Sistem Sekuler Tak Mampu Mencegah Penyakit HIV/AIDS




Oleh : Devi Lestari Br.Sianturi

Sistem sekuler adalah sistem yang memisahkan agama dari kehidupan. Ini sudah jelas tampak dari hari ke hari kita sebagai umat muslim yang sejangkal demi sejangkal dijauhkan dari nilai-nilai Islam, bahkan dalam sistem pendidikan. Wajar saja sistem sekuler ini tak akan mampu untuk mengatasi problematika di negeri ini, apalagi untuk menanggulangi masalah yang baru-baru saja muncul dan terus melanda di negeri ini. Termasuk penyebarannya virus HIV/AIDS yang semakin sulit untuk diatasi.
Mengapa ini bisa terjadi? Karena sistem sekuler ini memberikan kebebasan kepada setiap individu. Yang mana dalam kebebasan ini tidak mampu untuk menanggulangi kemaksiatan dimana-mana. Inilah salah satu penyebab virus HIV/AIDS tumbuh subur dikalangan orang dewasa dan menularkan pada  anak-anak. Sedangkan salah satu program dibawah ini pun tak akan mampu jika masih menerapkan sistem sekuler dan kemaksiatan belum dihentikan.

Seperti UNAIDS Indonesia, Jaringan Indonesia Positif, Ikatan Perempuan Positif Indonesia, Lentera Anak Pelangi, dan Yayasan Pelita Ilmu, membuat Aliansi Nasional untuk mengakhiri AIDS pada Anak di Indonesia dalam memperingati Hari AIDS Sedunia, pada 1 Desember 2022. Aliansi ini digagas untuk memperbaiki salah satu masalah yang paling mencolok dalam respon penanggulangan AIDS.

Tujuan Aliansi Nasional untuk Mengakhiri AIDS pada Anak ini yakni memastikan bahwa tidak ada anak yang hidup dengan HIV yang tidak dapat mengakses pengobatan dan tidak ada lagi infeksi baru pada anak. Sebab, di Indonesia, hanya 25 persen dari anak-anak yang hidup dengan HIV menjalani pengobatan ARV untuk menyelamatkan jiwa. Analisis PBB telah menyatakan bahwa ketidaksetaraan menghalangi berakhirnya AIDS.

UNAIDS Global juga menyatakan bahwa program penanggulangan AIDS dalam bahaya, seiring meningkatnya infeksi baru dan kematian yang terus berlanjut diberbagai bagian dunia. Laporan UNAIDS Global menunjukkan ketidaksetaraan adalah alasan yang mendasarinya. Laporan ini juga menunjukkan bagaimana para pemimpin dunia dapat mengatasi ketidaksetaraan itu, dan meminta mereka untuk berani mengikuti apa yang telah dibuktikan.

Dangerous Inequalities mengungkapkan dampak terhadap AIDS dari ketidaksetaraan gender, ketidaksetaraan yang dihadapi oleh populasi kunci, dan ketidaksetaraan antara anak-anak dan orang dewasa. Laporan ini juga menunjukkan bagaimana kendala keuangan yang memperburuk situasi dalam mengatasi ketidaksetaraan.

Di Kota Batam mencatat jumlah kenaikan kasus HIV/AIDS mencapai 446 orang pada 2022. Dari 446 kasus positif HIV/AIDS di Batam, di antaranya meliputi 333 pria dan 113 perempuan, terdiri dari 2.594 orang yang dites. Sedangkan meninggal dunia sebanyak 57 orang dari total 8.800 orang terindikasi positif HIV/AIDS. 

Yang mencengangkan, dari temuan Dinkes itu disebutkan, kasus kenaikan didominasi penyimpangan perilaku pasangan sejenis. Kepala Dinas Kesehatan Kota Batam Didi Kusmardjadi mengatakan, frekuensi peningkatan kasus HIV/AIDS karena pasangan sejenis bukan hanya terjadi di Batam, tapi juga Indonesia secara nasional bahkan di negara lain.


Infeksi baru HIV yang dipaparkan diatas terus meningkat, diantaranya karena meningkatnya perilaku menyimpang pasangan sejenis, dan seks bebas yang jadi budaya.  Akibatnya  perempuan dan anak pun juga banyak yang tertular. Berbagai program yang ada diatas pun tak akan mampu mencegah penularan karena solusi tidak menyentuh akar persoalan, apalagi legalisasi perilaku menyimpang justru diserukan. Negara bahkan sampai kekurangan biaya untuk menyediakan pengobatan bagi penderita. 

Untuk menanggulangi problematika di negeri ini termasuk menghilangkan penyakit HIV yang melanda. Maka solusi satu-satuNya hanya dengan  penerapan syariat Islam, karena hanya  syariat Islam yang mengharamkan semua kemaksiatan dan mampu mencegah penularan infeksi HIV/AIDS. Di dalam Islam tidak ada namanya kebebasan, semua kehidupan diatur termasuk tata  pergaulan. Dalam islam interaksi antara pria dan wanita sudah diatur dengan ketentuan yang akan menjauhkan dari perbuatan zina, apalagi bergonta-ganti pasangan haram untuk berhubungan badan.  

Selain itu islam, juga tidak memberikan cela bagi para pelaku penyuka sesama jenis.  Sejarah membuktikan betapa tegas islam terhadap kaum sodom yakni penyuka sesama jenis. Karena hal tersebut merupakan penyimpangan yang menyalahi fitrah manusia, serta membawa virus mematikan juga mengundang murka Allah. 

Karena syariat Islam adalah  Hukum Allah  yang tegak di atas keadilan. 
Allah Berfirman :
اَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُوْنَۗ وَمَنْ اَحْسَنُ مِنَ اللّٰهِ حُكْمًا لِّقَوْمٍ يُّوْقِنُوْن
Artinya: "Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya)?"

Ayat diatas menjelaskan bahwa hanya hukum Allah lah yang bisa diterapkan di tengah-tengah umat. Karena hukum yang berasal dari  manusia (hukum jahiliyah)  tidak mampu untuk memutuskan perkara sesama manusia. Kita hanyalah makhluk Allah yang diberi nyawa yang tak mungkin bisa membuat hukum untuk menyelesaikan masalah manusia itu sendiri. Sedangkan Allah maha segala-Nya, Maha mengetahui apa hukum yang lebih baik untuk memutuskan perkara semua makhluk-nya. Sebab Allah yang menciptakan semua makhluk. 

Seharusnya dengan semua problematika, bencana, kerusakan, kesengsaraan, kesusahan yang terus melanda di negeri ini membuat kita sadar. Bahwa yang kita gunakan  sekarang adalah hukum jahiliyah, hukum yang bukan berasal dari Allah sehingga terjadi banyak kerusakan demi kerusakan.

kita harus kembali kepada syari'at islam, hukum-hukum Allah yang berasal dari Al-Qur'an dan meneladani sunah-sunah Rasulullah. Dan untuk menegakkan itu semua kita butuh Daulah, yakni sebuahnnegara yang akan menerapkan aturan islam dalam naungan khilafah. Semua butuh kesadaran kita sebagai umat muslim, bahwa kita hanya butuh sistem islam bukan demokrasi kapitalis warisan barat. 


 Wallahu'alam Bissawab 
 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak