi bahan dasar apam sebelum dimasak.
Bagi sebagian masyarakat Pasaman Barat, makanan apam seolah menjadi makanan wajib dibuat dalam rangka menyambut bulan Rajab. Warga akan memasak apam secara berkelompok di halaman rumah atau di lapangan. Bentuk dari makanan apam ini berbentuk bulat besar, ada makna dari bentuk bulat tersebut yaitu apam yang bulat besar seperti piring diyakini sebagai payung untuk tempat berlindung anak-anak yang sudah dahulu meninggalkan dunia ini. Tujuan dilakukan tradisi maapam yaitu untuk bersedekah dan berdoa agar anak-anak yang sudah meninggal mendapat makanan di alam akhirat dan orang yang mensedekahkannya mendapat pahala.
Memasak apam ini biasanya dilakukan di ruang terbuka, karena asap yang ditimbulkan dari bahan bakar alami berupa daun kelapa kering ini cukup banyak. Sebab, memasak di ruangan terbuka akan lebih memudahkan. Tradisi maapam hingga saat ini terus berlanjut dan terus dilestarikan. Karena bagi mereka memasak apam akan memupuk kebersamaan. Masyarakat pun tidak mengetahui sejak kapan tradisi ini dimulai, namun hal ini sudah berlangsung sejak lama dan sudah turun temurun.
Saat memasak apam akan sangat terlihat nilai kebersamaan, mereka para kaum ibu dipenuhi dengan canda tawa dan kebahagiaan. Selain memupuk kebersamaan, bagi mereka sama dengan bersedekah serta untuk mempererat tali sila ukhuwah antar sesama. Memasak apam ini dilakukan secara alami, karena menggunakan tungku dan bahan bakar nya dari daun kelapa kering. Sambil memasak apam, para kaum ibu saling bersenda gurau sambil mengaduk bumbu dan santan kental sebagai bahan dasar apam sebelum di masak. Semua bahan dan cara yang digunakan terlihat masih sangat tradisional sekali. Biasanya setelah di masak, apam akan disantap bersama-sama atau dibagikan kepada masyarakat sekitar dan sanak keluarga baik yang dekat maupun yang jauh.
Bahan dasar pembuat apam terbilang sangat mudah didapat, seperti tepung beras yang sudah ditumbuk, santan kelapa, garam, gula, dan sejumlah pemanis alami seperti gula aren. Setelah disiapkan semua bahan diaduk menjadi satu dan berbentuk cairan putih. Sementara itu Pemerintah Pasaman Barat terus berupaya agar makanan apam ini bisa didaftarkan menjadi salah satu budaya dilindungi ke tingkat nasional dalam budaya non benda. tradisi ma apam tidak terlepas dari peran perempuan.
Tradisi maapam tidak lepas dari peran perempuan, perempuan yang mengatur segala kegiatan dari tradisi tersebut mulai menentukan hari dilaksanakan maapam tesebut, menyiapkan bahan-bahan untuk pembuatan maapam ini dan kemudian memasaknya. Jadi perempuan banyak berkontribusi dalam tradisi maapam.
Terkait dengan peran perempuan, bahwa perempuan sebagai penjaga harta kekayaan dimana perempuan harus berada di kampung halaman untuk menjaga harta kekayaan itu, maka perempuan harus memiliki pekerjaan yang tetap di kampung halamannya, untuk itu diwariskanlah tanah ulayat tersebut sebagai tempat lahan usaha strategis bagi perempuan. Dimana tanah ulayat itu dijadikan sebagai lahan pertanian dan ladang yang dikerjakan perempuan. Perempuan petani di Minangkabau tidak akan mengelola tanah orang lain tetapi mengelola tanah ulayatnya sendiri, ia memiliki otoritas terhadap lahan yang dimilikinya.
Dalam tradisi maapam juga terdapat ritual keagamaan seperti salat berjemaah dan melakukan doa-doa. Tujuan ritual itu tidak lain hanya untuk mendekatkan diri kepada Allah, dan juga salah satu ritualnya menikmati masakan apam secara bersama-sama baik itu di keluarga maupun masyarakat setempat sehingga terciptanya silaturrahmi keluarga dengan masyarakat setempat dan mempererat hubungan kekeluargaan.