Oleh: Tri S, S.Si
Angela Hindriyati Wahyuningsih adalah korban mutilasi. Hal tersebut disampaikan oleh Polda Metro Jaya. Pembunuhan tersebut dilatar belakangi oleh persoalan asmara. Hal ini diutarakan oleh tersangka yaitu M Ecky Listiantho (34) saat diperiksa polisi. Tubuh korban pembunuhan disertai mutilasi ditemukan di Kampung Buaran, Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Korban dibunuh dengan cara dicekik. Dua minggu setelah dibunuh, korban dimutilasi menggunakan gergaji listrik. Potongan tubuh korban dimasukkan ke dalam dua kontainer plastik. Identitas korban terungkap setelah ditemukan barang bukti berupa seragam dan tanda pengenal korban (beritasatu.com, 2023/01/07).
Selain kasus di atas adalagi kasus viral belakangan ini. Salah satunya korban penculikan anak yang bernama Malika yang diculik oleh seorang pemulung. Dan masih banyak lagi kasus-kasus pembunuhan, penculikan, pemerkosaan, dan lain sebagainya. Sebagian besar korban dari kasus-kasus tersebut ialah perempuan dan anak-anak. Golongan yang dianggap lemah dan tak berdaya. Seringkali mereka menjadi sasaran ketidakadilan, kekerasan, penipuan dan berbagai tindak kriminal lainnya.
Tingginya tingkat kriminalitas yang menyerang wanita dan anak-anak menunjukkan bahwa tidak ada jaminan keamanan untuk mereka. Hal ini terjadi karena manusia terlalu bebas. Sehingga menyebabkan rusaknya moral dan iman mereka. Nafsu yang mengontrol pikiran dan tindakan mereka. Hanya memikirkan keuntungan dan kesenangan.
Sekulerisme merupakan inti dari segala permasalahan. Karena penerapan sistem Kapitalis yang hanya bertumpu pada uang, kekuasaan, dan kebebasan. Hal tersebut membuat manusia melakukan apapun demi mendapatkan uang. Termasuk dengan menculik anak kecil untuk dijadikan pemulung, dijual, dan lain sebagainya. Tidak hanya itu, dampak dari penerapan sistem Kapitalisme membuat orang-orang bebas mengakses segala hal. Termasuk film-film barat, korea yang berbau sex bebas, alkohol, LGBT, dan lain-lain. Sehingga, mereka cenderung meniru hal-hal yang sudah sering mereka tonton. Karena informasi-informasi negatif tersebut akan diserap otak dan hal-hal tersebut mendorong nafsu dan syahwat penontonnya.
Mereka mencoba-coba dari film-film yang mereka tonton. Sehingga pikiran yang kotor membuat mereka menyalurkan hasratnya ke siapapun. Sehingga terjadi banyak kasus-kasus pelecehan, pencabulan, dan pemerkosaan. Tidak hanya terjadi kepada wanita dewasa, namun juga anak-anak. Banyak pasal yang dibuat untuk mengurangi kasus-kasus tersebut. Namun, pada faktanya kasus-kasus tersebut masih sering terjadi. Karena bukan hal tersebut akar dari permasalahannya.
Namun Sistem Kapitalisme yang menjadi akar permasalahan tersebut. Bukan membuat pasal-pasal, namun mengganti sistem yang salah. Solusi satu-satunya adalah dengan penerapan hukum-hukum islam secara kafah. Sehingga tidak ada lagi tontotan-tontonan yang tidak perlu, adanya hukum yang tegas, dan aturan-aturan yang memang harus diterapkan agar kemaksiatan, kriminalitas tidak seperti sekarang ini. Mereka yang takut dengan hukum-hukum Islam ialah mereka yang suka dengan kemaksiatan. Karena dengan diterapkannya hukum-hukum Islam, banyak dari mereka yang tidak bisa melakukan kemaksiatan tersebut.
Padahal jika kita lihat, dengan penerapan Islam secara kafah kita akan lebih aman, lebih mendapat keadilan dan kesejahteraan. Karena kemaksiatan, kasus-kasus kriminal dapat ditekan, dan pergaulan yang lebih aman. Sehingga tidak menimbulkan kekhawatiran yang berlebihan. Anak-anak, perempuan, dan semua kalangan lebih terjaga.
“Wahai orang yang beriman, masuklah kamu semua ke dalam Islam. Janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagi kalian,” (TQS. Al-Baqarah ayat 208).
Berbeda dengan hari ini, sejarah peradaban Islam justru dipenuhi bukti empiris tentang karakter generasi terbaik. Anak-anak yang lahir pada era ini seakan mutiara-mutiara umat yang sukses membawa kaum muslim menjadi umat yang terbaik dan tinggi. Kepribadian mereka begitu hebat hingga layak mengemban amanah memimpin penduduk bumi. Tidak hanya satu—dua abad, tetapi cerita sukses mereka berlangsung sampai belasan abad.
Sebuah kisah masyhur menunjukkan kepedulian Khalifah Al-Mu’tashim kepada muslimah. Peristiwa seorang budak muslimah dilecehkan orang Romawi. Dia adalah keturunan Bani Hasyim, yang saat kejadian sedang berbelanja di pasar. Bagian bawah pakaiannya dikaitkan ke paku, sehingga terlihat sebagian auratnya ketika ia berdiri.
Dia lalu berteriak-teriak, “Waa Mu’tashimaah!”, yang artinya “Di mana engkau wahai Mu’tashim (Tolonglah aku)”.
Berita ini sampai kepada Khalifah.
Dikisahkan saat itu ia sedang memegang gelas, ketika didengarnya kabar tentang seorang wanita yang dilecehkan dan meminta tolong dengan menyebut namanya. Beliau segera menerjunkan pasukannya. Tidak tanggung-tanggung, ia menurunkan puluhan ribu pasukan untuk menyerbu Ammuriah (yang berada di wilayah Turki saat ini).
Kisah tersebut ialah salah satu bentuk perlindungan terhadap kaum perempuan. Begitu urgent nyawa seorang wanita jika dalam naungan Islam jauh berbeda dengan kondisi saat ini. Kondisi perempuan dan anak sangat memprihatikan. Sungguh miris!
Oleh karena itu, tidak salah jika kita mengatakan, di dalam Islam, Khilafah adalah satu-satunya model negara bervisi penyelamatan generasi. Pada era Khilafah, tertutup semua celah yang menjadi penyebab kerusakan generasi. Sistem politik, ekonomi, sosial, sanksi, pendidikan, media massa, serta sistem-sistem lainnya, semua bertumpu pada syariat Islam yang bersumber dari Zat Pencipta Alam. Perempuan dan anak hanya akan aman dalam naungan syariat Islam, yang memiliki aturan yang menyeluruh yang mampu menimbulkan efek jera dan juga mekanisme terbaik karena berasal dari Dzat yang menciptakan manusia.
Wallahua'lam bish-showab.