Moderasi Beragama Memandulkan Potensi Pemuda



Oleh: Rani 
(Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Buton)

Moderasi Islam terus disampaikan di dunia pendidikan. Objek utama dalam moderasi Islam adalah sekolah berbasis madrasah yang akan dibentuk menjadi generasi muda yang moderat. Berbagai agenda pelatihan dan workshop telah diinisiasikan guna membekali para guru madrasah dengan pemahaman Islam moderat (wasathiyah).

Moderasi Islam kini menjadi salah satu program utama pejabat. Kampus Islam, salah satunya adalah UIN Malang, melalui Rumah Moderasi Beragama UIN Maliki Malang, melakukan pembekalan penguatan moderasi beragama pada para dosen. Dunia pesantren pun tidak luput dari incaran penyebaran ajaran tersebut. Pembukaan Muktamar XV Pondok Pesantren As’adiyah 2022 di Siengkang, Tempe, Wajo Sulawesi Selatan, berisikan pesan agar pesantren mengajarkan Islam moderat. 

Pendidikan madrasah pun demikian. Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah Ditjen Pendidikan Islam Kemenag akan melaksanakan Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) Prajabatan bagi pendidik madrasah. M. Zain selaku Direktur GTK mengungkapkan target dari pelatihan adalah mencetak guru moderat, inovatif, dan inspiratif. (uinmalang.ic.id,12/12/2022)

Penerapan nilai moderasi beragama bahkan terus dilakukan di lingkungan kampus. Ini agar mahasiswa tidak salah konsep, seperti menjadi radikal.  Seperti disampaikan Direktur Pendidikan Agama Islam Kemenag RI Amirullah mengatakan pemahaman atau konsep moderasi beragama bagi masyarakat, khususnya mahasiswa penting dilakukan. Alasannya, karena mahasiswa dianggap sudah memiliki wawasan yang lebih luas dibandingkan siswa yang masih duduk di bangku sekolah. “Sebenarnya moderasi beragama merupakan program yang perlu diberikan kepada seluruh masyarakat mulai dari anak-anak (PAUD, TK, SD, SMP, SMA) sampai di perguruan tinggi," (Suaramerdeka.com12/12/2022)

Mirisnya, Sekretaris Jendral Kementerian Agama Nizar Ali mendorong media untuk terus bersama-sama menggaungkan nilai-nilai moderasi beragama, sebagai upaya memberikan fondasi menyongsong tahun politik (Antara, 10/12/2022)


Menyikapi Isu Moderasi

Gerakan moderasi agama yang secara sistemis, terstruktur serta masih terus diaruskan terutama di kalangan pelajar dan generasi muda.  Moderasi agama merusak ketaatan kepada Sang Pencipta. Melegalkan apa yang jelas-jelas Allah haramkan. Merusak akidah, syariah dan kemuliaan manusia.

Moderasi agama diduga kuat akan menjarah potensi pemuda. Menghilangkan ghirah memperjuangkan agama. Padahal kita adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan untuk manusia. Melanjutkan perjuangan dan menyambut janji Allah dan Rasulullah untuk menolong agama-Nya. Pemuda adalah aset berharga dalam sebuah peradaban. Sumbangsih para pemuda melalui kepribadian dan pemikirannya mampu membawa mereka pada kebangkitan atau jurang kehancuran.

Menurut data Word Population Prospect tahun kedua, jumlah populasi penduduk dunia akan mencapai 8 miliar jiwa pada bulan November 2022, termasuk di dalamnya adalah pemuda. Negara-negara dengan mayoritas muslim ini begitu kaya dengan potensi pemuda, termasuk Indonesia. Diperkirakan bahwa 70% dari populasi adalah kelompok muda atau usia produktif pada tahun 2045. Ironisnya, hari ini alarm para pemuda muslim kian berdering kencang. Krisis moral, akidah hingga pemikiran meracuni jiwa pemuda muslim. Belum lagi diperparah dengan arus moderasi beragama yang merupakan proyek besar dari musuh-musuh Islam untuk menghambat kejayaan Islam.

Kita wajib membuka mata dan menyadarkan umat bahwa moderasi agama adalah propaganda musuh-musuh Islam. Program moderasi agama menyerang banyak lini kehidupan. Para pemuda terbius bujuk rayu moderasi agama, hingga idealisme dan heroismenya kian redup.

