Oleh Eva Fatmah Hasan
(Aktivis Muslimah)
Potret generasi muda saat ini sangat mengkhawatirkan. Banyak sekali kasus-kasus yang menjerat kalangan anak muda. Misalnya, ketergantungan pada narkoba, seks bebas, pemerkosaan, tawuran, pembunuhan, hingga bunuh diri. Permasalahan ini seolah tak kunjung usai dari masa ke masa.
Dilansir dari Kompas.com (15/01/2023), Polisi menangkap 72 remaja yang akan tawuran di Tanggerang. Dari sejumlah barang bukti yang disita, para pemuda itu akan melakukan tawuran usai menenggak minuman keras (miras).
Sungguh miris. Pemuda seharusnya menjadi penerus untuk generasi mendatang, namun perbuatan yang mereka lakukan justru meresahkan masyarakat. Kabar di atas menegaskan bahwa pemuda saat ini begitu dekat dengan hal-hal yang tidak bermanfaat. Tak memiliki tujuan hidup. Pun sangat jauh dari tuntunan agama. Kebanyakan dari mereka tak memahami, akan kemana kehidupan mereka selanjutnya.
Potret pemuda saat ini kontras dengan para pemuda di zaman kegemilangan Islam. Para pemuda di zaman itu dididik dengan visi yang jelas. Mereka menghabiskan masa mudanya dengan kegiatan bermanfaat. Menuntut ilmu, berdakwah dan tahu bagaimana cara menempatkan diri di segala situasi. Mereka memahami dari mana mereka berasal, untuk apa hidup dan akan kemana setelahnya.
Islam adalah agama yang holistic. Memiliki aturan sempurna. Tak sekadar mengatur manusia tuk menggapai apa yang mereka inginkan ketika hidup, namun juga dapat menjangkau kehidupan nanti agar manusia mendapatkan keselamatan. Semua teratur dan tertata di dalam Islam. Meskipun tak dimungkiri, dalam kehidupan akan selalu ada problematika. Kendati demikian, Islam memiliki solusi atas semua persoalan yang sudah Allah tunjukkan dalam Al-Quran. Termasuk soal pendidikan pada generasi muda.
Kita perlu belajar pada sejarah. Dulu, Rasulullah dikelilingi oleh para pemuda. Sebut saja, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Haritsah, Mus’ab bin Umair, dan lain-lain. Beliau saw. mentarbiah para pemuda dengan mengokohkan keimanan mereka. Sebagaimana dakwah Rasulullah di Mekkah. Firman Allah yang turun ketika itu belum merujuk pada hukum, atau bagaimana cara beribadah. Namun, keimanannya terlebih dulu dikokohkan. Sehingga dalam setiap langkah, mereka memiliki kehati-hatian dalam berbuat
Jika diibaratkan seperti pohon, akidah atau keimanan adalah akarnya. Selain akidah, ada juga hukum syara' yang diibaratkan batang dan tangkai pohon tersebut. Lalu terakhir adalah akhlak sebagai buahnya.
Tanaman yang memiliki akar dalam pasti akan kokoh berdiri dan tumbuh subur. Begitu juga dengan seseorang yang memiliki keimanan yang ajeg. Mereka akan memahami hukum-hukum yang telah Allah turunkan sehingga memiliki visi kehidupan yang jelas. Sehingga tak mudah dimasuki oleh paham-paham yang datang dari selain Islam.
Sayangnya, sistem saat ini sama sekali tak mendukung baik untuk ranah keluarga menjalankan fungsi mendidik secara maksimal, atau pun sistem pendidikan itu sendiri tidak dapat mencetak generasi muda sesuai Islam. Maka untuk mewujudkan generasi gemilang seperti di zaman Rasulullah dibutuhkan sistem yang mampu memfasilitasi dan mendukung upaya tersebut. Sistem tersebut harus berasaskan Al-Quran dan sunah. Karena hanya dengan kembali kepada aturan Allah lah, perubahan akan terjadi.
Wallahu a'lam bisshawab