Moderasi agama lahir dari rahim sekularisme, yakni pemisahan agama dari kehidupan. Pemikiran Islam moderat telah merobohkan akidah para generasi. Sebagai contoh ketika kita meyakini bahawa hanya Islam satu-satunya agama yang benar, justru pemikiran moderat mengajarkan bahwa semua agama benar. Ini sangat miris, karena berpindah agama dari Islam atau murtad adalah hal yang biasa.

Pemikiran moderat sangat massif diaruskan melalui program moderasi beragama. Betapa banyak informasi hari ini yang menggiring para pemuda untuk jauh dari Islam. Isu terorisme dan narasi radikalisme yang menyasar umat Islam membuat pemuda jauh dari identitasnya sebagai muslim. Mereka enggan mempelajari Islam karena takut dicap sebagai teroris dan radikalis. Sungguh, ini adalah fitnah yang keji. Islam tidak pernah mengajarkan kekerasan apalagi bertindak sebagai pelaku teroris. 

Moderasi agama juga menyasar program pendidikan dan budaya. Tidak sedikit orientasi pemuda dalam mengenyam pendidikan bermuara pada materi. Standar harta dan kekayaan adalah capaian sukses bagi pemuda. Alhasil, flexing atau pamer menjadi budaya yang menjamur di kalangan para pemuda. Hedonisme, konsumerisme hingga individualisme menjadi watak mereka. 

Kembali Pada Islam

Maka, memperbaiki kondisi pemuda hari ini adalah tugas kita bersama, baik dimulai dari lingkup individu, keluarga, masyarakat, hingga negara.

Pertama, perlu adanya dakwah di tengah-tengah umat, mengajak para pemuda untuk sadar kembali kepada Islam sehingga tertancap keimanan dan ketakwaan yang kokoh dalam diri pemuda. 

Kedua, membangun pemahaman bahwa taat kepada Allah adalah harga mati, mengajak para pemuda berpikir untuk menentukan tujuan hidup, sehingga mereka senantiasa taat dan menjauhi maksiat. 

Ketiga, memahamkan kepada para pemuda bahwa berislam secara kaffah atau menyeluruh adalah cara beragama yang benar (Lihat: QS. al-Baqarah [2]:2018). Sebaliknya, berislam secara moderat adalah cara beragama yang salah dan bertentangan dengan Islam yang shahih. Karena itulah, kita harus benar-benar membekali para pemuda dengan tsaqafah Islam yang cukup dan mengajak mereka untuk siap mendakwahkan Islam. 

Bahkan sejarah peradaban Islam membuktikan bahwa generasi muda senantiasa berada di garda terdepan. Sosok pemuda yang memiliki keimanan kukuh dan keberanian yang dibina dan di didik dengan ajaran Islam yang kaffah. Sehingga membentuk generasi khoiru ummah (umat terbaik). Sebagaimana tercantum dalam firman Allah Al-Qur’an Surah Ali ‘Imran ayat 110 yang artinya “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah” (TQS. Ali ‘Imran:110)

Pemuda saat ini harus dipahamkan pentingnya mempelajari sejarah dan kebenarannya. Dalam peradan Islam, sejarah disampaikan sebagai Tsaqofah Islam sesuai dengan level atau jenjang pendidikannya.

Level dasar, menengah, dan atas sejarah akan diajarkan untuk menancapkan pemahaman Islam tentang kehidupan, diambil dari kisah sirah Nabi maupun Para sahabat Nabi yang berjuang dalam membela Islam yang dapat diambil ibroh dari setiap peristiwa dari sirah tersebut. Level perguruan tinggi, sejarah diajarkan untuk memahami pola pikir bangsa dan umat lain untuk kepentingan interaksi dan pengembangan dakwah. Dengan begitu, generasi suatu bangsa menyadari akan pentingnya dakwah dalam menyebarkan nilai-nilai Islam di tengah-tengah masyarakat.

Generasi muslim saat ini harus dijaga dan diselamatkan dari pemahaman moderasi agama yang akan membajak potensi mereka, melemahkan keimanan, merusak ketaatan, dan memadamkan semangat dakwah. Mereka harus dipahamkan tentang hakikat moderasi Islam dan bahayanya. Selain itu, generasi muda harus dibina dengan pemahaman Islam yang kaffah yaitu pembinaan yang akan mencetak pemuda muslim yang memiliki keimanan kukuh, keberanian, ketaatan, dan siap memperjuangkan agamanya.
Wallahu’alam bishowab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak